13 Keterbukaan Rasulullah dalam Bersahabat – Agar Kamu Selalu Dicintai Sahabatmu

40 HADITS SHAHIH
Agar Kamu Selalu Dicintai Sahabatmu
Oleh: Alaik S.

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Hadits ke-13

Keterbukaan Rasulullah dalam Bersahabat

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ (ص) وَ دِرْعُهُ مَرْهُوْنَةٌ عِنْدَ يَهُوْدِيٍّ بِثَلاَثِيْنَ صَاعًا مِنْ شَعِيْرٍ لأَهْلِهِ.

Artinya:

Dari Ibnu ‘Abbas yang berkata: “Rasulullah s.a.w. meninggal dunia dan baju besinya masih tergadaikan di rumah seorang Yahudi, untuk ditukar dengan tiga puluh sha‘ gandum guna makanan pokok keluarganya.” (H.R. an-Nasa’i).

 

Keterangan:

Meskipun memanggul amanah untuk menyebarkan risalah Islam ke seluruh muka bumi, Rasulullah s.a.w. bukanlah seorang penyeru yang tidak kenal toleransi. Beliau tidak ingin memaksa orang lain untuk memeluk agama Islam. Sebab, tugas utama beliau hanya menyampaikan. Masalah orang yang diseru berminat atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada kehendak Allah. Oleh karena itu, meskipun hampir setiap waktu orang berbondong-bondong datang dari seluruh penjuru Arab untuk menjumpai beliau dan menyatakan keislamannya, di sekitar beliau justru masih banyak dijumpai orang-orang Yahudi dan Nashrani.

Pada waktu itu, Islam kemudian menjadi penguasa mayoritas. Namun, keunggulan ini tidak beliau salahgunakan untuk menindas pihak lain. Beliau menghargai sepenuhnya kebebasan dalam beragama. Sebab, hal itu merupakan hak setiap orang dan tidak bisa dirampas begitu saja.

Prinsip toleransi ini juga tecermin dalam kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh Nabi. Dalam ranah (realm, discipline) persahabatan, misalnya, Nabi s.a.w. tidak membatasi diri dengan para sahabat muslim saja. Sebaliknya, beliau juga membina hubungan baik dengan non muslim. Seperti yang digambarkan hadits di atas, interaksi pertemanan yang dibangun oleh Rasulullah s.a.w. sangat luas. Rasulullah s.a.w. bahkan tidak sungkan (hesitant) untuk menggadaikan baju besinya kepada orang Yahudi dan ditukar dengan beberapa kilo gandum untuk makanan keluarganya.

Dari sini, seorang muslim seharusnya tidak picik pikiran dalam bersahabat. Seorang muslim tidak dilarang untuk menjalin hubungan dengan orang non-muslim dan bekerjasama dalam bidang-bidang sosial, kebudayaan dan lain sebagainya. Selama apa yang dilakukannya itu tidak mencampuradukkan ajaran agama, maka hal itu sah-sah saja.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *