Peringatan ke1 – Peringatan2 di dalam Hadits2 Qudsi oleh Imam al-Ghazali

هُوَ
الْمَوَاعِظُ فِي أَحَادِيثِ الْقُدْسِيَّةِ
لِلإِمَامِ الْغَزَالِيِّ

Peringatan-peringatan di dalam Hadits-hadits Qudsi
Oleh: Imam al-Ghazali

الْمَوْعِظَةُ الأُولى

Peringatan Pertama.

 

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى: يَا بْنَ آدَمَ! عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْمَوْتِ كَيْفَ يَفْرَحُ؟

Allah ta‘āberfirman: “Wahai anak-cucu Ādam! Aku heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan kematiannya, bagaimana bisa ia masih tetap bergembira?

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْحِسَابِ كَيْفَ يَجْمَعُ الْمَالَ؟

Aku heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan Ḥisāb (perhitungan setiap amalannya), bagaimana bisa ia masih sibuk mengumpulkan hartanya?

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالْقَبْرِ كَيْفَ يَضْحَكُ؟

Aku heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan kubur (qubūr), bagaimana bisa ia masih tertawa-tawa?

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ باِلآخِرَةِ كَيْفَ يَسْتَرِيحُ؟

Aku heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan ākhirat, bagaimana bisa ia masih istirahat bersantai-santai?

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ أَيْقَنَ بِالدُّنْيَا وَ زَوَالِهَا كَيْفَ يَطْمَئِنُّ إِلَيْهَا؟

Aku heran pada orang yang yakin (yaqīn) akan dunia dan kehancurannya, bagaimana bisa ia masih senang padanya?

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ هُوَ عَالِمٌ بِاللِّسَانِ جَاهِلٌ بِالْقَلْبِ،

Aku heran pada orang yang ‘ālim dengan lidahnya, (padahal) jāhil qalbunya.

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ يَطْهُرُ بِالْمَاءِ وَهُوَ غَيْرُ طَاهِرٍ بِالْقَلْبِ،

Aku heran pada orang yang bersuci dengan air, padahal qalbunya tidak bersih.

وَ عَجِبْتُ لِمَنْ يَشْتَغِلُ بِعُيُوبِ النَّاسِ وَهُوَ غَافِلٌ عَنْ عُيُوبِ نَفْسِهِ،

Aku heran pada orang yang sibuk dengan kekurangan orang lain, padahal ia lalai akan kekurangan dirinya sendiri.

أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّ اللهَ تَعَالى مُطَّلِعٌ عَلَيْهِ كَيْفَ يَعْصِيهِ؟

Atau (Aku heran) pada orang yang mengetahui bahwa Allah senantiasa mengawasinya, bagaimana bisa ia terus berbuat durjana terhadap-Nya?

أَوْ لِمَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَمُوتُ وَحْدَهُ وَ يَدْخُلُ الْقَبْرَ وَحْدَهُ وَ يُحَاسَبُ وَحْدَهُ كَيْفَ يَسْتَأْنِسُ بِالنَّاسِ،

Atau (Aku heran) pada orang yang mengetahui bahwa ia akan mati sendirian, akan masuk ke qubur sendirian, amalannya akan dihitung sendirian, bagaimana bisa ia berakraban dengan orang lain?

لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنَا حَقًّا وَ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدِي وَ رَسُولِي،

Tiada Tuhan melainkan Aku, sebenar-benarnya dan bahwa Muḥammad adalah hamba-Ku dan Rasūl-Ku.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *