Peristiwa Isrā’ dan Mi‘rāj tersebut di dalam al-Qur’ān dengan cara terpisah. Isrā’ tersebut dalam suatu surat yang bernama surat Isrā’ ayat 1,
سُبْحَانَ الَّذِيْ أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِيْ بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
yang artinya:
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjid-il-Ḥarām ke al-Masjid-il-Aqshā yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Menurut keterangan ayat ini, Isrā’ itu telah dilaksanakan atas diri Nabi, agar beliau melihat sebagian daripada ayat-ayat Tuhan yang terdapat di sekeliling Masjid-il-Aqshā yang penuh dengan keberkahan, seperti yang telah terjadi sesudahnya Rasūl kembali dari sana.
Mengenai Mi‘rāj, tersebut dalam al-Qur’ān, surat an-Najm ayat 1-18 sebagai berikut:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
٥٣:١.وَ النَّجْمِ إِذَا هَوى
٥٣:٢.مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمْ وَ مَا غَوى
٥٣:٣.وَ مَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوى
٥٣:٤.إِنْ هُوَ إِلاًّ وَحْيٌ يُوحى
٥٣:٥.عَلَّمَهُ شَدِيْدُ الْقُوى
٥٣:٦.ذُوْ مِرَّةٍ فَاسْتَوى
٥٣:٧.وَ هُوَ بِالأُفُقِ الأَعْلى
٥٣:٨.ثُمَّ دَنَا فَتَدَلّى
٥٣:٩.فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنى
٥٣:١٠.فَأَوْحى إِلى عَبْدِهِ مَا أَوْحى
٥٣:١١.مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأى
٥٣:١٢.أَفَتُمَارُوْنَهُ عَلى مَا يَرى
٥٣:١٣.وَ لَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرى
٥٣:١٤.عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهى
٥٣:١٥.عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوى
٥٣:١٦.إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشى
٥٣:١٧.مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَ مَا طَغى
٥٣:١٨.لَقَدْ رَأى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرى
[53:1]. Demi bintang ketika terbenam,
[53:2]. kawanmu (Muḥammad) tidak sesat dan tidak pula keliru.
[53:3]. dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’ān) menurut kemauan hawa nafsunya.
[53:4]. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
[53:5]. yang diajarkan kepadanya oleh (Jibrīl) yang sangat kuat,
[53:6]. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibrīl itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli.
[53:7]. sedang dia berada di ufuk yang tinggi.
[53:8]. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi,
[53:9]. maka jadilah dia dekat (pada Muḥammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
[53:10]. Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muḥammad) apa yang telah Allah wahyukan.
[53:11]. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
[53:12]. Maka apakah kamu (musyrikin Makkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya?
[53:13]. Dan sesungguhnya Muḥammad telah melihat Jibrīl itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,
[53:14]. (yaitu) di Sidrat-il-Muntahā.
[53:15]. Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
[53:16]. (Muḥammad melihat Jibrīl) ketika Sidrat-il-muntahā diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
[53:17]. Penglihatannya (Muḥammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.
[53:18]. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.