Hati Senang

Sunan Nasa’i no.158 s.d 165 – Berwudhu atau Mengulangi Wudhu’ Karena Sebab Tertentu

114. Wudhu’ Karena Buang Hajat Atau Kencing.

سنن النسائي ١٥٨: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ يُحَدِّثُ قَالَ أَتَيْتُ رَجُلًا يُدْعَى صَفْوَانَ بْنَ عَسَّالٍ فَقَعَدْتُ عَلَى بَابِهِ فَخَرَجَ فَقَالَ مَا شَأْنُكَ قُلْتُ أَطْلُبُ الْعِلْمَ قَالَ إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ فَقَالَ عَنْ أَيِّ شَيْءٍ تَسْأَلُ قُلْتُ عَنِ الْخُفَّيْنِ قَالَ كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ سَفَرٍ أَمَرَنَا أَنْ لَا نَنْزِعَهُ ثَلَاثًا إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ وَ لكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَ بَوْلٍ وَ نَوْمٍ.

Sunan Nasā’ī 158: Telah mengabarkan kepada kami Muḥammad bin ‘Abd-ul-A‘lā dia berkata: Telah menceritakan kepada kami Khālid, telah menceritakan kepada kami Syu‘bah, dari ‘Āshim bahwasannya dia mendengar Zirr bin Ḥubaisy berkata: “Aku datang kepada seseorang yang biasa dipanggil Shafwān bin ‘Assāl, dan aku duduk di depan pintunya. Kemudian dia keluar dan berkata: ‘Ada apa denganmu? ‘ Aku menjawab: ‘Aku ingin menuntut ilmu’. Ia berkata: para malaikat meletakkan sayap-sayapnya kepada para pemburu ilmu, sebagai tanda keridhaan terhadap mereka’. Lalu dia berkata: ‘ kamu mau tanya masalah apa? ‘ Aku berkata: ‘tentang dua sepatu khuf.’ Dia menjawab: ‘Dulu jika kami dalam perjalanan bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk tidak melepasnya selama tiga hari, kecuali karena junub. Akan tetapi (boleh lepas) karena buang air besar atau buang air kecil atau tertidur’.

Derajat: Syaikh al-Albani: Ḥasan.

Pembanding: SN: 159; MA: 17396.

  1. Wudhu’ Karena Buang Hajat.

سنن النسائي ١٥٩: أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ وَ إِسْمَاعِيْلُ بْنُ مَسْعُوْدٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ قَالَ قَالَ صَفْوَانُ بْنُ عَسَّالٍ كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِيْ سَفَرٍ أَمَرَنَا أَنْ لَا نَنْزِعَهُ ثَلَاثًا إِلَّا مِنْ جَنَابَةٍ وَ لكِنْ مِنْ غَائِطٍ وَ بَوْلٍ وَ نَوْمٍ.

Sunan Nasā’ī 159: Telah mengabarkan kepada kami ‘Amru bin ‘Alī dan Ismā‘īl bin Mas‘ūd keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazīd bin Zurai‘ berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu‘bah, dari ‘Āshim dari Zirr berkata: Shafwān bin ‘Assāl berkata: “Kami dulu bersama Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam dalam suatu perjalanan, dan beliau memerintahkan kami untuk tidak melepas sepatu (khuf) selama tiga hari kecuali karena junub. Akan tetapi boleh kalau karena buang air besar dan buang air kecil, atau dari tidur.

Derajat: Syaikh al-Albani: Ḥasan.

Pembanding: MA: 17396.

  1. Berwudhu’ Karena Kentut.

سنن النسائي ١٦٠: أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ سُفْيَانَ عَنِ الزُّهْرِيِّ ح و أَخْبَرَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ مَنْصُوْرٍ عَنْ سُفْيَانَ قَالَ حَدَّثَنَا الزُّهْرِيُّ قَالَ أَخْبَرَنِيْ سَعِيْدٌ يَعْنِي ابْنَ الْمُسَيَّبِ وَ عَبَّادُ بْنُ تَمِيْمٍ عَنْ عَمِّهِ وَ هُوَ عَبْدُ اللهِ بْنُ زَيْدٍ قَالَ
شُكِيَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ الرَّجُلُ يَجِدُ الشَّيْءَ فِي الصَّلَاةِ قَالَ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى يَجِدَ رِيْحًا أَوْ يَسْمَعَ صَوْتًا.

Sunan Nasā’ī 160: Telah mengabarkan kepada kami Qutaibah dari Sufyān dari az-Zuhrī. Dari jalur periwayatan yang lain juga disebutkan; dan telah mengabarkan kepadaku Muḥammad bin Manshūr, dari Sufyān berkata: Telah menceritakan kepada kami az-Zuhrī berkata: Telah mengabarkan kepada ku Sa‘īd yaitu Ibnu Musayyab dan ‘Abbād bin Tamīm, dari pamannya yaitu ‘Abdullāh bin Zaid dia berkata: “Diadukan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam tentang seorang laki-laki yang mendapati sesuatu ketika sedang shalat?” Beliau bersabda: “Janganlah keluar (dari shalat) hingga ia mencium bau atau mendengar suara (kentut).

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 134, 171, 1915; SM: 540; SAD: 150; SIM: 506, 507; MA: 15855.

  1. Berwudhu’ Karena Tidur.

سنن النسائي ١٦١: أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ مَسْعُوْدٍ وَ حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ قَالَا حَدَّثَنَا يَزِيْدُ بْنُ زُرَيْعٍ قَالَ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِيْ سَلَمَةَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ مَنَامِهِ فَلَا يُدْخِلْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يُفْرِغَ عَلَيْهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِيْ أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.

Sunan Nasā’ī 161: Telah mengabarkan kepada kami Ismā‘īl bin Mas‘ūd dan Ḥumaid bin Mas‘adah keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazīd bin Zurai‘ berkata: Telah menceritakan kepada kami Ma‘mar, dari az-Zuhrī dari Abū Salamah, dari Abū Hurairah radhiyallāhu ‘anhu, bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, janganlah memasukkan tangannya ke bejana air sehingga dia menuangkan ke tangannya sebanyak tiga kali, karena dia tidak tahu di mana tangannya berada (pada waktu dia tidur).

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SB: 3052; SM: 416; SAD: 94, 95; ST: 24; SN: 437; SIM: 387, 388, 389; MA: 6981, 7129, 7204, 7283, 7481, 7835, 8776, 9491, 9710, 10092, 10184; SD: 759.

  1. Mengantuk.

سنن النسائي ١٦٢: أَخْبَرَنَا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ أَيُّوْبَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيْهِ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا نَعَسَ الرَّجُلُ وَ هُوَ فِي الصَّلَاةِ فَلْيَنْصَرِفْ لَعَلَّهُ يَدْعُوْ عَلَى نَفْسِهِ وَ هُوَ لَا يَدْرِيْ.

Sunan Nasā’ī 162: Telah mengabarkan kepada kami Bisyr bin Hilāl dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abd-ul-Wārits, dari Ayyūb, dari Hisyām bin ‘Urwah, dari Bapaknya, dari ‘Ā’isyah radḥiyallāhu ‘anhā dia berkata: Bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila seseorang mengantuk dalam shalatnya hendaklah ia menghentikan, karena mungkin dia berdo’a untuk kecelakaan (kebinasaan) bagi dirinya sendiri sedang dia tidak menyadarinya!

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 439; MA: 11533. 12062, 13120

  1. Berwudhu’ Karena Menyentuh Kemaluan.

سنن النسائي ١٦٣: أَخْبَرَنَا هَارُوْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ حَدَّثَنَا مَعْنٌ أَنْبَأَنَا مَالِكٌ ح وَ الْحَارِثُ بْنُ مِسْكِيْنٍ قِرَاءَةً عَلَيْهِ وَ أَنَا أَسْمَعُ عَنِ ابْنِ الْقَاسِمِ قَالَ أَنْبَأَنَا مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُوْلُ دَخَلْتُ عَلَى مَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ فَذَكَرْنَا مَا يَكُوْنُ مِنْهُ الْوُضُوْءُ فَقَالَ مَرْوَانُ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ الْوُضُوْءُ فَقَالَ عُرْوَةُ مَا عَلِمْتُ ذلِكَ فَقَالَ مَرْوَانُ أَخْبَرَتْنِيْ بُسْرَةُ بِنْتُ صَفْوَانَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ إِذَا مَسَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ فَلْيَتَوَضَّأْ.

Sunan Nasā’ī 163: Telah mengabarkan kepada kami Hārūn bin ‘Abdullāh, telah menceritakan kepada kami Ma‘n, telah memberitakan kepada kami Mālik dan al-Ḥārits bin Miskīn, telah dibacakan kepadanya dan saya mendengarnya dari Ibnu Qāsim berkata: Telah memberitakan kepada kami Mālik dari ‘Abdullāh bin Abū Bakr bin Muḥammad bin ‘Amr bin Ḥāzim bahwasanya dia mendengar ‘Urwah bin Zubair berkata: “Aku menemui Marwān bin Ḥakam, lalu kami menyebutkan hal yang mengharuskan untuk berwudhu’. Lalu Marwān berkata: menyentuh kemaluan”. ‘Urwah berkata: “Aku tidak tahu hal tersebut. Lalu Marwān berkata lagi: Telah mengabarkan kepadaku ‘ Busrah binti Shafwān bahwa dia mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian menyentuh kemaluannya, hendaklah ia berwudhu’.

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 154, 177, 190’ SN: 441; SIM: 472, 473; MA: 6779, 21522, 26030; MM: 81, 83.

سنن النسائي ١٦٤: أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُغِيْرَةِ قَالَ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ سَعِيْدٍ عَنْ شُعَيْبٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِيْ عَبْدُ اللهِ بْنُ أَبِيْ بَكْرِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ أَنَّهُ سَمِعَ عُرْوَةَ بْنَ الزُّبَيْرِ يَقُوْلُ ذَكَرَ مَرْوَانُ فِيْ إِمَارَتِهِ عَلَى الْمَدِيْنَةِ أَنَّهُ يُتَوَضَّأُ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ إِذَا أَفْضَى إِلَيْهِ الرَّجُلُ بِيَدِهِ فَأَنْكَرْتُ ذلِكَ وَ قُلْتُ لَا وُضُوْءَ عَلَى مَنْ مَسَّهُ فَقَالَ مَرْوَانُ أَخْبَرَتْنِيْ بُسْرَةُ بِنْتُ صَفْوَانَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ذَكَرَ مَا يُتَوَضَّأُ مِنْهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ وَ يُتَوَضَّأُ مِنْ مَسِّ الذَّكَرِ.قَالَ عُرْوَةُ فَلَمْ أَزَلْ أُمَارِيْ مَرْوَانَ حَتَّى دَعَا رَجُلًا مِنْ حَرَسِهِ فَأَرْسَلَهُ إِلَى بُسْرَةَ فَسَأَلَهَا عَمَّا حَدَّثَتْ مَرْوَانَ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بُسْرَةُ بِمِثْلِ الَّذِيْ حَدَّثَنِيْ عَنْهَا مَرْوَانُ.

Sunan Nasā’ī 164: Telah mengabarkan kepada kami Aḥmad bin Muḥammad bin al-Mughīrah dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Utsmān bin Sa‘īd, dari Syu‘aib, dari az-Zuhrī dia berkata: Telah mengabarkan kepadaku ‘Abdullāh bin Abū Bakr bin ‘Amr bin Ḥāzim bahwasannya dia mendengar ‘Urwah bin Zubair berkata: “Marwān menyebutkan pada masa pemerintahannya di Madīnah, bahwa hendaklah berwudhu’ karena memegang kemaluan dengan tangannya. Aku mengingkarinya dan aku mengatakan, ‘tidak ada wudhu’ bagi yang menyentuhnya! ‘ lalu Marwān berkata: ‘Busrah bin Shafwān mengabarkan kepadaku bahwa dia mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah berwudhu’ karena menyentuh kemaluan.” ‘Urwah berkata: “Tapi aku masih saja mendebat Marwān hingga dia memanggil seorang pengawalnya. dia mengutus kepada Busrah untuk menanyakan tentang hal yang dia kabarkan kepada Marwān, Kemudian Busrah mengabarkan seperti apa yang telah di kabarkan oleh Marwān kepadaku.”

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SN: 442; MA: 26033; SD: 718.

  1. Tidak Berwudhu’ Karenanya (Menyentuh Kemaluan).

سنن النسائي ١٦٥: أَخْبَرَنَا هَنَّادٌ عَنْ مُلَازِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ بَدْرٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقِ بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ خَرَجْنَا وَفْدًا حَتَّى قَدِمْنَا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ وَ صَلَّيْنَا مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ جَاءَ رَجُلٌ كَأَنَّهُ بَدَوِيٌّ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا تَرَى فِيْ رَجُلٍ مَسَّ ذَكَرَهُ فِي الصَّلَاةِ قَالَ وَ هَلْ هُوَ إِلَّا مُضْغَةٌ مِنْكَ أَوْ بَضْعَةٌ مِنْكَ.

Sunan Nasā’ī 165: Telah mengabarkan kepada kami Hannād, dari Mulāzim dia berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullāh bin Badr, dari Qais bin Thalq bin ‘Alī, dari Bapaknya dia berkata: “Kami keluar (dari daerah kami) hingga kami sampai kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Lalu kami berbaiat kepadanya dan shalat bersamanya. Setelah selesai shalat datanglah seseorang yang kelihatannya seorang Badui, dia berkata: ‘Wahai Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam, Apa pendapat engkau tentang orang yang menyentuh kemaluannya ketika shalat? ‘ Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Bukankah itu hanya bagian dari dagingmu?

Derajat: Syaikh al-Albani: Shaḥīḥ.

Pembanding: SAD: 155; ST: 78.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.