Hadits Qudsi ke11-15 – Misykat Al-Anwar | Ibni Arabi

Misykāt-ul-Anwār
(Relung-relung Cahaya Hadits Qudsi)

(Diterjemahkan dari: )
Kompilasi Hadits Qudsi dari Kitab:
110 Hadits Qudsi, Misykāt-ul-Anwār, dan Futūḥāt-ul-Makkiyyah

Penerjemah: Hadiri Abdurrazak, Ismawati B.Soekoto
Penerbit: Pustaka IIMAN

BAGIAN PERTAMA

110 Hadits Qudsi

(Hadits Qudsi Ke 11-15)

 

(11). عَنْ أَبِيْ.هُرَيْرَةَ (ر) أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ (ص) قَالَ: (يَقُوْلُ اللهُ: إِذَا عَبْدِيْ أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلَا تَكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا بِمِثْلِهَا. وَ إِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِيْ فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً وَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمْلْهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنَّ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُهَا لَهُ بِعَشَرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعَمِائَةٍ.
(حديث صحيح) [رواه البخاري وَ مسلم و الترمذي]

  1. Dari Abū Hurairah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Allah berfirman (kepada para malaikat): “Apabila hamba-Ku hendak berbuat suatu kejahatan, jangan kalian catat kejahatan itu atasnya sampai ia benar-benar melakukanny. Jika ia telah benar-benar melakukannya, catatlah dengan yang setimpal. Dan jika ia meninggalkannya demi Aku, maka catatlah untuknya satu kebaikan. Sedangkan apabila ia hendak berbuat suatu kebaikan, lalu tidak melakukannya, catatlah untuknya satu kebaikan. Namun jika ia melakukannya, maka catatlah untuknya dengan sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. (HR. Bukhārī, Muslim, dan Tirmidzī; Shaḥīḥ)

(12). عَنْ أَبِيْ.هُرَيْرَةَ (ر) قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ (ص) يَقُوْلُ: (كَانَ رَجُلَانِ فِيْ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مُتَوَاخِيَيْنِ أَحَدُهُمَا يُذْنِبُ وَ الْآخَرُ مُجْتَهِدٌ فِي الْعِبَادَةِ فَكَانَ لَا يَزَالُ الْمُجْتَهِدُ يَرَى الْآخَرَ عَلَى الذَّنْبِ فَيَقُوْلُ اقْصُرْ فَوَجَدَهُ يَوْمًا عَلَى ذَنْبٍ فَقَالَ لَهُ: اُقْصُرْ فَقَالَ: خَلَّنِيْ وَ رِبِّيْ أَبُعِثْتَ عَلَيَّ رَقِيْبًا فَقَالَ: وَ اللهِ لَا يَغْفِرُ اللهُ لَكَ أَوْ لَا يُدْخِلَكَ اللهُ الْجَنَّةَ فَقَبَضَ أَرْوَاحُهُمَا فَاجْتَمَعَا عِنْدَ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَقَالَ لِهذَا الْمُجْتَهِدِ: أَكُنْتَ بِيْ عَالِمًا؟ أَوْ كُنْتَ عَلَى مَا فِيْ يَدِيْ قَادِرًا؟ وَ قَالَ لِلْمُنْذِبِ: اِذْهَبْ فَادْخُلِ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِيْ وَ قَالَ لِلْآخَرِ: اذْهَبُوْا بِهِ إِلَى النَّارِ)
(حديث حسن) [سنن أبي داؤود]
وَ قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: (وَ الَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لِتَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَوْ بَقَتْ دُنْيَاهُ وَ آخِرَتُهُ)

  1. Dari Abū Hurairah r.a., ia menuturkan: Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: Ada dua orang laki-laki bersaudara di kalangan bani Isrā’īl: salah satu dari keduanya berbuat dosa, dan yang lain giat dalam beribadah. Selama orang yang giat beribadah melihat yang lain berbuat dosa, ia selalu cegah. Suatu hari, ia mendapati saudaranya berbuat dosa. Maka ia cegah. Saudaranya berkata: “Tinggalkan aku. Demi Tuhanku, apakah kau diutus sebagai pengawas untukku?!” Ia katakan: “Demi Allah! Allah tidak akan mengampunimu, atau Allah tidak akan memasukkanmu ke surga. ”Lalu keduanya meninggal. Mereka pun menghadap Tuhan semesta alam bersama. Allah berfirman kepada orang yang giat beribadah: “Apakah kau benar-benar tahu Aku, atau kau benar-benar berkuasa atas segala yang ada di tangan-Ku?” Sedangkan kepada si pelaku dosa, Allah berfirman: “Pergilah kau masuk ke surga dengan rahmat-Ku.” Dan untuk yang giat beribadah, Allah berfirman (kepada para malaikat): “Bawalah dia ke neraka.” (HR. Abū Dāūd; Ḥasan).

Abū Hurairah berkata: “Demi Dzāt yang jiwaku dalam genggaman-Nya, betapa ucapan satu kata dapat merusak kebaikan dunia dan akhiratnya.”

(13). عَنْ جُنْدُبٍ (ر) أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ (ص) حَدَثَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: (وَ اللهُ لَا يَغْفِرُ اللهُ لِفُلَانٍ وَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى قَالَ: مَنْ ذَى الَّذِيْ يَتَأَلَّى عَلَيَّ أَنْ لَا أَغْفِرَ لِفُلَانٍ فَإِنِّيْ قَدْ غَفَرْتُ لِفُلَانٍ وَ أَحْبَطْتُ عَمَلَكَ أَوْ كَمَا قَالَ).
(حديث صحيح) [رواه مسلم و معجم الطبراني الكبير]

  1. Dari Jundub r.a. Rasūlullāh s.a.w. mengungkapkan bahwa seseorang berkata: “Demi Allah! Allah tidak akan mengampuni si Fulan.” Padahal Allah s.w.t. menyatakan: Barang siapa yang bersumpah atas-Ku bahwa Aku tidak akan mengampuni seseorang, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni orang (yang disumpahi) itu, dan Aku pupuskan amalmu (orang yang menyumpahi), atau seperti apa yang ia nyatakan (sumpahkan). (HR. Muslim dan Thabrānī; Shaḥīḥ).

(14). عَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ (ر) عَنِ النَّبِيِّ (ص): أَنَّهُ ذَكَرَ رَجُلًا فِيْمَا سَلَفَ أَوْ فِيْمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ قَالَ: كَلِمَةٌ يَعْنِيْ أَعْطَاهُ مَالًا وَ وَلَدًا فَلَمَّا حَضَرَةِ الْوَفَاةُ قَالَ لِبَنِيْهِ: أَيُّ أَبٍ كُنْتُ لَكُمْ؟ قَالُوْا: خَيْرُ أَبٍ فَإِنَّهُ لَمْ يَبْتَئِزْ أَوْ لَمْ يَبْتَئزْ عِنْدَ اللهِ خَيْرًا وَ إِنْ يُقَدِّرُ اللهُ عَلَيْهِ يُعَذِّبْهُ فَانْظُرُوْا إِذَا مِتُّ فَأَحْرِقُوْانِيْ حَتَّى إِذَا صِرْتُ فَحْمًا فَاسْحِقُوْنِيْ أَوْ قَالَ: فَاسْحِكُوْنِيْ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ رِيْحٍ عَاصِفٍ فَأَذْرُوْنِيْ فِيْهَا فَقَالَ النَّبِيُّ (ص): فَأَخَذَ مَوَاثِيْقَهُمْ عَلَى ذلِكَ وَ رَبِّيْ فَفَعَلُوْا ثُمَّ أَذْرُوْهُ فِيْ يُوْمِ عَاصِفٍ فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَ جَلِّ: كُنْ فَإِذَا هُوَ رَجُلٌ قَائِمٌ قَالَ اللهُ: أَيْ عَبْدِيْ مَا حَمَلَكَ عَلَى أَنْ فَعَلْتَ مَا فَعَلْتَ؟ قَالَ: مَخَافَتُكَ أَوْ فَرْقٌ مِنْكَ قَالَ: فَمَا تَلَافَاهُ أَنْ رَحِمَهُ عِنْدَهَا، وَ قَالَ مَرَّةً أُخْرَى: فَمَا تَلَافَاهُ غَيْرُهَا)
(حديث صحيح) [رواه البخاري و مسلم]

  1. Dari Abū Sa‘īd al-Khudrī r.a., dari Nabi s.a.w. menyatakan bahwa seseorang di masa lampau menyatakan bahwa Allah telah memberinya sejumlah harta dan anak. Ketika kematian datang menjemput, ia berkata kepada anak-anaknya: “Bagaimana aku menjadi ayah kalian?” Anak-anaknya menjawab: “Ayah adalah ayah terbaik.” Ia menyatakan kalau dirinya belum berbuat kebaikan apa pun untuk Allah, sehingga jika Allah menakdirkannya mati, ia akan diadzab. (Maka ia berpesan): “Perhatikanlah: apabila aku mati, bakarlah aku sampai menjadi arang, kremasi, lalu setelah tiba musim angin, taburkanlah abuku.”

Sabda Nabi s.a.w.: Orang itu meminta anak-anaknya untuk berjanji melakukan hal tersebut. Dan demi Tuhanku, mereka melakukannya, kemudian menaburkan abu ayah mereka di kala musim angin. Allah ‘azza wa jalla berfirman:Jadilah! Maka orang itu pun telah berdiri. Allah bertanya: Hai hamba-Ku, apa yang mendorongmu berbuat seperti itu? Ia menjawab: “Aku begitu takut pada-Mu.” Nabi s.a.w. bersabda: Maka Allah merahmati orang itu karena rasa takutnya.” Sekali lagi beliau bersabda: “Maka Allah tidak menghukum orang itu karena rasa takutnya. (HR. Bukhārī dan Muslim; Shaḥīḥ).

(15). عَنْ أَبِيْ.هُرَيْرَةَ (ر) أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ (ص) قَالَ: (قَالَ اللهُ: إِذَا أَحَبَّ عَبْدِيْ لِقَائِيْ أَحْبَبْتُ لِقَائَهُ، وَ إِذَا كَرِهُ لِقَائِيْ كَرِهْتُ لِقَاءَهُ).
(حديث صحيح) [رواه البخاري و النسائي]

  1. Dari Abū Hurairah r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:Allah berfirman:Apabila hamba-Ku senang bertemu dengan-Ku, Aku pun senang bertemu dengannya. Dan apabila dia tidak suka bertemu Aku, Aku pun tak sudi bertemu dengannya.” (HR. Bukhārī dan Nasā’ī; Shaḥīḥ).

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *