Hadits ke-19
Menjauhi Dengki
عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِي اثْنَتَيْنِ، رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ، وَ رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ فِي الْحَقِّ آنَاءَ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ.
Artinya:
Dari Salim dari ayahnya, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak ada iri kecuali pada dua orang: seseorang yang dikaruniai al-Qur’an dan dia membacanya pada siang dan malam hari. Dan seseorang yang dikaruniai harta benda, lalu dia menginfakkannya di jalan Allah pada siang dan malam.” (H.R. Ahmad).
Keterangang:
Harus diakui bahwa nasib seseorang tidak dapat disamakan dengan orang yang lain. Selain tergantung pada ikhtiar pihak yang bersangkutan, hal tersebut juga ditentukan oleh takdir Allah. Contohnya, ada dua orang (atau lebih) yang sejak awal menempuh pendidikan yang sama, lulus bersamaan, mencari kerja bareng, dan meniti karir juga dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi, nasib yang dialami masing-masing pihak ternyata tidak pernah serupa. Ada yang memperoleh keberuntungan tidak terhingga, ada pula yang biasa-biasa saja. Bahkan, tidak sedikit yang harus menelan pil pahit kegagalan. Semua ini adalah fakta yang bisa diamati di sekitar kita dan memang tidak bisa dimungkiri.
Perbedaan nasib ataupun peruntungan masing-masing orang memang merupakan kehendak Sang Khalik. Dialah yang berhak mengangkut dan menurunkan derajat setiap makhluk-Nya. Oleh karena itu, tidak semestinya seseorang merasa dengki bila melihat saudara atau sahabatnya lebih beruntung dan memperoleh anugerah material lebih berlimpah dibandingkan dirinya. Sebab, kedengkian itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri, bahkan bisa mendatangkan penyakit psikologis. Lebih jauh, kedengkian sendiri juga dilarang oleh agama. Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah riwayat bahwa kedengkian itu bisa membakar amal kebaikan laksana api membakar kayu kering.
Perlu dicatat, kedengkian yang dilarang adalah kedengkian yang menjurus kepada tindak negatif. Artinya, dengan perasaan dengki tersebut dia berusaha untuk merampas anugerah kenikmatan Allah dari saudaranya, atau dia berburuk sangka kepada Allah. Berbeda bila “kedengkian” justru menjadi cambuk untuk lebih maju dan gencar memohon anugerah kepada Allah. Pada saat yang demikian, “kedengkian” tidaklah ditolak. “Kedengkian” jenis ini justru dianjurkan. Sebab, kedengkian tersebut mempunyai nilai motivasi untuk memompa semangat agar melangkah maju dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Dengan rasa dengki tersebut, diharapkan kita terangsang untuk meniru, mengimbangi, bahkan kalau bisa mengungguli mereka.