Durhaka Kepada Kedua Orang Tua – Bakti Kepada Kedua Orangtua (2/3)

BAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga

Judul asli: BIRR-UL-WĀLIDAIN WA-ḤUQŪQ-UL-ABĀ’ WAL-ABNĀ’ WAL-ARḤĀM
Oleh: Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr
 
Penerjemah: Ustadz H. YUSUF
Penerbit: HAZANAH ILMU

Rangkaian Pos: Durhaka Kepada Kedua Orang Tua - Bakti Kepada Kedua Orangtua

Orang yang Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Tidak Akan Masuk Surga

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍ وَ بْنِ الْعَاصِ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: ثَلَاثَةٌ حَرَّمَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَ الْعَاقُّ وَ الدَّيُّوْثُ الَّذِيْ يُقِرُّ الْخُبْثَ فِي اَهْلِهِ. رواه احمد و النسائ و البزار و الحاكم.

“Dari ‘Abdullāh bin ‘Amr bin al-‘Āsh bahwa Rasulullāh s.a.w. bersabda: “Tiga golongan yang Allah Tabāraka wa Ta’ālā mengharamkannya masuk Surga, yaitu: pecandu minuman keras, durhaka kepada kedua orang tua dan orang yang lalai membiarkan keluarga berbuat maksiat di tengah keluarganya.” (Diriwayatkan oleh Aḥmad, an-Nasā‘ī, al-Bazzār dan al-Ḥākim).

وَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: اَرْبَعٌ حَقٌ عَلَى اللهِ اَنْ لَا يُدْخِلَهُمُ الْخَنَّةَ وَ لَا يُذِيْقَهُمْ نَعِيْمَهَا: مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَ آكِلُ الرِّبَا وَ آكِلُ مَالِ الْيَتِيْمِ بِغَيْرِ حَقٍّ وَ العَاقُّ لِوَالِدَيْهِ. رواه الحاكم و قال: صَحِيْحُ الاِسْنَادِ

“Dan dari Abū Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullāh s.a.w. bersabda: “Empat golongan yang Allah berhak untuk tidak memasukkan ke Surga dan tidak memberikan rasa nikmanya, yaitu: Seorang terbiasa meminum khamr, pemakan riba, pemakan harta anak yatim tanpa alasan yang benar dan durhaka kepada kedua orang tuanya.” (Diriwayatkan oleh al-Ḥākim dan ia mengatakan: Hadits ini shaḥīḥ isnādnya).

وَ عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِيَّاكُمْ وَ عُقُوْقَ الوَالِدَيْنِ فَإِنَّ الْجَنَّةَ يُوْجَدُ رِيْحُهَا مِنْ مَسِيْرَةِ أَلْفِ عَامٍ وَ لَا يَجِدُ رِيْحَهَا عَاقٌّ وَ لَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَ لَا شَيْخٌ زَانٍ وَ لَا جَارٌّ إِزَارَهُ خُيَلاَءَ، إِنَّمَا الْكُبْرِيَاءُ للهِ عَزَّ وَ جَلَّ. رواه الديلمي

“Dari ‘Alī Karramallāhu wajhah, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jagalah dirimu jangan sampai berani kepada kedua orang tua, karena Surga yang bau harumnya tercium sejauh perjalanan seribu tahun tidak akan dirasakan oleh orang durhaka itu. Tidak ditemukan bau itu oleh orang yang memutuskan persaudaraan, orang tua yang berzina, dan orang yang menjulurkan pakaiannya karena takabbur (sombong) karena sifat takabbur itu hanya milik Allah ‘Azza wa jalla.” (Diriwayatkan oleh ad-Dailamī)

وَ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِيْنَ اتَّقُوْ اللهَ وَ صِلُوا اَرْحَامَكُمْ فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ ثَوَابٍ أَسْرَعَ مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ وَ إِيَّاكُمْ وَ الْبَغْيَ فَإِنَّهُ لَيْسَ مِنْ عُقُوْبَةٍ أَسْرَعَ مِنْ عُقُوْبَةِ البَغْيَ وَ إِيَّاكُمْ وَ عُقُوْقَ الوَالِدَيْنِ فَإِنَّ رِيْحَ الْجَنَّةِ يُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ أَلْفِ عَامٍ وَ اللهِ لَا يَجِدُهَا عَاقٌّ وَ لَا قَاطِعُ رَحِمٍ وَ لَا شَيْخٌ زَانٍ وَ لَا جَارٌّ إِزَارَهُ خُيَلاَءَ إِنَّمَا الكُبْرِيَاءُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَ الكَذِبُ كُلُّهُ إِثْمٌ إِلَّا مَا نَفَعْتَ بِهِ مُؤْمِنًا وَ دَفَعْتَ بِهِ مِنْ دِيْنٍ.

“Dan dari Jabir bin ‘Abdullah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hai golongan kaum muslimīn! Bertaqwalah kepada Allah dan hubungilah sanak keluargamu! Karena tidak ada pahala yang paling cepat kepada kita daripada menghubungi sanak keluarga. Dan jagalah dirimu dari perzinaan karena tidak ada hukuman yang lebih cepat datangnya daripada dosa perzinaan ini. Jagalah dirimu jangan sampai durhaka kepada kedua orang tua, karena sesungguhnya bau harumnya Surga yang tercium dari jarak perjalanan seribu tahun. Demi Allah, tidak ditemukan oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tua, orang yang memutuskan persaudaraan, orang yang berzina dan orang yang menjulurkan kainnya karena takabbur sedang takabbur itu hanya Allah yang Rabb-ul-‘ālamīn saja yang memiliki. Dan dusta (11) itu semuanya berdosa kecuali apa yang bermanfaat bagi orang mukmin dan dapat mebela agama.”

Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Amalnya Tidak Diterima

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: ثَلَاثَةٌ لَا يَقْبَلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ مِنْهُمْ صَرْفًا وَ لَا عَدْلًا: عَاقٌ وَ مَنَّانٌ وَ مُكَذِّبٌ بِقَدْرٍ. رواه بن أبي عاصم فيِ كِتَابِ السُّنَّةِ بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ.

“Dari Umāmah r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiga golongan yang Allah ‘Azza wa jalla tidak mau menerima dari mereka tebusan atau penggantian (ialah): orang yang berani kepada kedua orang tua, orang megungdat-undat (menyebut-nyebut pemberiannya sehingga menyakitkan hati si penerima) dan orang yang mendustakan qadar.” (Diriwayatkan Ibnu Abī ‘Āshim di dalam Kitāb-us-sunnah dengan isnād yang ḥasan)

Ibn-ul-Atsīr berkata: Kata ash-Sharfu dalam hadits ini dapat berarti taubat, amal sunnah, sedang kata al-‘Adlu berarti tebusan, kewajiban.

وَ عَنْ ثَوْبَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا يَنْفَعُ مَعَهُنَّ عَمَلٌ: الشِّرْكُ بِاللهِ وَ عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَ الْفِرَارُ مِنَ الزَّحْفِ. رواه الطبراني

Dan dari Tsaubān r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiga golongan yang amal-amal menjadi tidak bermanfaat besertanya: (1) menyekutukan Allah dengan sesuatu dan (2) durhaka kepada kedua orang tua dan (3) lari dari peperangan.” (Diriwayatkan oleh ath-Thabrānī di dalam al-Kabīr).

وَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: لَا تُقْبَلُ صَلاَةَ السَّاخِطِ عَلَيْهِ أَبَوَاهُ غَيْرُ الظَّالِمِيْنَ لَهُ. رواه ابو الحسن بن معروف فيِ كِتَابِ فَضَائِلِ بَنِي هَاشِمٍ.

Dari Abū Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak diterima shalatnya orang yang dimarahi oleh kedua orang tuanya senang keduanya tidak berlaku aniaya kepadanya.” (Diriwayatkan oleh Ab-ul-Hasan bin Ma’ruf di dalam kitab Fadhā‘il Banī Hāsyim).

Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Akan Disegerakan Hukumannya

عَنْ أَبِيْ بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: كُلُّ الذُّنُوْبِ يُؤَجِّرُ اللهُ مِنْهَا مَا شَاءَ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ إِلَّا عُقُوْقَ الوَالِدَيْنِ فَإِنَّ اللهَ يُعَجِّلُهُ لِصَاحِبِهِ فِي الْحَيَاةِ قَبْلَ الْمَمَاتِ. رواه البخاري في الأَدَب الْمُفْرَدِ.

Dari Abu Bakar r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersaba: “Setiap dosa itu Allah mengakhirkan hukuman menurut kehendak-Nya sampai Hari Kiamat nanti kecuali hukuman sebab durhaka kepada kedua orang tua, karena Allah menyegerakan siksaan kepada si pelakunya sejak masih hidup sebelum matinya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhārī dalam al-Adab-ul-Mufrad)

Ath-Thabrānī dan al-Ḥākim dan riwayat al-Bukhārī di dalam at-Tārīkh dan ath-Thabrānī di dalam al-Kabīr menjelaskan:

إِثْنَانِ يُعَجِّلُهُمَا اللهُ فِي الدُّنْيَا: البَغْيُ وَ عُقُوْقُ الوَالِدَيْنِ.

“Ada dua dosa yang Allah menyegerakan hukumannya sejak di dunia ini yaitu perzinaan dan durhaka kepada kedua orang tua.”

وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَسْرَعُ الْخَيْرِ ثَوَابًا البِرُّ وَ صِلَةُ الرَّحِمِ وَ أَسْرَعُ الشَّرِّ عُقُوْبَةً الْبَغْيُ وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ. رواه الترمذي و ابن ماجه

Dan dari ‘Ā’isyah r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Secepat-cepat ganjaran amal kebaikan ialah berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung persaudaraan dan secepat-cepat siksaan amal yang buruk ialah perzinaan dan memutuskan persaudaraan.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmīdzī dan Ibnu Mājah)

وَ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: خَمْسٌ يُعَجِّلُ اللهُ لِصَاحِبِهَا الْعُقُوْبَةَ الْبَغْيِ وَ الْغَدْرُ وَ عُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ وَ قَطِيْعَةُ الرَّحِمِ وَ مَعْرُوْفٌ لَا يُشْكَرُ. رواه بن لال فِي مَكَارِمِ الاَخْلَاقِ.

Dan dari Zaib bin Tsābit r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Lima dosa yang Allah mempercepat siksaannya ialah perzinaan, tipuan, berani kepada kedua orang tua, memutuskan persaudaraan dan tidak terima kasih kepada sesuatu kebaikan.” (Diriwayatkan oleh Ibnu La’al di dalam Makārim-ul-Akhlāq)

وَ عَنْ عَلِيٍّ كَرَّمَ اللهُ وَجْهَهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِذَا فَعَلَتْ أُمَّتِي خَمْسَ عَشْرَةَ خَصْلَةً فَقَدْ حَلَّ بِهَا الْبَلَاءُ : إِذَا كَانَ الْمَغْنَمُ دُوَلًا وَ الْأَمَانَةُ مَغْنَمًا وَ الزَّكَاةُ مَغْرَمًا وَ أَطَاعَ الرَّجُلُ زَوْجَتَهُ وَ عَقَّ أُمَّهُ وَ بَرَّ صَدِيْقَهُ وَ جَفَا أَبَاهُ وَ أَرْتَفَعَتِ الأَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ وَ كَانَ زَعِيْمُ القَوْمِ أَرْذَلَهُمْ وَ أَكْرَمَ الرَّجُلُ مَخَافَةَ شَرِّهِ وَ شُرِبَتْ الْخُمُوْرُ وَ لُبِسَ الْحَرِيْرُ : وَ اتُّخِذَتْ الْقَيْنَاتُ وَ الْمَعَازِفُ وَ لَعَنَ آخِرُ هَذِهِ الأُمَّةِ اَوَّلَهَا فَلْيَرْتَقِبُوا عِنْدَ ذَالِكَ رِيْحًا حَمْرَاءَ أَوْ خَسْفًا أَوْ مَسْخًا. رواه الترمذي وَ قَالَ: غَرِيْبٌ.

Dari ‘Alī Karramallāhu wajhah, bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Jika umatku melakukan lima belas perkara ini maka sungguh akan datanglah bencana sebab dos aitu: (1) jika harta rampasan perang hanya berdar pada kalangan tertentu, (2) kepercayaan dijadikan sebagai rampasan, (3) zakat dianggap sebagai tanggungan berat, (4) suami serba mengikut istri saja, (5) berani kepada ibunya, (6) baik kepada kawan dan (7) bersikap kasar kepada ayahnya, (8) memperkeras bercakap-cakap di dalam masjid, (9) tokoh-tokoh suatu kaum serendah-rendah orang, (10) disanjungnya seseorang karena kejahatannya, (11) Kamr sebagai minumannya, (12) memakai pakaian sutra, (13) digunakannya wanita-wanita pelacur dan (14) bunyi-bunyian, (15) orang-orang generasi akhir melaknati generasi-generasi yang mendahuluinya, maka waktu itu tunggulah adanya udara merah, permusuhan atau pergantian ummat.” (Hadits Riwayat at-Tirmīdzī dan ia berkata: hadits ini gharīb)

 Haram Durhaka Kepada Kedua Orang Tua Sekalipun Keduanya Zhalim

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ اَصْبَحَ مُطِيْعًا للهِ فِي وَالِدَيْهِ اَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ مِنَ الجَنَّةِ وَ إِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدٌ وَ مَنْ أَمْسَى عَاصِيًا للهِ تَعَالَى فِي وَالِدَيْهِ اَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ مِنَ النَّارِ وَ إِنَ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدٌ. قَالَ رَجُلٌ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ وَ إِنْ ظَلَمَاهُ وَ إِنْ ظَلَمَاهُ. رواه بن ابي شيبة و الحاكم فيِ التَّارِيْخِ، و البيحقي فيِ شُعَبِ الإِيْمَانِ.

Dari Ibnu ‘Abbās ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa yang mentaati kedua orang tuanya karena Allah, maka ia memeroleh dua pintu terbuka untuk masuk Surga, jika hanya memiliki seorang saja maka hanya memeporleh satu pintu saja, dan siapa yang bermaksiat kepada kedua orang tua di hadapan Allah makai a memperoleh dua pintu terbuka untuk masuk ke nerakan dan jika hanya memiliki seorang saja maka hanya memperoleh satu pintu saja. Seorang laki-laki berkata: Apakah akan demikian meskipun kedua orang tua itu berbuat aniaya? Rasulullah s.a.w. bersabda: “Meskipun mereka berdua berbuat aniaya kepadanya, meskipun mereka berdua berbuat aniaya kepadanya, dan meskipun mereka berdua berbuat aniaya kepadanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abī Syaibah dari al-Ḥākim di dalam at-Tārīkh dan al-Baiḥaqī di dalam Syu’ab-ul-Īmān).

وَ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: مَنْ أَصْبَحَ وَالِدَاهُ رَاضِيَيْنِ عَنْهُ أَصْبَحَ وَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ إِلَى الجَنَّةِ وَ مَنْ أَصْبَحَ سَاخِطَيْنِ عَلَيْهِ أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوْحَانِ مِنَ النَّارِ وَ إِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدٌ. فَقِيْلَ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ وَ إِنْ ظَلَمَاهُ. رواه الدارقطني فيِ الْأَفْرَادِ وَ الديلمي

Dan dari Zaid bin Arqam ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Siapa saja yang kedua orang tuanya merasa ridha kepadanya maka dia memperoleh dua pintu terbuka untuk masuk ke Surga dan siapa yang kedua orang tuanya marah (membenci) kepadanya maka ia memperoleh dua pintu yang terbuka untuk jalan masuk ke neraka dan jika seorang tua yang marah maka memperoleh satu pintu untuk jalan ke neraka.” Dikatakan: “Apakah demikian itu meskipun kedua orang tua itu aniaya?” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Meskipun kedua orang tua itu berbuat aniaya, meskipun kedua orang tua itu berbuat aniaya kepadanya.” (Diriwayatkan oleh ad-Daruquthni di dalam al-Afrād dan ad-Dailamī).

وَ عَنِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ لَهُ وَالِدَانِ مُسْلِمَانِ يُصْبِحُ إِلَيْهِمَا مُحْسِنًا إِلَّا فَتَحَ اللهُ لَهُ بَابَيْنِ يَعْنِي مِنَ الجَنَّةِ وَ إِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدٌ وَ إِنْ أَغْضَبَ أَحَدِهِمَا لَمْ يَرْضَ اللهُ عَنْهُ قِيْلَ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: وَ إِنْ ظَلَمَاهُ. رواه الحبخاري فيِ الأَدَبِ الْمُفْرَدِ

Dari Ibnu ‘Abbās r.a. ia berkata: “Tidaklah seseorang muslim mempunyai ibu bapak yang muslim semuanya dan berbakti kepada kedua orang tuanya melainkan tentu Allah membukakan baginya dua pintu untuk masuk ke Surga, dan jika kedua orang tuannya tinggal seorang, maka jalannya satu juga dan bila membuat marah seseorang di antara kedua orang tuanya Allah pun marah kepadanya. Ditanyakan orang: Apakah meskipun keduanya berlaku aniaya? Beliau bersabda: “Meskipun keduanya berlaku aniaya.” (Diriwayatkan al-Bukhārī di dalam al-Adab al-Mufrad).

Catatan:

  1. 1). Yang dimaksud dusta dalam hadits tersebut adalah ta’aridh, karena dusta yang bagaimanapun tidak dapat dibenarkan dalam agama Islam dan pelakunya akan mendapatkan ancaman siksa (Ed.)