Bismillāh-ir-raḥmān-ir-raḥīm
Sālik mengatakan:
Kemudian rasul malaikat itu meminta dibukakan langit jamāl (langit keindahan) untukku; tempatnya keagungan. Langit pun dibuka. Salam diucapkan. Kunci keamanan langit diserahkan padaku. Aku mulai beranjak menuju penghuni istananya, penguasa kotanya. Melalui ke-fanā’-annya aku bisa melihat seluruh penghuni langit keindahan itu. Aku berjalan mendekati penjaga gerbangnya. Aku bertanya pada penjaga itu tentang apa yang sedang terjadi, mengapa pula banyak sekali yang berkumpul di sini? Ia jawab: sedang ada akad nikah, ada pesta pernikahan yang disaksikan bersama.
Sālik mengatakan:
Aku melobinya, ia pun mengidzinkanku. Aku masuk ke acara itu dengan berani dan tanpa perasaan takut. Aku segera mengucapkan salam, dan salam dijawab. Bulu sayap-sayapnya rasa malu dipangkas dan dipatahkan. Mempelai perempuan masuk ke dalam kelambu, dan menurunkan tabir penutupnya.
Lalu aku berdiri di atas kaki pujian. Aku mulai berdzikir dengan menyebut Dzāt yang mempunyai asmā’-ul-ḥusnā. Dengan selawat aku memuji orang yang qāba qasaini aw adnā (sedekat ujung busur kepada Allah atau lebih dekat lagi; yakni Muḥammad s.a.w.). Tiga kali aku memercikkan pujian wangi nan semerbak itu kepada orang yang menyandang derajat mulia itu. Aku berkata:
Selamat datang di pesta pernikahan bahagia ini, di perayaan indah nan mulia ini, yang kebahagiaannya memancar dan memenuhi seluruh hati, yang meramaikan negeri-negeri jauh dan menghiasinya, yakni di pernikahannya pemimpin kaum babil, menyerangnya dengan panah, Aku belum pernah melihat pernikahan semacam ini di antara raja-raja, belum pernah melihat tabir-tabir orbit diturunkan untuk menutupi singgasana bintang, belum pernah melihat kemuliaan yang dikenal melebihi sebelumnya, belum pernah melihat ada kebahagiaan yang disepakati sebagai kebahagiaan di atas bahagian, belum pernah melihat perayaan semacam ini yang diharapkan semua orang, belum pernah pula melihat dekatnya matahari di bait-ul-ḥaml. Semua itu demi mendatangkan segala macam kebahagiaan, untuk merangkai kembali potongan-potongan kebaikan yang berdekatan, dan untuk menampung rembulan-rembulan kemuliaan dan pancaran cahaya-cahaya. Sehingga wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). (61) Untuk kalian semua, semoga kalian dilimpahi kebahagiaan dan keberuntungan, dianugerahi kehidupan yang penuh berkah dan kebaikan, selamat bersuka cita bersama, di tempat saling mempererat diri ini, dan masuklah dengan damai dan aman, serta semoga diberi keturunan yang baik.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta jagad. Semoga Allah mencurahkan rahmatnya kepada Muhammad dan seluruh nabi yang lain.
Sālik mengatakan:
Selesai berucap dan sesudah aku membacakan selawat serta salam, sedikit demi sedikit kain kelambu itu bergerak, lalu terdengar suara lembut selembut sentuhan semilir angin. Dia berucap begini:
Barang siapa yang mempelai prianya adalah mawar yang berkemilau, sungguh ia telah bermahkotakan bintang dan berterompahkan bintang pula
Duhai bunga mawar di taman, yang wanginya semerbak minyak misik, apakah mawar yang lain sewangi mawar ini?
Sālik mengatakan:
Aku berkata kepada mempelai perempuan itu: tentangmu aku sudah tahu, barusan aku menyebut sifat-sifatmu, darimu kini aku ingin engkau menjelaskan maqam tuanmu (suamimu) ini, dan kabar tentangnya, aku ingin engkau memberitahuku segala hal baik-buruk yang menyangkut dirinya.
Lalu mempelai perempuan itu menjawab:
Wahai pemuda asing, cerdas dan jarang ketemu, aku akan mengabarkan kepadamu tentang yang dulu maupun yang baru, berkenaan dengan orang yang sangat alim dan mengetahui segala hal. Namun ketika engkau menanyakan suatu hal yang tak bisa dicapai, tentang suatu sifat yang tak bisa ditangkap dan dimiliki oleh pengetahuan apapun, maka sudah pasti aku akan menggambarkannya padamu sesuai ukuran pemahamanmu, aku akan menyampaikan kabar tentangnya sesuai dengan apa yang bisa dipahami olehmu.
Mempelai perempuan itu pun memberi isyarat kepadaku dari balik tabir, kelambu yang terjaga. Ia berkata:
Dia adalah orang paling terpercaya di antara mereka yang dapat dipercaya, ketampanannya para nabi, juga suami yang rupawan. Roh-roh menampak padanya, dan membakar tubuh manusiawinya. Ada seorang perempuan yang ingin dia keluar dengan perasaan rindu, dan patuh sebagai budak. Namun dia memalingkan wajahnya dan menolak. Sungguh dia menorehkan luka dan tidak mengobatinya. Malahan dia meminta yang lain (dipenjarakan). Dia menundukkan nalar logika, mengalahkan semua agama. Dia bagaikan pedang kamatian bagi seluruh musuhnya, yang jauh maupun dekat. Juga bagaikan mata air kebahagiaan dan nikmat bagi para pencinta, yang jauh maupun dekat.
Bintang-bintang di langit bersujud padanya. Hati para pengawal raja tunduk dalam hidupnya yang telah berlalu. Kerajaan menganugerahinya kunci-kunci kekuasaan, mengenakan jubah sutra kepadanya. Kendali kekhalifahan diserahkan padanya. Dia pun menjaga janji dan tanggunjawabnya. Dia terus-menerus memimpin pemerintahannya dengan pandangan yang baik. Dia menegakkan kekuasaannya dengan hasil pemikiran yang sangat jernih. Sehingga daulah betul-betul tegak kokoh. Kebaikan-kebaikan menyebar ke segala penjuru kota maupun desa. Dia tampil bagaikan matahari yang benderang di tengah-tengah para pembesar, satu-satunya pemuka di kalangan kerajaannya. Tak ada satu pun yang berada di luar kekuasaannya. Bajunya kembali, dan kehilangan dirinya menyebabkan kebutaan.
Sālik mengatakan:
Lalu aku pun mendengar sebuah keajaiban. Mempelai wanita itu berpesan agar aku mencari nasab di langit keempat, di sana aku diharap mendapat sebab.
Bismillāh-ir-raḥmān-ir-raḥīm
Sālik mengatakan:
Bersamaku rasul malaikat itu meminta dibukakan pintu langit al-i‘tilā’ (langit mulia). Ada suara menyambutku: “Selamat datang, tuannya para wali. Perlindungan akan menjaga ragamu yang sederhana itu.” Aku membalasnya: “Sungguh menyenangkan berita gembira yang anda sampaikan dan anda jelaskan. Demi maqām anda yang mulia, siapa anda?” Ia menjawab: “Aku adalah tambang keagungan, dari keturunan yang baik, Abul-‘Alā’ (Bapak Kemuliaan), raja matahari.”
Demi agungnya apa yang kutemukan maka aku bersyair:
Berbahagialah orang timur di tempat suci. Bersama matahari yang cahayanya menghapus kegelapan alam kubur
Ia tidak menyerupai apapun. Hanya satu adanya. Tidak dapat dijelaskan dengan definisi maupun jenis tertentu Kami mengetahuinya, dalam kesempurnaan wujud kami, bagaikan kelelawar melihat kilau cahaya matahari
Allah memiliki cahaya, ia diberi risalah; risalah yang terjaga dari prasangka, perkiraan, dan taksiran
Cahaya itu datang pada kita dengan membawa risalah.
Sementara hati kehausan, rindu akan malaikat yang mulia, di tempat kesucian.
Ia pun datang, namun kebanyakan rumah tidak merayakan pesta. Ia pun berbicara kepada rumah-rumah itu, dari atas sandal dan kursi:
Akulah mempelai prianya, dan pengantin perempuan yang mulia adalah risalahku. Allah memiliki hamba yang menjadi mempelai pria juga mempelai wanita
Untuk kalianlah aku menanam batang pohong amanah, dan kepadakulah buah pohon itu akan didatangkan
Aku mulai mencintai tabligh (berda‘wah – penj.), setelah semua perkara yang membuatku melampaui manusia dan kesenangan, sudah nyata.
Aku bahagia. Lesatanku memancarkan kilatan cahaya.
Aku menyeberangi samudra ghaib dengan bahtera indra perasaan
Aku tidur. Namun kelopak mataku tak pernah tidur di waktu pagi. Aku lebih tinggi, tanpa rasa sombong, daripada jinn dan manusia.
Duhai jiwa, ini adalah kebenaran, yang keberadaannya sangat benderang. Duhai jiwa-jiwa, juga jiwaku, janganlah engkau mengingkari.
Sālik mengatakan:
Dia (Idrīs a.s.) tertawa seperti kilatan petir, yang membelah gelapnya perbedaan. Dia berkata: Bagaimana pendapatmu? Aku ingin menjelaskan padamu tentang hakikatku, dan kedalaman telagaku akan membuatmu menemukan keanehan-keanehan. Wahai Sālik, apakah engkau tahu bagaimana mereka fanā’, cahaya pudar pelan-pelan, pikiran-pikiran sirna, sungai-sungai meluap, bunga-bunga semerbak, hakikat isthilām (72) semakin jelas, dan bumi berkilauan cahaya? Akulah yang akan menunjukkan pada keabadian, aku adalah tempat untuk mendaki menuju tempat perjumpaan. Akulah petunjuk yang paling benar pada arah jalan yang paling lurus. Aku tidak diatur, dan tidak pula berhenti padaku. Aku bersemayam di atas singgasanaku. Aku berbaring di atas permadani ajaran-ajaranku. Benar adanya apa yang aku inginkan. Dan aku memuji akhir dari keyakinanku.
Sālik mengatakan:
Aku menerima saja apa yang disampaikannya. Andai aku meminta tambahan niscaya ia akan menambah (penjelasannya).