Hadits ke-19
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ يَقُوْلُ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ (ص) يَقُوْلُ: الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَ الْحَرَامُ بَيِّنٌ وَ بَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَ عِرْضِهِ وَ مَنْ وَقَعَ فِي الشُّبَهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَ إِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حَمَى اللهِ فِيْ أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَ إِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَ إِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَ هِيَ الْقَلْبُ. (رواه البخاري و مسلم).
Artinya:
Bersumber dari Nu’mān bin Basyīr yang berkata: Aku mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya perkara halal dan haram itu sudah jelas, dan di antara keduanya ada beberapa perkara syubhat (11) yang mana kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Oleh karena itu, barang siapa yang berhati-hati dari perkara syubhat maka ia telah membersihkan diri dairpadanya untuk menjunjung agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjerumus dalam perbuatan syubhat maka ia bagaikan pengembala yang mengembala ternaknya di sekitar tanah larangan, dikhawatirkan ia akan terjerumus di dalamnya. Ingatlah setiap raja itu mempunyai larangan, dan larangan Allah s.w.t. di bumi-Nya adalah apa yang diharamkan. Ketahuilah, bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik, maka baik pulalah seluruh tubuhnya, (akan tetapi) jika segumpal daging itu rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuhnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Bukhārī dan Muslim).
Dalam hadits di atas tergambar dengan jelas betapa penting dan besarnya peran hati, jauh lebih penting dan menentukan dari akal pikiran. Kekuatan fisik dan intelektual hanyalah sebagai alat untuk mewujudkan apa yang diinginkan oleh hati. Jika hati kita suci, bersih dan terang tentu kekuatan fisik dan intelektual dapat difungsikan untuk kebaikan. Begitu pula sebaliknya, jika hati kita keruh dan kotor maka kejahatanlah yang mewujud dalam tingkah laku kita. Perangkat-perangkat yang dimiliki manusia ibarat sebuah mesin, yang tidak berarti apa-apa tanpa manusia yang menjalankannya. Maka dari itu kontrol internal sangat penting, dan kontrol internal yang baik adalah menjaga hati.
Jaga dan gunakanlah hati kita sebaik mungkin untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang baik dan berguna. Oleh sebab itu, dalam beberapa ayat al-Qur’ān dinyatakan bahwa manusia seharusnya memahami tidak dengan akal, akan tetapi dengan hati. Al-Qur’ān juga menyebutkan, penyebab manusia masuk neraka Jahannam, salah satunya, adalah karena manusia tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah s.w.t.
Jika hati nurani yang diutamakan, maka segala tindak kejahatan, termasuk korupsi, tidak akan terjadi. Karena hati akan selalu mengarahkan manusia untuk berpaling dari kejahatan itu. Tindak korupsi dan kejahatan lainnya terjadi, lantaran hati nurani pelakunya sudah keruh dan tertutup.