Hakikat Tasawwuf: Dalil-Dalil Dzikir dari al-Qur’an dan Hadits

Dari Buku:
Hakikat Tasawwuf
(Judul Asli: Haqa’iq-ut-Tasawwuf)
Oleh: Syaikh ‘Abdul-Qadir ‘Isa
Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Lc., MHI dan Afrizal Lubis, Lc.
Penerbit: Qisthi Press

Rangkaian Pos: Hakikat Tasawwuf - Bab Tentang Dzikir | Syaikh 'Abdul Qadir 'Isa

Bab II Bagian ke 4.
Dzikir

A. Dalil-Dalil Dzikir dari al-Qur’an.

1. “Ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada kalian.” (al-Baqarah: 152).

2. “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring.” (Ali ‘Imran: 191).

3. “Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah dengan dzikir yang banyak. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (al-Ahzab: 41-42).

4. “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya, serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Ali ‘Imran: 41).

5. “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (ar-Ra‘d: 28).

6. “Sebutlah nama Tuhanmu di waktu pagi dan petang.” (al-Insan: 25).

7. “Sebutlah nama Tuhanmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al-Muzzammil: 8).

8. “Dan sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya dari pada ibadah-ibadah yang lain).” (al-‘Ankabut: 45).

9. “Apabila kalian telah menyelesaikan shalat, maka berdzikirlah kalian kepada Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.” (an-Nisa’: 103).

10. “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kalian di muka bumi, carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak, supaya kalian beruntung.” (al-Jumu‘ah: 10).

11. “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi menyebut nama Allah dalam masjid-masjid.” (al-Baqarah: 114).

12. “Di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya.” (an-Nur: 36).

13. “Para laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah. (an-Nur: 37).

14. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah.” (al-Munafiqun: 9).

15. “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampuna dan pahala yang besar.” (al-Ahzab: 35).

Ibnu ‘Abbas r.a. berkata: “Yang dimaksud dengan mereka mengingat Allah di akhir setiap shalat, di pagi dan petang hari, setiap kali bagun tidur dan setiap kali keluar rumah, adalah dzikir kepada Allah.” (1001).

Mujahid berkata: “Laki-laki dan perempuan tidak disebut sebagai orang yang banyak menyebut nama Allah kecuali dia berdzikir kepada Allah di kala berdiri, di kala duduk dan di kala berbaring.” (1012).

Semua ibadah dibatasi dengan beberapa syarat agar dia menjadi sah, kecuali dzikir kepada Allah. Dzikir sah dilakukan dalam keadaan suci dan tidak. Dia boleh dilakukan dalam semua keadaan, baik di kala berdiri, di kala duduk maupun lainnya.

Oleh karena itu, Nawawi mengatakan: “Para ulama menyepakati bolehnya dzikir dengan hati dan lisan, baik bagi orang yang sedang berhadas, junub, haid maupun nifas.”

Dzikir merupakan pembersih hati, kunci pintu anugerah dan jalan menuju tajalli. Dengannya-lah seseorang dapat sampai kepada Tuhan, tidak dengan lainnya. Oleh karena itu, seorang murid tidak akan kebingungan atau bersedih, kecuali jika dia lalai dari mengingat Allah. Sementara jika dia selalu mengingat Allah, maka kebahagiaan dan kegembiraannya akan langgeng. Sebab, dzikir merupakan kunci kebahagiaan, sebagaimana lalai merupakan kunci kesedihan dan kekeruhan.

B. Dalil-Dalil Dzikir Dari Hadits.

1. Diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy‘ari dari Nabi s.a.w. beliau bersabda:

مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَ الَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَ الْمَيِّتِ

Perumpamaan orang-orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati.(H.R. Bukhari).

2. Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi s.a.w., beliau bersabda:

Sesungguhnya Allah mempunyai para malaikat yang selalu berkeliling di jalan-jalan untuk mencari orang-orang yang berdzikir. Apabila mereka menemukan kaum yang sedang berdzikir kepada Allah, mereka berseru: “Marilah menuju hajat kalian!” Para malaikat itu menyelimuti kaum tersebut dengan sayap mereka menuju langit bumi. Allah bertanya kepada mereka: “Apa yang disebut oleh hamba-Ku?” Mereka menjawab: “Mereka bertasbih, berdzikir, bertahmid dan memuliakan-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka melihat-Ku?” Mereka menjawab: “Tidak, demi Allah.” Allah bertanya: “Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?” Mereka menjawab: “Seandainya mereka melihat-Mu, maka mereka akan lebih giat lagi beribadah, lebih memuliakan-Mu, dan lebih sering bertasbih kepada-Mu.” Allah bertanya: “Apa yang mereka mohon kepada-Ku?” Mereka menjawab: “Mereka memohon surga-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka melihatnya?” Mereka menjawab: “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.” Allah bertanya: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?” Mereka menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, maka mereka akan lebih mengharapnya, lebih giat mencarinya dan lebih menyukainya.” Allah bertanya: “Dari apa saja mereka berlindung?” Mereka menjawab: “Dari neraka.” Allah bertanya: “Apakah mereka melihatnya?” Mereka menjawab: “Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.” Allah bertanya: “Bagaimana seandainya mereka melihatnya?” Mereka menjawab: “Seandainya mereka melihatnya, niscaya mereka akan lebih menjauhinya dan lebih takut kepadanya.” Allah berfirman: “Sesungguhnya aku telah mengampuni mereka.” Salah satu malaikat berkata: “Di antara mereka ada seseorang yang hanya datang karena hajatnya.” Allah berfirman: “Orang yang duduk bersama mereka tidak akan sengsara.(H.R. Bukhari).

Hadis ini menerangkan tentang keutamaan majlis-majlis dzikir, orang-orang yang berdzikir dan mengadakan perkumpulan untuk dzikir. Dan orang yang duduk bersama mereka dalam majlis dzikir tersebut masuk bersama mereka ke dalam keutamaan dan kemuliaan yang diberikan Allah kepada mereka, meskipun dia tidak ikut berdzikir. Dengan berteman dengan mereka, dia akan memperoleh kebahagiaan, asalkan niatnya benar.

3. Diriwayatkan dari Anas bahwa Rasul s.a.w. bersabda:

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا (فِيْهَا) قَالُوْا: وَ مَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ: حَلَقُ الذِّكْرِ

Apabila engkau melewati taman surga, maka ambillah rumputnya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud dengan taman surga itu?” Beliau menjawab: “Taman surga adalah halaqah-halaqah dzikir.(H.R. Tirmidzi – #3432 – Hadits Ḥasan Gharīb, Syaikh al-Albani juga meng-ḥasan-kannya).

4. Diriwayatkan dari Abu Darda’ bahwa Rasul s.a.w. bersabda:

Sesungguhnya pada Hari Kiamat Allah akan membangkitkan beberapa kaum yang di wajah mereka ada cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari permata. Manusia sangat ingin mendapatkan kedudukan mereka. Mereka bukan para nabi dan juga bukan para syahid. “Seorang Badui berlutut di hadapan Rasulullah s.a.w. dan berkata: “Ya Rasulullah, sebutkanlah sifat-sifat mereka keapda kami, agar kami dapat mengenal mereka.” Rasulullah menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berasal dari berbagai kabilah dan negara. Mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah.(H.R. Thabrani).

5. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari Nabi s.a.w. berjalan di salah satu jalan Mekkah. Lalu beliau melintasi sebuah bukit yang dinamaka dengan bukit Jumdan. Beliau berkata:

“Lewatilah bukit Jumdan ini. Orang-orang yang menyepi telah lebih dulu melewatinya.” Salah seorang sahabat bertanya: “Siapakah orang-orang yang menyepi itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah orang yang senantiasa tekun berdzikir kepada Allah. Dzikir telah melepaskan beban berat di pundak mereka, sehingga di Hari Kiamat kelak mereka akan datang kepada Allah dengan ringan.” (H.R. Muslim dan Tirmidzi).

6. Diriwayatkan dari Abu Darda’ bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ وَخَيْرٌ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى قَالَ ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
قَالَ مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مَا شَيْءٌ أَنْجَى مِنْ عَذَابِ اللهِ مِنْ ذِكْرِ اللهِ

Maukah kalian aku beri tahu amal yang paling utama, paling mulia di sisi Raja (Tuhan – Allah) kalian, paling dapat mengangkat derajat kalian, lebih baik dari bersedekah dengan emas dan perak, dan lebih baik bagi kalian daripada bertemu dengan musuh kemudian kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian (mati syahid membela agama Allah)?” Para sahabat berujar: “Ya.” Beliau bersabda: “Berdzikir kepada Allah.” Mu‘adz bin Jabal r.a. berkata: “Tidak ada sesuatu yang lebih dapat menyelamatkan dari siksa Allah selain dari dzikir kepada Allah.(H.R. Tirmidzi, #3299 – Syaikh al-Albani men-shaḥīh-kannya; dan Ibnu Majah)

7. Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

Allah berfirman: “Aku sesuai dengan keyakinan (sangkaan) hamba-Ku tentang Aku. Dan Aku bersamanya apabila dia mengingat Aku. Jika dia mengingat Aku dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam hati. Jika ada mengingat-Ku di hadapan para makhluk, maka Aku akan mengingatnya di hadapan para makhluk yang lebih baik dari mereka. Jika dia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku sehasta. Jika dia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku sedepa. Dan jika dia datang kepada-Ku berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya berlari.(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).

8. Dari Abu Sa‘id al-Khudri bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَ جَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: سَيُعْلَمُ أَهْلُ الْجَمْعِ مِنْ أَهْلِ الْكَرَمِ فَقِيْلَ: وَ مَنْ أَهْلُ الْكَرَمِ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: مَجَالِسُ الذِّكْرِ فِي الْمَسَاجِدِ

Di Hari Kiamat, Allah akan memberi tahu kepada semua orang tentang golongan yang paling mulia.” Seorang sahabat bertanya: “Siapakah golongan yang paling mulia itu, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Mereka adalah golongan yang mengadakan majlis-majlis dzikir dalam masjid.(H.R. Ahmad, Baihaqi, dan Ibnu Hibban).

9. Diriwayatkan dari Anas ibn Malik bahwa Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوْا يَذْكُرُوْنَ اللهَ لاَ يُرِيْدُوْنَ بِذلِكَ إِلاَّ وَجْهَهُ إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَن

Tidak satu kaum pun berkumpul untuk berdzikir kepada Allah dengan hanya mengharap ridha-Nya melainkan akan ada yang menyeru dari langit: “Berdirilah! Kalian telah memperoleh ampunan dan keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan.(H.R. Ahmad).

10. Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri dari Rasulullah s.a.w., beliau bersabda: “Allah berfirman:

مَنْ شَغَلَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ عَنْ مَسْأَلَتِيْ وَ ذِكْرِيْ أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِيَ السَّائِلِيْنَ

Barang siapa disibukkan oleh al-Qur’an dan dzikir dari meminta kepada-Ku. Maka Aku akan memberikannya sesuatu yang paling utama di antara apa-apa yang Aku berikan kepada orang-orang yang meminta kepada-Ku.(H.R. Tirmidzi dan Baihaqi).

Catatan:

  1. 100). Muhammad ibn ‘Allan ash-Shiddiqi, al-Futūḥāt ar-Rabbāniyyah ‘alā al-Adzkār an-Nawawiyyah, vol. 1, hlm. 106-109.
  2. 101). Ibid.

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

3 Komentar

  1. Akhmad berkata:

    Subhanallah Maha suci Allah yang telah memberikan jalan yang amat dekat bertemu dengaNya..

  2. Gunawan berkata:

    Adakah Bukunya yang dijual Bab Dzikir yang diulas ini ?

    1. Muslim berkata:

      Betul, ini adalah Bab Dzikir dari buku Hakikat Tasawwuf tapi kami tidak menjual bukunya. Kalau sobat mau beli ada beberapa yang jual maketplace online seperti Tokped atau BL.

Tinggalkan Balasan ke Gunawan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *