37 Berlaku dan Bersikap Jujur – Mengintip Nabi Mendidik Buah Hati

40 HADITS SHAHIH
Mengintip Nabi Mendidik Buah Hati

Oleh: Alaik S.

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Hadits ke-37

Berlaku dan Bersikap Jujur

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ وَ إِنَّ الْبِرَّ يَهْدِيْ إِلَى الْجَنَّةِ وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَ يَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيْقًا وَ إِيَّاكُمْ وَ الْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ وَ إِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ وَ مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يُكْذِبُ وَ يَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا.

Artinya:

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas‘ud, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Berlakulah jujur karena ia membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu membimbing ke surga. Seorang yang senantiasa jujur pastilah dicatat sebagai seorang jujur di sisi Allah. Jauhilah dusta karena ia membawa pada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Seorang yang berdusta dan terus berdusta pasti akan dicatat sebagai pendusta di sisi-Nya.” (H.R. Muslim).

 

Keterangan:

Perintah menjalani hidup jujur dan menjauhi dusta menjadi pokok pesan Rasul dalam hadits di atas. Untuk bisa menjadi orang jujur, tentu perlu belajar dan berlatih melalui contoh orang-orang terdekat. Hal demikian ini dilakukan lantaran pelajaran tentang kejujuran tak cukup hanya dengan pengetahuan dan penjelasan semata. Di sinilah pentingnya peran orang tua bagi seorang anak untuk mendidik dan mengarahkannya menjadi orang yang jujur. Sulit rasanya seorang anak akan jadi orang jujur kalau setiap hari disuguhi kebohongan dari orang tuanya, tetangga, masyarakat, dan seterusnya. Lebih dari itu, posisi orang tua menjadi benteng terakhir ketika tatanan keluarga dari hulu sampai hilir diwarnai kebohongan. Orang tua memiliki kewajiban untuk menghantarkan anak menjadi orang yang jujur.

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *