Hadits ke-17
Berbakti Kepada Orang Tua
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ (ر) قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ (ص) فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ قَالَ: أُمَّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ قَالَ: ثُمَّ أُمَّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ قَالَ: ثُمَّ أَُمُّكَ قَالَ: ثُمَّ مَنْ قَالَ: ثُمَّ أَبُوْكَ.
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: Siapakah orang yang berhak menerima kebaktian? Rasul menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Rasul pun menjawab: “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?” Rasul pun menjawab: “Ibumu.”Orang itu bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasul menjawab: “Ayahmu”. (H.R. al-Bukhari).
Keterangan:
Islam mengajarkan kepada umatnya agar menghormati dan menaati orang tua. Untuk bisa menghormati dan menaati orang tua, sejak kecil anak harus sudah dikenalkan tata cara bersikap dan berperilaku terhadap orang tua. Kita masih ingat nyanyian “Satu-satu, aku sayang ibu…” dan itu sering dinyanyikan orang tua berulang-ulang sambil menimang anaknya. Dampak nyanyian itu cukup besar, bisa menjadikan seorang anak berlaku hormat dan taat pada orang tuanya.
Demikian juga hadits di atas, ia bisa menjadi tuntunan bagi orang tua yang mau mengarahkan dan mendidik buah hatinya agar menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tua.