Hadits ke-8
Mengucapkan Salam Kalau Bertemu
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍ أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِيَّ (ص): أَيُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ: تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَ تَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَ مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.
Artinya:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: “Islam apa yang paling baik.” Beliau menjawab: “Engkau memberikan makan, mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Keterangan:
Satu ciri khas kaum muslimin adalah saling mendoakan antar sesama. Hampir pada setiap doa yang dipanjatkan kepada Sang Khalik, seorang muslim senantiasa memanjatkan rahmat, ampunan, dan petunjuk bagi dirinya, anggota keluarganya, dan – dalam jangkauan yang lebih luas – kepada seluruh kaum muslimin. Hal ini merupakan bentuk kepedulian seorang muslim terhadap saudara dan sahabatnya. Sebab, seorang muslim tidak diperkenankan bersifat egois dalam melakukan segala hal, termasuk dalam berdoa. Layaknya ketika diberikan anugerah materi seseorang harus berbagi, demikian pula ketika berdoa dia dianjurkan untuk memohon kebaikan nasib seluruh muslimin.
Rasulullah s.a.w. sebagai panutan yang paling agung tidak pernah lupa dalam mendoakan umatnya. Dalam setiap doa yang beliau panjatkan, beliau selalu menyinggung umatnya. Dari riwayat-riwayat yang ada, beliau tidak pernah ketinggalan dalam hal ini. Teladan beliau ini patut ditiru oleh kita semua.
Salam merupakan bentuk doa kepada setiap orang yang kita ucapi salam. Dengan mengucapkan salam kepada seseorang, kita telah memanjatkan doa untuknya agar senantiasa dinaungi keselamatan dan rahmat dari Allah. Bila gayung bersambut, dan dia menjawab salam kita, tentunya kita pun memperoleh anugerah rahmat dan keselamatan dari Allah.
Alangkah indah dan mempersonanya persahabatan antar sesama muslim, meskipun hanya dilihat dari sudut paling kecil ini (mengucap salam). Betapa masing-masing anasir dalam tubuh kaum muslimin mendoakan kebaikan saudara atau sahabatnya. Keharmonisan dan kedekatan semisal ini belum tentu ditemukan dalam agama, tradisi, atau kepercayaan lain. Karenanya, menyebarkan salam sekaligus menjawabnya merupakan wujud dari syi‘ar Islam, agar panji-panji Islam bisa berkisar dengan tinggi dan gagah.