Lunak Hati Terhadap Ibu Bapak Termasuk Berbakti – Bakti Kepada Kedua Orangtua

BAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga

Judul asli: BIRR-UL-WĀLIDAIN WA-ḤUQŪQ-UL-ABĀ’ WAL-ABNĀ’ WAL-ARḤĀM
Oleh: Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr
 
Penerjemah: Ustadz H. YUSUF
Penerbit: HAZANAH ILMU

LUNAK HATI TERHADAP IBU BAPAK TERMASUK BERBAKTI

 

Allah berfirman:

” وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا، وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ….”

Berkatalah kepada kedua orang-tuamu dengan kata-kata yang mulia, untuk menghormatinya hendaklah merendahkan sayap kehormatan terhadap ibu bapak.” (al-Isrā’ [17]: 23-24)

Dan dari Abul Haddāj, ia berkata: Saya berkata kepada Sa‘īd bin al-Musayyab: Semua yang tersebut dalam al-Qur’ān tentang berbakti kepada ibu bapak itu telah saya ketahui semua kecuali maksud ayat ini.

” وَ قُلْ لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيْمًا

“.….Berkatalah kepada ibu bapak dengan perkataan yang mulia.” (al-Isrā’ [17]: 23).

Apa yang dimaksud kata mulia itu? Sa‘īd bin al-Musayyab berkata: Seperti indahnya ucapan seorang hamba yang bersalah terhadap majikannya yang kejam. Bukhārī mengeluarkan di dalam al-Adab-ul-Mufrad, Ibnu Jarīr dari Ibnul Mundzir dari ‘Urwah tentang firman Allah: “hendaklah merendahkan sayap kehormatan terhadap ibu bapak!” Ia mengatakan: Menunduklah terhadap ibu bapakmu sebagaimana menunduknya hamba ke hadapan majikan yang kasar dan kejam.

Dan dari ‘Athā’ bin Abī Rabāḥ tentang firman Allah:

وَ اخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ….”

itu ‘Athā’ mengatakan: “Jangan mengangkat dua tanganmu terhadap ibu bapak bila kamu bercakap-cakap dengan mereka.”

وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: أَتَى رَجُلٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ مَعَهُ شَيْخٌ. فَقَالَ (ص): مَنْ هذَا الَّذِيْ مَعَكَ؟ قَالَ: أَبِيْ قَالَ: لاَ تَمْشِ أَمَامَهُ وَ لاَ تَقْعُدْ قَبْلَهُ وَ لاَ تَدْعُهُ باسْمِهِ وَ لاَ تَسْتَسِبَّ لَهُ
أخرجه الطبراني في الأوسط

“Dan dari ‘Ā’isyah r.a., ia berkata: Seorang laki-laki datang menghadap Nabi s.a.w. bersama seorang yang telah tua. Nabi s.a.w. bertanya: “Siapa orang yang bersama kamu ini?” Orang itu menjawab: Itu ayah saya. Nabi s.a.w. bersabda: “Kamu jangan berjalan mendahului di mukanya dan jangan duduk sebelum dia duduk dan jangan memanggil dengan namanya dan jangan sekali-kali kamu mencacinya.
(Dikeluarkan oleh ath-Thabrānī di dalam al-Ausath).

Ibnu Abī Ḥātim mengeluarkan dari al-Ḥasan tentang firman Allah: “…..Berkatalah kepada ibu bapak dengan kata-kata yang mulia” itu dengan mengatakan begini: “Aduhai ayahku dan aduhai ibuku! Jangan memanggilnya dengan nama ayah dan nama ibumu!”

‘Abd-ur-Razzāq mengeluarkan di dalam al-Mushannaf dan al-Baihaqī di dalam asy-Syu‘ab dari Thāwūs, ia berkata: “Termasuk sunah Nabi bahwa kamu menghormati empat orang ini, yaitu: orang ‘ālim, orang yang tua, sulthān (penguasa) dan orang-tuanya sendiri.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *