Wahai anak muda, janganlah engkau mengadu kepada makhluk, mengadulah kepada Sang Khāliq yang Maha Mengatur, sementara yang lain tidak ikut mengatur. Di antara perbendaharaan kebaikan adalah menyembunyikan rahasia, musibah, penyakit, dan sedekah. Waspadalah terhadap laut “dunia” karena banyak orang yang sudah tenggelam di dalamnya. Hanya sedikit orang yang selamat darinya. Dunia adalah laut yang sangat dalam yang menenggelamkan semua orang, namun Allah menyelamatkan siapa di antara hamba-Nya yang Dia kehendaki, sebagaimana Dia selamatkan orang-orang beriman pada hari kiamat dari neraka, karena semua orang melaluinya dan Allah menyelamatkan hamba-hambaNya yang Dia kehendaki. Allah berfirman:
وَ إِنْ مِّنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا
“Dan tidak seorang pun di antara kamu yang tidak mendatanginya (neraka). Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu ketentuan yang sudah ditetapkan.” (Maryam [19]: 71).
Allah berkata kepada api neraka:
كُوْنِيْ بَرْدًا وَ سَلَامًا
“Jadilah kamu dingin dan aman” (al-Anbiyā’ [21]: 69) sampai menyeberang hamba-hambaKu yang beriman kepada-Ku, yang ikhlas karena-Ku, yang mendambakan-Ku, yang menjauhkan diri dari selain-Ku. Allah berkata demikian kepada api neraka, seperti saat Namrūd menyalakan api untuk membakar Ibrāhīm a.s.. Allah berkata: “Wahai laut dunia, jangan engkau tenggelamkan hamba ini,” maksudnya hamba yang dicintai, sehingga selamatlah ia darinya, seperti saat Mūsā a.s. dan kaumnya selamat dari laut (ketika dikejar Fir‘aun). Allah memberikan karunia-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan “memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Kebaikan, pemberian dan pencegahan, kekayaan dan kefakiran, kemuliaan, dan kehinaan, semuanya berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Tidak ada seorang pun yang ikut berkuasa bersama-Nya. Orang yang cerdas adalah orang yang membiasakan diri berada di pintu-Nya dan berpaling dari pintu selain-Nya.
Hai orang yang suka membenci Sang Khāliq. Engkau hancurkan akhiratmu dengan duniamu. Tak lama lagi engkau akan diambil oleh yang mengambil duniamu, dengan pedih sekali. Bermacam-macam caranya mengambilmu, dengan penyakit, kehinaan dan kefakiran, dengan kesulitan, kesedihan dan kegelisahan, dengan gangguan lisan dan tangan manusia. Bangunlah hai orang tidur. Ya Allah, sadarkanlah kami dengan-Mu dan karena-Mu. Amin.
Wahai anak muda, janganlah engkau mengambil dunia seperti pencari kayu bakar malam hari yang tidak mengerti apa yang ada di tangannya. Sungguh aku melihatmu dalam hal membelanjakan dunia seperti pencari kayu bakar di malam hari yang sangat gelap, tanpa rembulan dan tanpa cahaya sementara ia di atas pasir yang penuh semak belukar dan serangga mematikan sehingga ia bisa disengat dan terbunuh. Carilah kayu bakar di siang hari sehingga sinar matahari bisa mencegahmu mengambil sesuatu yang membahayakanmu. Belanjakanlah dunia dengan sinar terang tauhid, syariat dan takwa yang bisa mencegahmu terjerat oleh jejaring hawa, nafsu, setan dan syirik, serta bisa mencegahmu terburu-buru dalam perjalanan.
Waduh, janganlah engkau buru-buru. Siapa terburu-buru ia keliru atau hampir keliru. Siapa yang telaten ia benar atau nyaris benar. Buru-buru itu dari setan, sedang telaten itu dari Tuhan. Yang paling sering membuatmu terburu-buru adalah sikap rakus untuk mengumpulkan dunia. BERQANĀ‘AHLAH KARENA QANĀ‘AH ITU HARTA YANG TAK ADA HABISNYA. KENAPA ENGKAU MENCARI SESUATU YANG TAK DIJATAH UNTUKMU DAN SAMA SEKALI TIDAK TERJANGKAU OLEH TANGANMU? Hilangilah nafsumu, ridalah dengan-Nya, dan menjauhlah dari yang selain-Nya. Biasakan itu sampai engkau menjadi orang yang ‘ārif (mencapai ma‘rifatullāh). Pada saat itulah engkau menjadi orang yang tercukupi dari segala sesuatu, hatimu kokoh dan batinmu bening, dan engkau dituntun oleh Allah ‘azza wa jalla, sehingga engkau posisikan dunia di kepalamu dan akhirat di mata hatimu, dan segala yang selain Allah di mata batinmu. Jangan sampai ada sesuatu selain Allah yang engkau agungkan. Pada saat itulah engkau diagungkan oleh seluruh makhluk.
Wahai anak muda, jika engkau ingin tak ada pintu yang tertutup di hadapanmu, bertaqwalah kepada Allah, karena taqwa adalah kunci setiap pintu. Allah berfirman:
وَ مَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا. وَ يَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“Siapa bertaqwa kepada Allah, Allah berikan kepadanya jalan keluar, dan Allah berikan kepadanya rezeki dari jalan yang tak dia sangka-sangka.” (ath-Thalaq [65]: 2, 3).
Janganlah engkau lawan Allah dalam (mengatur) dirimu, keluargamu, hartamu, dan orang-orang sezamanmu. Kenapa engkau tak malu menyuruh-Nya mengubah dan mengganti (keadaanmu) seolah engkau lebih bijak, lebih tahu, dan lebih pengasih daripada Allah? Engkau dan semua makhluk adalah hamba-Nya. Dia adalah pengaturmu dan pengatur mereka. Jika engkau ingin bersahabat dengan-Nya dalam urusan dunia dan akhirat, tenanglah, diamlah, dan membisulah. Para wali Allah bersikap sopan di hadapan-Nya. Mereka tak bergerak sedikit pun, dan tak melangkah selangkah pun, kecuali dengan petunjuk (izin)-Nya yang jelas di hari mereka. Mereka tidak memakan makanan yang mubah, tidak berpakaian, tidak menikah, dan tidak membelanjakan penghasilan mereka kecuali dengan idzin yang jelas di hati mereka. Mereka bersama Allah, bersama Sang Pembolak-balik hati dan pandangan. Tidak ada kestabilan bagi mereka bersama Tuhan mereka sampai Dia memberikannya di hati mereka di dunia, dan jasad mereka di akhirat.
Ya Allah, anugerahi kami perjumpaan dengan-Mu di dunia dan akhirat, dan beri kami kelezatan berdekat-dekat dengan-Mu dan memandang-Mu. Jadikan kami termasuk orang yang senang dengan-Mu lebih dari selain-Mu, dan
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
“beri kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksa neraka.” (al-Baqarah [2]: 201).
“Bersyukurlah kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Sadarilah bahwa nikmat itu datang dari-Nya. Ingatlah firman-Nya: “Nikmat apa pun yang ada pada kalian berasal dari Allah.” (an-Naḥl [16]: 53). Mana rasa syukur kalian atas nikmat-Nya, wahai orang yang mengira nikmat bukan dari-Nya? Kadang kalian melihat nikmat berasal dari selain Allah. Kadang kalian meremehkan nikmat dan mengaku tak punya apa-apa. Dan, kadang kalian juga menggunakan nikmat di jalan maksiat.”‘Abd-ul-Qādir al-Jailānī.