Malaikat Pendukung ‘Arasy – Membuka Rahasia Alam Malaikat

MEMBUKA RAHASIA ALAM MALAIKAT
 
Oleh: Ustadz: ‘Abd-ul-Ghafūr Ayskur
 
Penerbit: CV Bintang Pelajar.

Malaikat Pendukung ‘Arasy

 

Ada pun keterangan yang menyatakan tentang adanya malaikat yang bertugas sebagai pendukung ‘Arasy, adalah sbb.:

Disebutkan dalam kisah Isrā’ dan Mi‘rāj Nabi s.a.w. sbb.:

Setelah Nabi s.a.w. sampai di Sidrat-ul-Muntahā, lalu Nabi s.a.w. diantar oleh Jibrīl sampai di suatu tempat, di mana ada dinding emas. Diserahkanlah Nabi s.a.w. kepada malaikat tersebut. Dengan perjalanan yang amat cepat sekali, hingga sampailah beliau s.a.w. di suatu tempat, di mana ada dinding yang terdiri dari mutiara. Lalu Nabi s.a.w. diserahkan lagi kepada malaikat yang bertugas di situ. Dan dari dinding demi dinding dengan diantar oleh malaikat yang silih berganti, tibalah akhirnya di ‘Arasy.

Nabi s.a.w. bersabda:

Maka ketika aku melihat ‘Arasy, aku menemukannya lebih luas dari segala sesuatu.

Dengan keterangan di atas, maka dapat kita pahami, bahwa ‘Arasy adalah suatu tempat yang paling tinggi dan lebih besar/luas dari segala sesuatu.

Imām al-Qusyairī berkata: Di sebagian hadits disebutkan, bahwa seorang malaikat berkata kepada Tuhan: Ya Tuhanku, aku ingin melihat ‘Arasy-Mu? Lalu Allah memberinya tiga puluh ribu sayap. Kemudian dengan tiga puluh ribu sayap itu beterbanglah ia selama tiga puluh ribu tahun pula. Setelah itu Allah bertanya kepadanya: Sudahkah engkau melihat ‘Arasy? Si malaikat itu menjawab: Aku belum mencapai sepersepuluh dari jejak ‘Arasy. Lalu ia minta idzin kembali ke tempatnya.

‘Arasy Adalah Khazānah Segala Sesuatu

Ats-Tsa‘labī berkata: Diriwayatkan dari Ja‘far, dari Muḥammad, dari ayahnya, bahwa neneknya berkata: Terdapat di ‘Arasy semua gambar sesuatu yang lebih telah diciptakan oleh Allah di darat dan laut.

Itulah arti firman Allah:

Tiada sesuatu melainkan daripada Kami khazānahnya.

Disebutkan, bahwa ‘Alī bin al-Ḥusain berkata: …. ‘Arasy diciptakan dari bermacam-macam cahaya. Di antaranya hijau yang menjadi sumber dari warna hijau. Kuning yang menjadi sumber dari warna kuning. Merah yang menjadi sumber dari warna merah. Dan putih yang menjadi sumber dari cahaya siang hari. Kemudian dijadikannya tujuh puluh juta lapis. Tiap-tiap lapis bertasbīḥ, bertaḥmīd, dan mensucikan Asmā’ Allah dengan bermacam suara.

Jika para makhlūq diidzinkan oleh Allah bisa mendengarkan suara-suara itu, niscaya hancurlah gunung-gunung, gedung-gedung, dan air laut bisa kering.

Imām Qurthubī dan sebagian ‘Ulamā’ ahli Tafsīr berkata: Bahwa ‘Arasy itu berbentuk Tahta. Ia diciptakan oleh Allah, dan menyuruh malaikat mendukungnya, memikulnya, beribadah dengan memuliakannya, dan bertawaf di sekelilingnya. Demikian itu sebagaimana Allah telah menciptakan Baitullāh di bumi, dan memerintahkan bani Ādam bertawaf dan berkiblat kepadanya.

Firman Allah s.w.t.:

الَّذِيْنَ يَحْمِلُوْنَ الْعَرْشَ وَ مَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُوْنَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَ يُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَ يَسْتَغْفِرُوْنَ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَّحْمَةً وَ عِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِيْنَ تَابُوْا وَ اتَّبَعُوْا سَبِيْلَكَ وَ قِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِ

Artinya:

Mereka (para malaikat) pemikul ‘Arasy dan yang berada di sekitarnya menyuarakan puja kepada Tuhannya, beriman kepadanya, dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman: Oh Tuhan kami, begitu luasnya rahmat dan ‘ilmu-Mu, meliputi segala-galanya. Karena itu berilah ampun kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanmu, peliharalah mereka dari siksa api neraka yang bernyala-nyala. (al-Mu’min: 7)

رَبَّنَا وَ أَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِيْ وَعَدتَّهُمْ وَ مَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَ أَزْوَاجِهِمْ وَ ذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

Artinya:

Oh Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn, yang Engkau janjikan kepada mereka, dan orang-orang shāliḥ di antara para bapak, istri dan anak keturunan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Bijaksana. (al-Mu’min: 8)

وَ قِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَ مَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَ ذلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Artinya:

Peliharalah mereka dari perbuatan-perbuatan jahat, sebab orang-orang yang Engkau pelihara dari perbuatan jahat itulah yang telah beroleh rahmat-Mu pada hari kiamat. Itulah suatu keberuntungan yang paling besar. (al-Mu’min: 9).

Disebutkan, bahwa ‘Alī r.a. berkata: Bahwasanya pemangku (pendukung) ‘Arasy ada empat malaikat. Tiap malaikat berwajah empat. Landasan tapak kaki mereka berada di bawah bumi ketujuh, sejauh perjalanan lima ratus tahun.

‘Abdullāh bin ‘Abbās r.a. berkata: Setelah Allah menciptakan ‘Arasy lalu memerintahkan para malaikat untuk mendukungnya. Oleh karena dirasa berat, mereka diperintahkan membaca “Subḥānallāh”. Ternyata dengan membacanya itu, dirasa beban beratnya agak berkurang. Maka bacaan itu terus-menerus dibaca hingga sampai terciptanya Adam. Ketika rūḥ Ādam masuk, dan beliau membaca “Al-Ḥamdulillāh”, lalu dijawab oleh Allah dengan “Yarḥamukallāh”, dan karena itu Aku menciptakan engkau wahai Adam.

Mendengar itu, para malaikat pendukung ‘Arasy berkata: Kalimah itu adalah kalimah yang mulia. Oleh karena itu tidak patut jika kami tinggalkan. Maka sejak itu mereka mengucapkan “Subḥānallāhi wal-Ḥamdulillāh”, ternyata sesudah itu bebannya semakin berkurang.

Dan ketika Allah mengutus nabi Nūḥ, beliau merupakan nabi pertama yang diutus menyerukan kaumnya membaca “Lā Ilāha Illallāh”, berkata malaikat pendukung ‘Arasy: Inilah kalimah yang ketiga yang harus kita sambungkan dengan kalimah-kalimah itu.

Sejak itu mereka senantiasa mengucapkan “Subḥānallāhi wal-Ḥamdulillāhi wa lā ilāha illallāh”, hingga sampai diutusnya nabi Ibrāhīm untuk menyembelih kurban putranya. Waktu itu nabi Ibrāhīm menyaksikan malaikat membawa seekor domba untuk disembelih sebagai pengganti dari putranya, dengan mengucapkan “Allah Akbar”. Mendengar ucapan itu para malaikat pendukung ‘Arasy berkata: Inilah kalimah keempat yang patut kami ucapkan. Lalu setelah para malaikat pendukung ‘Arasy itu menyambungkannya menjadi “Subḥānallāhi wal-Ḥamdulillāhi Wa Lā Ilāha Illallāhu wal-llāhu Akbar.

Sewaktu Jibrīl menceritakan hal itu kepada Nabi Muḥammad s.a.w. sebab ta‘jūb beliau s.a.w. bersabda: Lā Ḥaula Wa Lā Quwwata Illā Billāh-il-‘Aliyy-il-‘Azhīm”

Setelah Jibrīl mendengar ucapan Rasūlullāh itu, ia segera berkata: Ucapan ini patut disambungkan dengan kalimat yang dibaca oleh malaikat-malaikat pendukung ‘Arasy. (dari buku: Tanbīh-ul-Ghāfilīn).

Bersabda Rasūlullāh s.a.w.: Bahwasanya Allah ta‘ālā itu telah menciptakan sebuah tiang di sisi ‘Arasy.
Dan ketika ada seorang hamba mengucapkan kalimah “Lā Ilāha Illallāh, Muḥammad-ur-Rasūlullāh”, berguncanglah tiang itu.
Lalu Allah berfirman: Diamlah engkau, wahai tiang!
Maka jawabnya: Bagaimana aku bisa tenang kembali, sedang Tuhan belum mengampuni dosa pembacanya!
Lalu Allah ta‘ālā berfirman: Aku telah mengampuni dosanya! Setelah itu barulah si tiang itu tenang kembali. (dari kitab: Zubdat-ul-Wā‘izhīn)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *