Malaikat Izra’il a.s. – Membuka Rahasia Alam Malaikat (1/2)

MEMBUKA RAHASIA ALAM MALAIKAT
 
Oleh: Ustadz: ‘Abd-ul-Ghafūr Ayskur
 
Penerbit: CV Bintang Pelajar.

Rangkaian Pos: Malaikat Izra'il a.s. - Membuka Rahasia Alam Malaikat

Malaikat ‘Izrā’īl a.s.

 

Malaikat ‘Izrā’īl diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang serupa dengan malaikat Mīkā’īl a.s. baik wajahnya, lisannya, sayapnya, besarnya dan kekuatannya. Semuanya tidak kurang dan tidak lebih. Ia hidup di suatu alam yang dibentengi dengan rahasia Allah. Benteng tersebut besarnya melebihi besar langit dan bumi. Jika seumpama seluruh air lautan dan sungai disiramkan ke atas kepala malaikat ‘Izrā’īl, maka tidak setetes pun yang jatuh ke bumi. Ia diberi kemampuan yang luar biasa oleh Allah, sehingga arah barat dan timur bisa terjangkau oleh kedua tangannya, sebagaimana keadaan seseorang yang menghadapi sebuah meja makan yang penuh dengan berbagai macam makanan yang siap untuk dimakan.

Selain itu ia memiliki kemampuan, bisa membolak-balikkan dunia, sebagaimana kemampuan seseorang membolak-balikkan uang dirham. Malaikat ‘Izrā’īl selain dibentengi dengan beberapa lapis rahasia Tuhan, ia telah diikat pula dengan rantai sebanyak tujuh puluh.

Padahal panjang tiap-tiap rantai seperti panjangnya perjalanan jarak seribu tahun. Karena tempatnya yang amat rahasia itu, sehingga tidak satu malaikat yang bisa mendekati dan mengetahui tempat dan perbuatannya. Demikian juga tentang suaranya, tiada satu pun malaikat yang bisa mendengarkan, baik yang jelas mau pun yang samar-samar.

Disebutkan, ketika Allah ta‘ālā menciptakan al-Maut dan menyerahkannya kepada ‘Izrā’īl, berkatalah ‘Izrā’īl: Wahai Tuhanku, apakah al-Maut itu? Maka Allah menyingkap rahasia al-Maut itu dan memerintahkan agar seluruh malaikat itu menyaksikannya. Maka setelah seluruh malaikat menyaksikan al-Maut itu, tersungkurlah semuanya dalam keadaan pingsan selama seribu tahun.

Setelah para malaikat sudah sadar kembali, bertanyalah mereka: Ya Tuhan kami, adakah makhlūq yang lebih besar dari ini?

Allah berfirman: Akulah yang menciptakannya, dan Akulah yang lebih Agung daripadanya. Seluruh makhluk akan merasakan al-Maut itu.

Kemudian Allah berfirman: Hai ‘Izrā’īl, ambillah al-Maut itu, dan Aku telah menyerahkannya kepadamu.

Maka ‘Izrā’īl berkata: Ya Tuhanku, apa dayaku untuk mengambilnya, sedang ia lebih agung dari aku. Kemudian Allah memberikan kekuatan, sehingga al-Maut menetap di tangannya.

Setelah itu al-Maut berkata: Ya Tuhanku, izinkanlah aku untuk berseru (menjerit) di dalam langit sekali saja.

Maka setelah diidzinkan, berserulah ia dengan suara yang amat keras: “Aku ini adalah al-Maut, tugasku sebagai pemisah orang yang saling mencintai. Aku adalah al-Maut, tugasku memisahkan antara anak dan ibunya. Aku adalah al-Maut, tugasku memisahkan saudara laki-laki dan perempuan. Aku adalah al-Maut tugasku menghancurkan bangunan rumah dan gedung-gedung. Aku adalah al-Maut, tugasku meramaikan kuburan. Aku adalah al-Maut, tugasku mencari dan mendatangi kamu semuanya, walau pun kamu berada dalam lapis benteng yang amat kuat. Dan tiada satu pun makhlūq yang tidak merasakan kepedihanku.

Cara Mengetahui Waktu dan Tanda-tandanya

Malaikat ‘Izrā’īl pernah bertanya: Wahai Tuhanku, kapankah aku mencabut nyawa seorang hamba? Dan dalam keadaan apa dan bagaimana aku menghilangkannya?

Firman Allah: Wahai malaikat ‘Izrā’īl, ini adalah ilmu yang asing. Siapa pun tak akan mengerti selain Aku. Akan tetapi Aku memberi tahukan kepadamu mengenai kedatangan waktunya. Dan Aku membuatkan tanda-tanda kepadamu yang berdiri padanya.

Disebutkan, bahwa jika sudah waktunya seorang hamba meninggal dunia, maka ada beberapa malaikat yang datang kepada ‘Izrā’īl.

Malaikat yang menjaga jiwa berkata: Sudah habis masa fulan…..

Malaikat yang menjaga rezeki dan amalnya berkata: Sudah habis rezeki dan ‘amalnya.

Disebutkan, bahwa malaikat Mīkā’īl turun dengan membawa lembaran kepada malaikat ‘Izrā’īl dari sisi Allah.

Dalam lembaran itu tertulis nama orang yang diperintah untuk mencabut nyawanya, tempat pencabutannya dan sebab-sebab ia mencabutnya.

Sedang Ka‘b-ul-Akhbār menerangkan: Bahwasanya Allah ta‘ālā menciptakan sebuah pohon di bawah ‘Arasy.

Pohon itu mempunyai daun sebanyak bilangan makhlūq.

Maka ketika ajal seseorang telah tiba, dan umurnya tinggal 40 hari, gugurlah daunnya, dan jatuh di tempat ‘Izrā’īl, maka tahulah ia bahwasanya ia diperintahkan untuk mencabut nyawa seseorang yang berhak atas daun itu. Dan setelah itu para malaikat menyebutnya mayit hidup, karena ia masih mengalami kehidupan dunia selama empat puluh hari lagi.

Disebutkan, bahwa Abū Laits berkata: Sesungguhnya akan turun dari bawah ‘Arasy dua tetesan di atas nama pemiliknya. Salah satu dari tetesan itu berwarna hijau, sedang yang lain berwarna putih, jika yang jatuh itu berwarna hijau, maka suatu pertanda bahwa pemiliknya itu termasuk orang yang celaka. Tetapi jika tetesan itu berwarna putih, maka suatu pertanda bahwa pemiliknya itu termasuk orang yang beruntung/bahagia.

Sedang untuk mengetahui di mana tempat ia akan meninggal, maka Allah memerintahkan malaikat untuk masuk ke dalam air mani yang berada di dalam rahim ibu dengan mencampur debu bumi, yang ia akan mati di tempat itu. Maka berputar-putarlah ia ke mana saja yang dikehendaki. Tetapi kemudian akan kembali ke tempat asal debu itu. Dan matilah ia di tempat itu pula. Dan di atas demikian itulah, maka Allah berfirman dalam al-Qur’ān:

قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُيُوْتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِيْنَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ إِلَى مَضَاجِعِهِمْ

Artinya:

Katakanlah (Muḥammad): Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang ditakdirkan akan mati terbunuh di medan pertempuran itu, keluar juga ke tempat mereka menghadang kematian. (Āli ‘Imrān: 154)

Dalam hal ini ada sebuah cerita, bahwasanya malaikat maut menampakkan diri pada zaman dahulu. Ia pada suatu hari datang ke rumah Nabiyyullāh Sulaimān. Tiba-tiba ia memandang pada seorang pemuda yang berada di sisi Nabiyyullāh Sulaimān. Dilihat demikian itu, timbullah rasa gemetar dalam hati pemuda itu. Setelah Malaikat Maut itu pergi (menghilang), timbullah keinginannya untuk pergi ke negeri Cina.

Maka berkatalah pemuda itu kepada Nabiyyullāh Sulaimān: Wahai Nabiyyullāh, aku mohon tuan menyuruh angin membawakan ke negeri Cina!

Maka setelah Nabiyyullāh Sulaimān menyuruh angin, dibawanya pemuda itu ke negeri Cina. Setelah itu malaikat Maut datang lagi kepada Nabiyyullāh Sulaimān, dan ditanyakan perihal apa sebabnya ia memandang kepada pemuda itu.

Maka jawabnya Malaikat Maut: Sesungguhnya aku diperintahkan mencabut nyawa pemuda itu, pada hari itu di Negeri Cina. Padahal aku melihatnya berada di dekat tuan. Maka aku kagum dari hal itu. Lalu Nabiyyullāh Sulaimān menceritakan tentang permintaan pemuda itu. Maka berkata Malaikat Maut: Dan aku telah mencabutnya hari itu di Negeri Cina.

Diceritakan pula: Bahwa ada seorang pemuda yang senantiasa berdoa:

اللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَ لِمَلَكِ الشَّمْسِ…..

Artinya:

Ya Allah, ampunilah aku dan bagi malaikat penjaga matahari.

Lalu malaikat penjaga matahari minta idzin kepada Allah untuk berziarah kepada pemuda itu. dan setelah diidzinkan, lalu ia turun ke bumi. Maka berkatalah malaikat penjaga matahari itu: Sesungguhnya engkau memperbanyak doa untukku, maka apakah sebenarnya hajatmu itu? Pemuda itu menjawab: Aku bermaksud agar engkau mau membawaku, ke tempatmu. Lalu aku bermaksud lagi, agar engkau sudi menanyakan tentang ajalku kepada Malaikat Maut.

Maka dibawanya pemuda itu ke tempat malaikat penjaga matahari, setelah tiba di sana, pemuda itu disuruh menempati tempat duduknya.

Kemudian ia pergi ke tempat maut dan menceritakan tentang peristiwa yang dialami dan tentang keperluan pemuda itu. Setelah Malaikat Maut membuka dan meneliti nama pemuda itu, lalu berkata: Waktunya masih jauh. Dan saudaramu ini memiliki kesopanan yang agung. Dan ia tidak akan meninggal, sampai ia menduduki kursimu.

Malaikat matahari berkata: Ia sekarang telah duduk di kursiku. Maka malaikat Maut menjawab: Ia akan mati di sisi Rasūl kita. Dan yang demikian itu mereka tidak mengetahui.

Dan dalam sebuah Hadits Nabi s.a.w. bersabda: Para binatang itu ajalnya berada pada dzikirnya. Maka jika mereka meninggalkan berdzikir, maka Allah mencabut nyawanya. Dan telah disebutkan pula: Bahwa Allah itu Maha/berkuasa mencabut segala nyawa. Tetapi disandarkan pencabutan itu kepada malaikat Maut. Sebagaimana disandarkannya kematian seseorang dengan sebab terbunuh atau sakit.

Berdasarkan firman Allah ta‘ālā:

اللهُ يَتَوَفَّى الأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَ الَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا

Artinya:

Allah mencabut jiwa orang pada saat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya. (az-Zumar: 42).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *