Hadits ke-27
Mengutamakan Kebaikan Hati
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ (ص) إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ.
Diriwayatkan dari Abū Hurairah: Rasūl s.a.w. bersabda: “Allah tidak melihat tubuh dan bentuk rupa kalian; Dia hanya melihat hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim). (271).
Keterangan:
Islam telah menetapkan prinsip kesetaraan dalam bentuk yang paling sempurna. Islam menegaskan bahwa semua manusia setara dari sisi penciptaan. Tidak ada keutamaan satu ras dengan ras yang lain, atau keutamaan kelompok atas kelompok yang lain. Allah tidak memuliakan hamba-Nya karena fisik yang dimilikinya, melainkan karena amal perbuatannya. Allah tidak akan menyia-nyiakan perbuatan baik hamba-hamba yang saleh dan Dia juga lebih mengutamakan hamba yang punya kebersihan hati dan keluhuran budi.
Mari kita simak firman Allah berikut:
“Tuhan mereka memperkenankan permohonannya dengan berfirman: Aku tidak menyia-nyiakan amal seorang di antara kalian, laki-laki maupun perempuan karena sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain.” (Qs. Āli ‘Imrān: 195).
Pada dasarnya, hati nurani manusia selalu membisikkan kebaikan, namun hawa nafsu kita selalu mengajak dan menyeru sebaliknya, yakni membisikkan kejahatan. Oleh karena itu, bila hati nurani dituruti, manusia pasti akan selalu dalam kebaikan. Sebaliknya, bila nafsu selalu dituruti, manusia akan bergelimang dosa dan kejahatan. Demikianlah, hati nurani adalah sumber kebaikan dan keindahan.
Keutamaan dan kebaikan hati lebih mulia dari bentuk fisik yang indah. Seorang yang memiliki bentuk fisik yang tidak sempurna dan jelek tapi memiliki hati yang baik lebih mulia ketimbang fisik sempurna tapi hatinya jahat dan kotor. Untuk itu, Islam menganjurkan manusia selalu memperbaiki akhlak dan budi pekerti sehingga mulia di sisi Allah dan manusia yang lain. Keindahan fisik tidaklah kekal karena seiring berjalannya waktu ia akan layu dan pudar, sedang kebaikan hati akan kekal, bahkan hingga mati pun masih akan dikenang kebaikannya dan mendapat balasan pahala dan surga dari Allah di akhirat kelak.
Kebaikan hati jugalah yang membuat manusia dapat hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghargai. Toleransi akan tumbuh dengan subur di dalam hati yang bersih dan penuh cinta kasih. Toleransi tidak akan tumbuh di dalam hati yang jahat dan penuh dendam. Untuk itu, Islam menganggap hati mulia lebih utama ketimbang fisik yang indah tapi hatinya busuk.
Catatan: