23 Bersahabat Dengan Orang Yang Mendorong Pada Kebaikan – Agar Kamu Selalu Dicintai Sahabatmu

40 HADITS SHAHIH
Agar Kamu Selalu Dicintai Sahabatmu
Oleh: Alaik S.

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Hadits ke-23

Bersahabat Dengan Orang Yang Mendorong Pada Kebaikan

 

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَ الْجَلِيْسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ وَ كِيْرِ الْحَدَّادِ لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيْهِ أَوْ تَجِدُ رِيْحَهُ وَ كِيْرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيْحًا خَبِيْثَةً.

Artinya:

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dan buruk adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi dan tukang besi. Berteman dengan penjual minyak wangi, walaupun tidak membelinya, engkau mungkin ketularan baunya. Sedangkan berteman dengan tukang besi, kalaupun tidak membakar badan atau bajumu, aroma kurang sedap akan menempel di tubuhmu.” (H.R. al-Bukhari).

 

Keterangan:

Sesungguhnya pengaruh teman sangat kuat dalam diri seseorang. Sangat tepat ketika Rasulullah s.a.w. mengumpamakan orang yang berteman dengan orang baik laksana orang yang dekat dengan penjual minyak wangi. Walaupun dia tidak membeli minyak wangi itu, sekurangnya keharuman yang ditebarkan sang penjual akan menempel padanya. Sementara itu, berteman dengan orang yang bersifat buruk bisa diserupakan dengan berdekatan dengan seorang pandai besi. Sekalipun tidak terkena percikan apinya, asap dan hawa tak sedap yang menyelubungi si pandai besi bisa menjalar dan melekat pada setiap orang di dekatnya. Tentu saja, ini hanya perumpamaan, dan tidak bermaksud melecehkan profesi tertentu.

Pelajaran yang bisa dipetik adalah, berteman dengan orang baik akan membimbing seseorang, sadar atau tidak sadar, mengikuti setiap perbuatan baiknya. Setahap demi setahap dia terpengaruh untuk memperbaiki tindak tanduknya karena terpengaruh oleh sang teman. Misalnya, berteman dengan ahli ibadah memiliki dampak positif pada rutinitas ibadah kita.

Sebaliknya, bersahabat dengan orang bertabiat buruk akan berdampak negatif terhadap tabiat kita juga, diakui atau tidak. Perubahan buruk pada diri kita akan berjalan sangat perlahan dan halus. Pelan tapi pasti. Sedikit demi sedikit kita terpeleset mengikuti tabiat sang teman, walaupun mungkin dia tidak pernah mengajak kita meniru perbuatannya. Umpamanya, berteman dengan pencuri, walaupun tidak ikut mencuri, namun kita sudah bermain api dan dikhawatirkan akan terbakar dan ikut-ikutan mencuri. Mungkin pada awalnya hanya kecil barang yang kita curi, namun lambat laun tingkah laku kita sudah memfotokopi tindakan sang teman yang pencuri itu. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi, kalau dia yang makan buahnya sementara kita kena getahnya. Misalnya saja, ketika dia dibekuk polisi karena tindak pidana tersebut, kita yang tidak tahu menahu pun bisa ikut terciduk gara-gara bersahabat dengannya.

Oleh sebab itu, orang bijak terdahulu menegaskan, kalau ingin menilai kualitas seseorang, hendaknya diperiksa siapa saja teman di sekitarnya. Kalau temnannya dari kalangan tepercaya, bisa dipastikan orang itu baik. Demikian pula sebaliknya.

Kandungan hadits ini bukan berarti ingin membatasi pergaulan seorang muslim. Namun sebaliknya, jaringan pergaulan harus senantiasa diperluas tanpa pandang dulu. Bergaul dengan siapa saja tidak menjadi persoalan. Namun yang perlu dicamkan, kita harus tetap mempertebal keyakinan keagamaan dan kualitas keimanan.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *