Malaikat Raqīb dan ‘Atīd termasuk dua di antara malaikat sepuluh yang harus diketahui dan diimankan.
Kedua malaikat itu bertugas sebagai pencatat segala perbuatan manusia. Yang satu (yaitu Raqīb) bertugas sebagai pencatat perbuatan yang baik, sedang yang lainnya (‘Atīd) bertugas sebagai pencatat semua perbuatan yang jelek.
Disebutkan, bahwa setiap manusia itu ada dua malaikat pendamping. Yang satu berada di sebelah kanan bertugas mencatat kebaikan seseorang tanpa penyaksian dari pihak yang lain, sedang yang lain berada di sebelah kiri bertugas mencatat kejahatan seseorang, tetapi dengan penyaksian kawannya.
Posisi kedua malaikat itu senantiasa berpindah-pindah. Jika orang yang didampingi itu duduk, maka yang satu berada di kanannya, sedang yang lain berada di kirinya.
Jika orang yang didampingi itu berjalan, maka yang satu berada di belakang, sedang yang lain berada di muka.
Jika orang yang didampingi itu tidur, maka yang satu berada di dekat kepala, sedang lainnya berada di dekat kedua kakinya.
Sebagian riwayat menyebutkan, setiap manusia itu ada lima malaikat yang ditugaskan untuk mendampingi.
Yang dua bertugas di siang hari, sedang yang dua lainnya di malam hari, dan yang satu tidak pernah meninggalkan tugasnya, walau pun sesaat pun. Di sinilah sepanjang pengertian tentang firman Allah:
لَهُ مُعَقِّبَاتُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَ مِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُوْنَهُ مِنْ أَمْرِ اللهِ
Artinya:
Bagi manusia itu ada para malaikat yang senantiasa mengikutinya bergiliran, yang berada di depannya dan di belakangnya, yang mereka itu menjaga yang demikian itu atas perintah Allah. (ar-Ra‘d: 11)
Disebutkan, bahwa yang akan menjadi saksi di hari kiamat atas ‘amal-‘amal/perbuatan-perbuatan manusia adalah tujuh:
Pertama: Malaikat
Sebagaimana firman Allah:
وَ الْمَلَائِكَةُ يَشْهَدُوْنَ
Artinya:
Dan para malaikat memberi kesaksian.
Kedua: Bumi.
Sebagaimana firman Allah:
وَ قَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا، يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
Artinya:
Dan manusia bertanya: Mengapa bumi jadi begini. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.
Ketiga: Waktu.
Keempat: Lidah-lidah mereka
Sebagaimana firman Allah:
…. يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتَهُمْ…..
Artinya:
Pada hari di mana lidah-lidah mereka memberi kesaksian.
Kelima: Anggota badan manusia.
Sebagaimana firman Allah:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَ تُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَ تَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya:
Pada hari ini kami tutup/kunci mulut mereka, dan berkatalah kepada kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang mereka usahakan.
Keenam: kedua malaikat pencatat.
Sebagaimana firman Allah:
… وَ إِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِيْنَ، كِرَامًا كَاتِبِيْنَ….
Artinya:
Pada hal sesungguhnya bagi kamu ada malaikat yang mengawasi (pekerjaanmu) yang mulia di sisi Allah dan yang mencatat (pekerjaan itu).
Ketahuilah, bahwa ketika Allah s.w.t. telah menghimpun makhlūq-makhlūqNya, dan hisab (pertanggungan jawab) atas perbuatan-perbuatan mereka selagi di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya, maka dibagi-bagikan buku-buku catatan ‘amal dan terdengar suara dari sisi Tuhan: Wahai fulan terimalah buku catatan ‘amalan dengan tangan kirimu…… Wahai fulan terimalah buku catatan ‘amalmu dengan tangan kananmu….
Orang-orang yang beriman akan menerima buku catatan ‘amalnya, dengan tangan kanan. Inilah maksud firman Allah s.w.t.:
فَأَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ، فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيْرًا، وَ يَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُوْرًا
Artinya:
Ada pun orang yang disodorkan kitab ‘amalnya dari sebelah kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang ringan, dan kembali ke dalam lingkungan kaumnya yang sama-sama beriman dengan gembira.
Orang-orang kafir akan menerima buku catatan amalnya dengan belakang punggung mereka. Inilah maksud dari firman Allah s.w.t.:
وَ أَمَّا مَنْ أُوْتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ فَسَوْفَ يَدْعُوْا ثُبُوْرًا وَ يَصْلَى سَعِيْرًا
Artinya:
Ada pun orang yang disodorkan kitab ‘amalnya dari belakang, maka ia akan berteriak: Aduh celakanya! Dia akan masuk neraka dalam api yang menyala-nyala.
Dengan keterangan di atas, maka wajib bagi kita untuk percaya, bahwa Allah telah menugaskan beberapa malaikatnya untuk mencatat ‘amal-‘amal hambanya yang baik mau pun yang jelek, dalam keadaan bergurau atau bersungguh-sungguh, dalam keadaan sadar atau lupa, di waktu sakit atau sehat, sampai-sampai nafas dan rintih pun dicatat.
Ketahuilah, bahwa cara ḥisāb (pertanggungan jawab) di hari kiamat itu berbeda-beda. Ada yang ringan, ada yang berat, ada yang sukar dan ada yang gampang. Ada yang berkesudahan dengan pujian dan ada pula yang berkesudahan dengan teguran. Dan hisab berlaku bagi semua makhlūq, yang mu’min mau pun yang kafir. Bangsa manusia atau bangsa Jinn. Kecuali mereka yang di dalam hadits Rasūlullāh s.a.w. dibebaskan, seperti anak-anak, orang gila dan mereka yang dalam kekosongan – tidak ada Nabi -, namun menurut al-Laqqānī, belum ada nash yang tegas tentang hal itu.
Diriwayatkan bahwa sayyidinā ‘Alī r.a. berkata: Aku duduk bersama Rasūlullāh s.a.w. pada suatu hari, di mana beliau mengisahkan cerita-cerita Bani Isrā’īl dan ummat-ummat sebelumnya. Pada akhir ceritanya Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Wahai ‘Alī! Allah mengutus Jibrīl untuk menceritakan padaku tentang hal-ihwal ummatku dan bahwa di antara ummatku ada orang-orang yang menghadap kepada Tuhan di waktu Ḥisāb dan berbicara kepada-Nya, sebagaimana seorang berbicara terhadap lawannya.
Aku bertanya kepadanya: Wahai Jibrīl! Dapatkah seseorang melakukan itu? berilah aku penjelasan hai Jibrīl? Jibrīl menjawab: Aku akan beri tahukan pada engkau, setelah memperoleh idzin dari Tuhanku. Pergilah Jibrīl menghilang sesaat, kemudian kembali lagi sambil tersenyum dan berkata: Aku telah memperoleh cerita yang ajaib wahai Muḥammad. Apakah itu wahai Jibrīl? Kataku, Jibrīl berkata: Pertama, ketahuilah wahai Muḥammad bahwa di hari kiamat. Allah menyerahkan pada seseorang buku catatan ‘amalnya, lalu bertanya, setelah orang itu melihat dan memeriksa isinya. Betulkah itu semuanya engkau yang melakukannya? Allah bertanya.
Tidak tahu wahai Tuhanku, sang hamba menjawab.
Allah berfirman: Para malaikatku yang mencatat itu semua, sedang engkau dalam keadaan lengah dan tidak sadar. Sang hamba menjawab: Sesungguhnya para malaikat pencatat itu hamba-hambaMu wahai Tuhanku, mereka bisa mencatat apa-apa yang mereka kehendaki, namun Engkaulah wahai Tuhanku Hakim yang tidak menerima suatu pengaduan, selain dengan bukti yang nyata. Allah berfirman: Wahai hamba-Ku, siapakah yang harus menjadi saksi?
Pada hal para malaikat itu semuanya hamba-hambaKu, dan engkau telah menolak semua catatannya. Bagaimana jika Aku menjadikan anggota badanmu sebagai saksi? Dapatkah engkau menerima dan mengakuinya? Hamba itu menjawab: Ya aku terima wahai Tuhanku. Lalu Allah berfirman kepada lidah si hamba: Dengan kuasa-Ku berbicaralah wahai lidah dan jangan berbicara melainkan yang benar. Maka berkatalah si lidah menceritakan segala yang pernah diperbuat selama di dunia yang baik mau pun yang buruk. Mendengar kesaksian si lidah, si hamba berkata: Wahai Tuhanku, Engkau mengetahui bahwa lidahku adalah musuhku di dunia dan dosa-dosa terjadi sebab karenanya dan kelancangannya. Maka dari itu aku tidak bisa menerima kesaksiannya. Dan Engkau adalah hakim yang adil, tidak akan menerima kesaksian seorang musuh terhadap musuhnya.
Allah berfirman: Baiklah, aku panggil kedua tanganmu untuk memberikan kesaksiannya. Maka dengan idzin Allah berbicaralah kedua tangannya itu, menceritakan segala perbuatannya selama di dunia. Namun begitu selesai, si hamba tetap menolak penyaksiannya dengan alasan bahwa menurut syarī‘at Rasūlullāh s.a.w. satu saksi tidak cukup dan harus ada saksi yang kedua untuk menguatkan saksi yang pertama, sedang kedua tangan itu termasuk satu saksi. Lalu Allah menerima alasan itu dan memerintahkan kedua kakinya untuk memberikan kesaksiannya. Dengan idzin Allah, berbicaralah kedua kaki si hamba menceritakan segala ‘amal perbuatannya selama di dunia.
Dengan kesaksian yang diberikan oleh kedua kakinya itu terdiamlah si hamba dengan heran dan ta‘jūb. Lalu si hamba itu menegurnya.
Wahai anggota badanku, akulah kamu dan kamulah aku. Aku telah membelamu agar selamat dari api neraka, tetapi kamu malah menjerumuskan diri ke situ. Seluruh anggota badan berkata: Kami diperintahkan untuk memberikan kesaksian yang benar dan mengucapkan kata-kata yang ḥaqq.
Akhirnya Tuhan memutuskan, agar malaikat Zabāniyah menyeret hamba itu ke neraka. Kemudian si hamba itu berkata, setelah mendengar vonis Tuhan: Di manakah rahmat Engkau, wahai yang Maha Penyayang? Allah berfirman: Rahmat-Ku hanya untuk orang Islam, namun jika engkau mau mengakui kesalahanmu, Aku akan mengampuni dosa-dosa engkau.
Si hamba berkata: Wahai Tuhanku, aku mengaku bersalah, aku amat takut terhadap api neraka.
Lalu Allah berfirman kepada malaikat-malaikatNya: Bawalah hamba-Ku ini ke surga, sebab Aku telah mengampuninya. Lalu oleh malaikat dibawa ke surga, dan berseru kepadanya: Masuklah engkau ke surga dengan damai dan aman.