07 Sedapat Mungkin Menjaga Pandangan – Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual

40 HADITS SHAHIH
Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual
Oleh: Bintus Sami‘ ar-Rakily

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: Bagian 2 - Kiat-kiat Nabawi dalam Mengendalikan Hasrat Seksual

Bagian II

Kiat-kiat Nabawi dalam Mengendalikan Hasrat Seksual

Sedapat Mungkin Menjaga Pandangan

Hadits ke-7

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ (ص): إِنَّ النَّظَرَةَ سَهْمٌ مِنْ سِهَاِم إِبْلِيسَ مَسْمُوْمٌ فَمَنْ تَرَكَهَا مِنْ خَوْفِ اللهِ أَثَابَهُ جَلَّ وَ عَزَّ إِيْمَانًا يَجِدُ حَلَاوَتَهُ فِيْ قَلْبِهِ (رواه الحاكم والطبراني)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya pandangan (terhadap lawan jenis) adalah senjata beracun iblis. Barang siapa meninggalkan pandangannya karena takut kepada Allah, maka Allah akan menganugerahkan kepadanya keimanan yang terasa lezat di dalam hatinya.” (HR. al-Hakim dan ath-Thabrani)

Keterangan:

Seorang yang mengaku muslim hanya memiliki dua opsi terkait anugerah Allah yang bernama nafsu syahwat alias hasrat seksual. Pertama, ia menyalurkannya secara sah dalam lembaga pernikahan. Kedua, jika belum mampu menikah – mau tak mau – ia harus mampu mengenndalikan hasrat seksualnya itu. Dalam hadits di atas, Rasulullah memberikan salah satu tips dalam mengendalikan hasrat seks, yaitu dengan menjaga pandangan mata (ghadhdhul bashar).

Manusia adalah makhluk dengan “ nafsu yang potensial”. Maksud kami, pada dirinya terdapat “nafsu-nafsu tidur” yang bila tergelitik oleh suatu rangsangan akan bangkit dan menguasai jiwanya. Orang dusun yang lugu , mungkin akan merasa cukup jika di sawahnya padi dapat tumbuh subur dan dapat dipanen dengan baik. Asal dapur sudah mengepul, dunia seperti surga baginya. Ia tidak butuh mobil keluaran terbaru. Sebab ia hidup di desa yang tidak pernah melihat mobil keluaran terbaru lewat di depannya. “Nafsu memiliki mobil” tidak muncul pada dirinya, karena ia tidak pernah dirangsang oleh suatu fenomena. Demikian pula seseorang yang belum pernah pergi ke Ancol, jika setiap hari ia mendengar kawannya bercerita tentang indahnya Ancol, sedikit banyak tentu akan terbersit dalam dirinya sebuah keinginan (baca: nafsu) untuk mengunjungi obyek wisata Ancol.

Oleh karena itu, para ulama kemudian mengatakan bahwa nafsu memiliki pintu-pintu, di mana pintunya terbesar adalah panca indera. Semakin bayak seseorang mengumbar panca inderanya, semakin merengeklah dirinya. Lewat penginderaan , jiwa dan pikiranya menjadi tahu bahwa pada seseuatu tertentu ada kenikmatan yang menggoda. Lewat aroma dan warna hidangan, air liur pun menetes meminta lidah segera merasakan nikmatnya makanan. Maka, jika ada pepatah mengatakan: “tak tahu maka tak nafsu”.

Nafsu seksual pun tidak berbeda dengan nafsu-nafsu yang lain itu. Sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas, pandangan mata diibaratkan seperti senjata beracun iblis. Memang demikianlah, dari mata semuanya bermula. Dari mata tumbuh cinta, lalu muncul keinginan memiliki. Kemudian, tak jarang sepasang manusia tercebur dalam perzinaan yang dikutuk Tuhan.

Karena hubungan erat antara nafsu seksual dan pandangan ini, tak mengherankan jika Allah menyebutkan dua hal ini secara beriringan, sebagaimana terekam dalam firman –Nya:

Katakanlah kepada lelaki yang beriman: Hendaklah mereka “Menahan pandangannya” dan “ Memeliara kemaluannya”. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. (QS. An-Nur. 30)

Demikian pula, ‘pandangan’ dan ‘kemaluan’ disebut beriringan dalam sabda Rasulullah:

Barang siapa yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena hal itu lebih menjaga pandangan dan lebih mensucikan kemaluan.” (Lihat hadits ke-5)

Dari sini, seseorang yang belum ingin menikah atau belum mampu menikah sangat dianjurkan untuk menjaga pandangannya. Sebab, ketika pandangan mata tak terjaga, “senjata beracun iblis” itu dapat membunuh kepekaan hatinya. Dan ketika mata hatinya telah buta, maka tanpa disadarinya, dengan pelan-pelan sekali, dengan begitu halus dan sedikit demi sedikit, iblis akan menyeretnya ke lembah yang tercela. Wallahu a’alam.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *