08 Segera Berpaling pada Pandangan Pertama – Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual

40 HADITS SHAHIH
Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual
Oleh: Bintus Sami‘ ar-Rakily

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: Bagian 2 - Kiat-kiat Nabawi dalam Mengendalikan Hasrat Seksual

Segera Berpaling pada Pandangan Pertama

Hadits ke-8

عَنْ جَرِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ (ص) عَنْ نَظْرَةِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِي أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِي (رواه مسلم واحكيم والبيحقي)

Diriwayatkan dari jarir bin ‘Abdullah, ia berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw tentang pandangan yang tidak disengaja dan beliau memerintahkan diriku untuk memalingkan pandanganku.” (HR. Muslim, al-Hakim, dan al-Baihaqi)

Keterangan:

Rasulullah sangat menggarisbawahi dan berkali-kali memperingatkan para sahabat akan bahaya dari pandangan mata. Para sahabat menyadari benar pesan nabi ini. Akan tetapi, bukankah tidak mungkin seseorang menutup matanya sambil berjalan? Bagaimana jika ia melihat pemandangan indah di depannya tanpa sengaja? Oleh karena itu, Jabir ibn Abdullah pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Nabi tentang hal itu. Rasulullah dengan tegas menjawab: “Segera palingkan pandanganmu!

Pandangan yang tak disengaja memang sering kali menjadi pangkal berlanjutnya kemaksiatan. Tidak jarang, dari pandangan pertama itu muncul suatu rasa yang menggelora di dalam dada. Jadi, perintah Rasulullah agar kita segera – pada detik itu juga – memalingkan pandangan ibarat sebuah teguran terhadap orang yang tiba-tiba terhipnotis oleh suatu yang menghanyutkan.

Hanya saja, tidak semua orang dapat mengendalikan matanya. Banyak di antara mereka yang kemudian membiarkan matanya terbawa oleh apa yang dilihatnya, sesudah pandangan yang tanpa sengaja itu terjadi. Pada saat yang demikian, iman seseoranglah yang kemudian berbicara. Apakah akan menuruti nafsu pandangannya ataukah memilih berpaling.

Orang-orang yang beriman kuat, yang mengenal benar nafsu dalam dirinya, tentu akan memilih berpaling. Ia tahu bahwa pandangan yang diperturutkan hanya akan membuat jiwanya gersang. Kenikmatan semua itu hanya akan membuat hatinya gelisah oleh mimpi-mimpi; membuat jiwanya lelah karena godaan nafsu yang menggelegak tak terturuti. Ia sadar, jika mampu menjaga pandangannya, ia justru akan mendapatkan ketenangan karena nafsu dalam dirinya tidak bergolak. Hal ini telah diisyaratkakn oleh Nabi Saw dalam sabdanya:

Tidaklah seorang muslim melihat kejelitaan seorang perempuan pada kesempatan pertama, kemudian ia menundukkan matanya, kecuali Allah akan menjadikannya sebagai peribadatan yang kelezatannya ia rasakan. (HR. Ahmad)

Semoga kita semua, baik yang sudah menikah dan terlebih lagi yang belum, mampu menjaga pandangan kita dari hal-hal yang dapat mengotori dan menggelapkan hati. Amin.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *