Hadits ke-39
Ketika Melihat Kemungkaran Pada Diri Teman
عَنْ رَسُوْلِ اللهِ (ص) قَالَ: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَ ذلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.
Artinya:
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran, maka hentikanlah dengan tangannya. Kalau tidak bisa, hentikanlah dengan lisannya. Dan kalau tidak bisa juga, maka hentikanlah dengan hatinya; dan itu adalah selemah-lemah iman.” (H.R. Muslim dan Imam Ahmad).
Keterangan:
Salah satu kewajiban yang mesti kita tunaikan dalam hubungan persahabatan adalah berusaha meluruskan sahabat yang melenceng dari norma agama dan sosial. Hal itu kita lakukan dengan landasan kasih sayang, yakni supaya sahabat kita tidak terperosok dalam lembah kenistaan (humiliation, indignation). Di samping itu, kita juga diharuskan untuk mengajak sahabat dalam setiap kegiatan yang bernilai kebaikan. Inilah prinsip amar ma‘ruf nahi munkar.
Dalam menanggulangi kemungkaran, hadits di atas merekomendasikan beberapa tahap. Tahap pertama, adalah mengubah dengan tangan. Dalam hal ini tangan tidak harus dimaknai dengan pukulan atau kekerasan. Akan tetapi, lebih tepat kiranya jika “tangan” dimaknai dengan pengaruh, kekuasaan, wibawa dan karisma yang kita miliki. Jika memang kita tidak memilikinya, bisa ditempuh strategi kedua, yakni menasihati dengan lisan. Jika kita tidak memiliki keberanian untuk itu, kita boleh memilih cara terakhir, yakni mengingkari seluruh perbuatan tersebut di dalam hati. Cara terakhir ini memang sangat rendah nilainya bila dibandingkan dengan yang pertama dan kedua. Akan tetapi, minimal kita tidak terpengaruh, mendukung, merestui, ataupun ikut serta berbuat munkar.