Berbakti Kepada Kedua Orang-Tua Menutup Dosa-dosa Besar – Bakti Kepada Kedua Orangtua

BAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA
Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga

Judul asli: BIRR-UL-WĀLIDAIN WA-ḤUQŪQ-UL-ABĀ’ WAL-ABNĀ’ WAL-ARḤĀM
Oleh: Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr
 
Penerjemah: Ustadz H. YUSUF
Penerbit: HAZANAH ILMU

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG-TUA MENUTUP DOSA-DOSA BESAR.

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَتَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ: إِنِّيْ أُذْنِبُ ذَنْبًا عَظِيْمًا فَهَلْ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ وَ فِيْ رِوَايَةٍ: هَلْ لَكَ وَالِدَانِ؟ قَالَ: لاَ قَالَ: فَهَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ؟ قَالَ نَعَمْ قَالَ: فَبِرَّهَا.
رواه الترمذي و ابن حبان و الحاكم و قال: صحيح الاسناد.

“Dari Ibnu ‘Umar r.a. ia berkata: Seorang laki-laki datang menghadap Nabi s.a.w. lalu berkata: Sesungguhnya aku telah melakukan dosa-dosa besar, maka masih adak ah jalan untuk bertaubat? Nabi bersabda: “Apakah kamu masih mempunyai ibu?” Dalam riwayat lain: “Apakah kamu masih mempunyai, ayah dan ibu?” Orang itu menjawab: Tidak. Nabi bertanya: “Apakah kamu masih mempunyai bibi?” Ia menjawab: Ya, masih mempunyai. Nabi bersabda: “Berbaktilah kepadanya!”.”
(Riwayat Tirmidzī, Ibnu Ḥibbān dan al-Ḥākim, yang mengatakan shaḥīḥ isnād-nya).

وَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: إِنِّيْ خَطَبْتُ امْرَأَةً فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِيْ وَ خَطَبَهَا غَيْرِيْ فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ فَغِرْتُ عَلَيْهَا فَقَتَلْتُهَا فَهَلْ لِيْ مِنْ تَوْبَةٍ؟ قَالَ: أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ قَالَ: لاَ قَالَ: تُبْ إِلَى اللهِ وَ تَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ. قَالَ عَطَاءٌ: فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: لِمَ سَأَلْتَ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ: إِنِّيْ لاَ أَعْلَمُ عَمَلاً أَقْرَبُ إِلَى اللهِ مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ
رواه البخاري في الأدب المفرد

“Dan dari ‘Athā’ bin Yasār dan Ibnu ‘Abbās, bahwa ia didatangi oleh seorang laki-laki lalu berkata: Saya melamar seorang wanita. Ia tidak mau saya nikahi. Lalu seorang laki-laki lain melamarnya kemudian wanita itu mau menerima lamarannya sehingga dinikahinya. Kemudian aku iri hati, hingga wanita itu aku bunuh. Maka masih adakah kesempatan aku bertaubat? Ibnu ‘Abbās bertanya: Apakah ibumu masih hidup? Ia menjawab: Tidak, lalu berkata: Taubatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semaksimalmu.” ‘Athā’ berkata: Saya bertanya kepada Ibnu ‘Abbās: Mengapa kamu bertanya tentang ibunya? Ia menjawab: Sesungguhnya saya tidak mengetahui sesuatu amalan yang lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah melebihi daripada berbakti kepada ibunya.”
(Riwayat Bukhārī di dalam bab al-Adabul Mufrad, dan al-Baihaqī di dalam Syu‘ab-ul-Īmān).

As-Safarinī telah menulisnya di dalam syarah Nadharman Adab dari Imām Aḥmad, ia berkata: “Berbakti kepada orang-tua itu menutup dosa-dosa besar.” Ia mengatakan: Hadits ini disebutkan oleh Ibnu ‘Abd-il-Barri dari Makḥūl.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *