01,2 Syahwat Sebagai Fitnah Terbesar – Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual

40 HADITS SHAHIH
Teladan Nabi Menyalurkan Hasrat Seksual
Oleh: Bintus Sami‘ ar-Rakily

Tim Penyusun:
Ust. Imam Ghozali, Ustzh. Khoiro Ummatin,
Ust. M. Faishol, Ustzh. Khotimatul Husna,
Ust. Ahmad Shidqi, Ust. Didik L. Hariri,
Ust. Irfan Afandi, Ust. Ahmad Lutfi,
Ust. Syarwani, Ust. Alaik S., Ust. Bintus Sami‘,
Ust. Ahmad Shams Madyan, Lc.
Ust. Syaikhul Hadi, Ust. Ainurrahim.

Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: Bagian 1 - Kewajiban Menyalurkan Hasrat Seksual

Bagian 1

Kewajiban Menyalurkan Hasrat Seksual

Syahwat Sebagai Fitnah Terbesar

Hadits ke-1

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ عَنِ النَّبِيِّ (ص) قَالَ: مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النَّسَاءِ

(رواه البخاري و مسلم)

Dari Usāmah bin Zaid dari Nabi s.a.w. yang bersabda: “Sepeninggalku nanti, tidak ada fitnah yang lebih berbahaya dibandingkan fitnah perempuan bagi laki-laki.” (HR. Bukhārī dan Muslim).

 

Hadits ke-2

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ عَنِ النَّبِيِّ (ص) قَالَ: إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَ إِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ فَاتَّقُوا الدُّنيَا وَ اتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

(رواه مسلم)

Diriwayatkan dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, dari Nabi s.a.w. yang bersabda: “Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Allah telah menjadikan kalian khalīfah-Nya di sana dan melihat apa yang kalian kerjakan. Karena itu, waspadalah kalian terhadap dunia. Waspadai pula perempuan karena fitnah pertama yang melanda Bani Isrā’īl adalah perempuan.” (HR. Muslim).

Keterangan:

Dalam QS. Āli ‘Imrān ayat 14, Allah s.w.t. berfirman: “Dihiaskan kepada manusia kecintaan kepada syahwat (apa-apa yang diingini), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Ketika mengomentari ayat ini, Abul-Fidā’ ‘Imāduddīn Ismā‘īl bin ‘Umar bin Katsīr, seorang ulama ahli tafsir terkenal yang menulis kitab Tafsīr Ibnu Katsīr berkata bahwa rahasia dari didahulukannya “perempuan” (baca: lawan jenis) dalam ayat di atas adalah karena fitnah (cobaan) yang mereka timbulkan jauh lebih hebat daripada fitnah yang ditimbulkan anak-anak dan harta. Hal ini senada dengan nasihat Rasūlullāh s.a.w. dalam hadits ke-1 dan hadits ke-2 di atas.

Sayangnya, apa yang dikhawatirkan oleh Nabi s.a.w. memang kemudian terbukti. Sepeninggal beliau, fitnah yang berupa ketertarikan terhadap lawan jenis, yang ujung-ujungnya adalah pelampiasan hasrat dan syahwat seksual, memang menjadi cobaan yang paling banyak mengantarkan manusia ke lembah kenistaan dan dosa. Apalagi di era sekarang, di mana keterbukaan didengung-dengungkan yang akhirnya membawa hal-hal yang bersifat privat ke ranah publik, hal-hal yang tabu menjadi obrolan, dan hal-hal yang seharusnya ditutupi justru dibuka-sebarkan. Kemajuan teknologi informasi, propaganda life-style, tuntutan ekonomi, maupun ketercerabutan budaya ketimuran, ikut mendukung semakin bergolaknya fitnah yang berupa ketertarikan terhadap lawan jenis ini.

Dahulu, katakanlah pada era 80-an, yang namanya pacaran masih sangat asing dan tabu. Paling banter (parah, buruk, banyak), dua orang sejoli yang saling jatuh cinta berpapasan tanpa sengaja di tengah jalan, malu-malu saling pandang, lalu tersipu dan segera pulang. Namun, keadaan yang seperti ini mungkin sudah tidak akan kita temui lagi pada zaman sekarang. Sebaliknya, yang kita dapati adalah dua sejoli yang nongkrong di kegelapan, berbisik-bisik penuh keintiman, sambil berpeluk-pelukan, berciuman, bahkan mungkin saling meraba badan. Atau, minimal apel malam minggu, ngobrol berjam-jam hingga larut malam.

Sebelum kemajuan teknologi yang begitu pesat, sangat wajar ketika seorang bujang atau perawan tidak memiliki kekasih. Sekarang? Semua orang tahu bahwa yang namanya pemuda ataupun pemudi yang tidak punya pacar akan menanggung malu karena pengaruh media dan propaganda budaya yang memojokkan para jomblo. Tak mengherankan jika kemudian pada ABG (anak baru gede) pun berlomba-lomba mencari pacar, kecuali sedikit di antara mereka yang masih memiliki prinsip dan keimanan yang kuat. Dan alangkah beruntungnya mereka yang termasuk ke dalam golongan yang terakhir ini. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan hidayah dari Tuhannya; orang-orang yang kuat memegang prinsip dan tak peduli terhadap celaan orang yang mencela (lawmata lā’im). Mereka tidak mau larut dalam pusaran zaman yang demikian gencar. Meski cobaan dan cacian membuatnya terhina di hadapan manusia, namun mereka sungguh mulia dalam pandangan Tuhannya.

Semoga kita, anak-anak kita, saudara-saudara kita, dan orang-orang yang kita sayangi dapat terhindar dari fitnah zaman ini, di mana syahwat sudah menjadi bisnis dan komoditi. Amin.

1 Komentar

  1. Lexi berkata:

    Terima kasih guru..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *