Hadits ke-14
Larangan Memutus Silaturahim
عَنْ عَائِشَةَ أُمُّ الْمُؤْمِنِيْنَ قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص): أَسْرَعُ الْخَيْرِ ثَوَابًا، الْبِرُّ وَ صِلَةُ الرَّحِمِ وَ أَسْرَعُ الشَّرِّ عُقُوْبَةً، الْبَغْيُ وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ.
Artinya:
Dari ‘A’isyah, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Kebaikan yang paling cepat mendapatkan pahala adalah berbakti kepada orang tua dan menyambung tali silaturahim. Sedangkan keburukan yang paling cepat hukumannya adalah durhaka dan memutus silatarahim.” (H.R. Ibnu Majah).
Keterangan:
Menyambung tali silaturahim merupakan suatu perbuatan yang mulia, sehingga ganjaran yang ditawarkan atas perbuatan ini besifat kontan. Begitu pula sebaliknya, memutuskan hubungan silaturahim dapat mengundang datangnya musibah atau azab secara kontan pula.
Terkait dengan hal ini, Rasulullah s.a.w. merupakan orang yang sangat menjaga tali silaturahim, baik dengan para sahabat maupun dengan sanak familinya. Dalam hal ini, beliau seringkali mengunjungi para sahabatnya, baik yang miskin maupun yang kaya. Ashhabu-ush-Shuffah, (1) misalnya, adalah orang-orang yang senantiasa dikunjungi oleh Rasul. Begitu pula dengan kerabat dekat ataupun jauh, tua atau pun muda, juga tidak pernah absen beliau datangi. Tujuan beliau hanya satu, yakni menjaga keseimbangan tali silaturahim. Sebab, jika tali silaturahim ini tidak terus dirawat, bukan tidak mungkin akan mengalami kerenggangan dan berakhir dengan putus.
Putusnya tali silaturahim inilah yang tidak beliau kehendaki. Ibarat obor, bila tidak terus-menerus disiram minyak tanah, niscaya obor itu akan mati. Demikian pula dengan silaturahim, bila terus-menerus tidak dihiraukan bisa berakhir dengan keterputusan.