Hadits ke-15
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: بَيْنَمَا النَّبِيُّ (ص) فِيْ مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُوْلُ اللهِ (ص) يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَ قَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيْثَهُ قَالَ: أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ: هَا أَنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: فَإِذَا ضُيِّعَتِ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ قَالَ: كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ: إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ. (رواه البخاري).
Artinya:
Bersumber dari Abū Hurairah r.a., ia berkata: Di waktu Nabi s.a.w. sedang berbincang-bincang di suatu majlis, tiba-tiba datang seorang Badui bertanya kepadanya: “Kapankah terjadi hari kiamat?” Maka Nabi pun meneruskan pembicaraannya. Sebagian orang mengatakan bahwa Nabi mendengar apa yang dikatakan si Badui, dan tidak suka kepadanya, dan sebagian yang lain lagi berkata bahwa Nabi tidak mendengar. Tatkala Nabi s.a.w. selesai berbicara, dia bertanya: “Di manakah orang yang bertanya tentang hari kiamat?.” Jawab orang itu: “Saya, ya Rasūlullāh.” Nabi bersabda: “Jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah hari kiamat.” Ia bertanya lagi: “Bagaimana maksud menyia-nyiakan amanah ya Rasūlullāh?” Jawab Nabi: “Apabila suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (H.R. Bukhārī).
Dari realitas objektif diketahui, bahwa menyerahkan suatu tugas kepada orang yang bukan ahlinya sama saja dengan mengundang kegagalan. Pada hadits di atas dikisahkan, ada seorang Badui bertanya kepada Rasūlullāh menjawab: “Kiamat terjadi jika amanah telah hilang.” Kemudian orang itu bertanya lagi tentang apa yang dimaksud sebagai hilangnya amanah. Dan yang mengejutkan adalah jawaban Rasūlullāh: “Jika tugas diserahkan kepada yang bukan ahlinya!”
Kasus dalam hadits di atas di masyarakat kita sering disebut dengan “nepotisme”, yaitu seorang pemimpin menyerahkan tugas kepada orang yang masih familinya sendiri, tanpa mempertimbangkan kemampuan, kualitas moral, dan basis pendidikannya. Inilah kenapa “nepotisme” sangat dilarang oleh Islam. Sampai-sampai metafora yang digunakan Nabi untuk akibatnya pun adalah peristiwa dahsyat yang meliputi semesta alam dan semesta manusia: kiamat!