028 Keutamaan Kesalehan Sosial – Terapi Nabi Mengikis Terorisme

40 HADITS SHAHIH
Terapi Nabi Mengikis Terorisme
Teladan Menebar Kedamaian dan Toleransi di Muka Bumi

Oleh: Khotimatul Husna

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Hadits ke-28

Keutamaan Kesalehan Sosial

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ (ص) أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَ تَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَ مَنْ لَمْ تَعْرِفْ.

Diriwayatkan dari ‘Abdullāh ibn ‘Amr: Seorang laki-laki bertanya kepada Rasūl tentang amalan Islam yang terbaik. Nabi menjawab: “Memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada yang engkau kenal dan yang belum engkau kenal.” (HR. Bukhārī). (281).

 

Keterangan:

Penting untuk kita renungkan bersama hadits Rasūlullāh s.a.w. bahwa: “Kemuliaan itu terletak di dalam diri seorang muslim yang saleh.” (HR. Aḥmad). Di dalam Islam, kemuliaan seseorang tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas dan kualitas ibadah ritual formal yang ditujukan kepada Allah, melainkan juga dilihat pada perbuatan atau akhlaknya dalam pergaulan sosial.

Hadits-hadits di atas menunjukkan pada kita bahwa Islam bukanlah agama yang eksklusif. Islam senantiasa mengutamakan sisi humanitas, bukan hanya spiritualitas. Keseimbangan antara yang bersifat duniawi (profan) dan ukhrawi (spirit) harus selalu dijaga. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kehidupan manusia bila semua orang hanya mementingkan spiritualitas dan meninggalkan dunia, begitu sebaliknya. Oleh karena itu, benar bila dikatakan: “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kau hidup selamanya; beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kau mati esok.”

Dalam hal ini, Rasūlullāh s.a.w. telah banyak memberikan teladan untuk mengembangkan kesalehan sosial. Dalam perilakunya, Rasūl pun selalu mengedepankan kepentingan kemanusiaan dan kemaslahatan publik (mashlaḥah ‘ammah). Jiwa humanis Rasūl mampu mempersatukan dan mempertemukan berbagai kepentingan di masyarakat. Tujuan kemaslahatan publik mampu mencairkan kebekuan yang ada di masyarakat dan mempertemukan ragam perbedaan etnis, ras, agama, ideologi, budaya, dan sebagainya menjadi suatu kekuatan moral dan sosial yang saling mendukung, mengakui keterbatasan dan kekurangan masing-masing, serta bersama-sama menabur dan menanam kebajikan. Semua komponen masyarakat konsisten memperjuangkan tujuan bersama untuk kemaslahatan umum, terutama kepentingan bangsa dan negara.

Selain itu, kesalehan sosial dapat memacu empati, simpati, dan solidaritas sosial sehingga akhirnya memperkuat rasa toleransi dalam masyarakat.

 

Catatan:


  1. 28). Shaḥīḥ al-Bukhārī, Juz I, Bab Īmān, hlm. 11. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *