Hadits ke-26
Taqwa Adalah Derajat Termulia
عَنْ سَمُرَةَ عَنِ النَّبِيِّ (ص) قَالَ: الْحَسَبُ الْمَالُ وَ الْكَرَمُ التَّقْوَى.
Dari Samurah, Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Kebaikan itu terdapat dalam kekayaan, dan kemuliaan itu terdapat dalam ketaqwaan.” (HR. Tirmidzī). (261).
Keterangan:
Taqwa adalah ketaatan kepada Allah secara istiqamah dan meninggalan maksiat secara total. Taqwa merupakan sumber kebaikan dan akhlak mulia. Taqwa selalu menjadi motivasi seseorang untuk melakukan yang terbaik kepada sesama dengan tetap berpegang pada tali Allah. Untuk itulah, taqwa menempatkan manusia pada status dan kedudukan termulia di sisi Allah dan juga dalam pandangan manusia.
Mari kita simak firman Allah:
“Hei manusia, Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian bersuku dan berbangsa agar kalian saling mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Allah Maha Tahu lagi Maha Mengenal.” (Qs. al-Ḥujurāt: 13).
Jelas bagi kita bahwa ukuran kemuliaan dalam Islam adalah berdasarkan ketaqwaannya, bukan karena harta, pengetahuan, kepandaian, kekuasaan, kecantikan, dan sebagainya. Setiap kemuliaan yang diagungkan manusia di dunia pastilah bersifat fana’ karena akan hilang seiring berjalannya waktu. Akan tetapi, kemuliaan karena kebaikan dan ketaqwaan akan lekat dalam ingatan dan kesan setiap orang, dan akan beroleh balasan atau pahala di sisi Allah.
Tak seorang pun bisa menilai ketaqwaan seseorang selain Tuhan. Tak ada wewenang seseorang untuk menjustifikasi keselamatan dan kesesatan orang lain karena merasa memiliki kebenaran tunggal. Ketidakmampuan manusia dikarenakan ia adalah hamba yang dha‘if dan mudah dikelabui dan dimanipulasi.
Pada akhirnya, tugas manusia adalah meningkatkan ketaqwaan dan berlomba-lomba melakukan yang terbaik dalam kehidupannya di dunia sehingga bisa dirasakan manfaat keberadaannya oleh orang lain. Bukankah manusia mulia karena kebaikan budi pekertinya? Kesadaran inilah yang akan membuat manusia menyadari keadaan dirinya sebagai hamba yang tidak berkuasa atas dirinya dan orang lain. Dengan demikian, rasa toleransi muncul sejalan dengan peningkatan ketaqwaan seseorang kepada Tuhannya.
Catatan: