Hati Senang

Berbakti Kepada Kedua Orang-Tua Membawa Berkah – Bakti Kepada Kedua Orangtua

Cover Buku Bakti Kepada Kedua Orangtua, Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga
BAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA Hak Ibu-Bapak, Anak dan Keluarga Judul asli: BIRR-UL-WĀLIDAIN WA-ḤUQŪQ-UL-ABĀ’ WAL-ABNĀ’ WAL-ARḤĀM Oleh: Aḥmad ‘Īsā ‘Asyūr   Penerjemah: Ustadz H. YUSUF Penerbit: HAZANAH ILMU

BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG-TUA MEMBAWA BERKAH.

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَمُدَّ لَهُ عُمُرِهِ وَ يُزَادَ فِيْ رِزْقِهِ فَلْيَبِرَّ وَالِدَيْهِ وَ لْيَصِلْ رَحِمَهُ
رواه أحمد

“Dari Anas bin Mālik r.a., bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Barang siapa senang diperpanjang umurnya dan diperluas rezekinya, maka berbaktilah kepada kedua orang tuanya dan sambunglah hubungan dengan anak keluarganya”.”
(Hadits riwayat Aḥmad).

وَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: مَنْ بَرَّ وَالِدَيْهِ طُوْبَى لَهُ زَادَ اللهُ فٍِيْ عُمُرِهِ.
رواه أبو يعلى و الطبراني و الأصبهاني و الحاكم و قال: صحيح الإسناد

“Dan dari Mu‘ādz bin Jabal r.a. bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Siapa yang berbakti kepada kedua orang-tuanya adalah sangat beruntung baginya, Allah akan menambah umurnya”.”
(Riwayat Abū Ya‘lā, ath-Thabrānī, al-Asbāhānī dan al-Ḥākim. Al-Ḥākim mengatakan hadits itu shaḥīḥ isnād-nya).

وَ عَنْ ثَوْبَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذُّنُبِ يُصِيْبُهُ وَ لاَ يَرُدُّ الْقَدْرَ إِلاَّ الدُّعَاءُ وَ لاَ يَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ
رواه ابن ماجه و ابن حبان في صحيحه و الحاكم و قال: صحيح الإسناد

“Dan dari Tsaubān r.a., ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seseorang itu tertutup rezekinya disebabkan dosa yang ia lakukan. Dan takdir itu tidak dapat ditolak kecuali oleh doa, dan tidak dapat menambah umur kecuali kebaktiannya kepada kedua orang tua”.”
(Hadits Riwayat Ibnu Mājah dan Ibnu Ḥibbān di dalam hadits shaḥīḥ-nya dan al-Ḥākim yang mengatakan shaḥīḥ isnād-nya).

وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: عِفُّوْا عَنْ نِسَاءِ النَّاسِ تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ وَ بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ أَبْنَاءَكُمْ وَ مَنْ أَتَاهُ أَخُوْهُ مُتَنَصِّلاً فَلْيَقْبَلْ ذلِكَ مُحِقًّا كَانَ أَوْ مُبْطِلاً فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ لَمْ يَرِدْ عَلَى الْحَوْضِ
رواه الحاكم و قال: صحيح الإسناد

“Dari Abū Hurairah r.a. bahwa Nabi s.a.w. bersabda: “Jagalah dirimu dari kaum wanita, maka istrimu pun terjaga pula. Dan berbaktilah kepada bapak ibumu maka anakmu akan berbakti kepadamu. Dan siapa saja yang saudaranya secara baik datang kepadanya hendaklah segera menyambut kedatangannya, apakah berniat baik atau berniat lain. Jika tidak mau menerimanya secara baik, maka ia tidak dapat Ḥaudh (telaga nabi).”
(Riwayat al-Ḥākim dan ia mengatakan shaḥīḥ isnād-nya).

وَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَ عِفُّوْا تَعِفَّ نِسَاؤُكُمْ.
رواه الطبراني بإسناد حسن

“Dan dari Ibnu ‘Umar r.a., ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Berbaktilah kepada ibu-bapakmu maka anakmu akan berbakti kepadamu. Jagalah kehormatan dirimu maka istri-istrimu pun akan menjaga kehormatan dirinya”.”
(Riwayat ath-Thabrānī dengan isnād yang ḥasan).

وَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: دَخَلْتُ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ قِرَاءَةً فَقُلْتُ: مَنْ هذَا؟ فَقِيْلَ حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ: فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: كَذلِكَ الْبِرُّ. وَ كَانَ بَرًّا بِأُمِّهِ.
رواه النسائي

“Dan dari ‘Ā’isyah r.a., ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Saya masuk ke surga lalu mendengar sesuatu bacaan, maka saya berkata: Siapa orang ini?” Dikatakan: Ia Ḥāritsah bin an-Nu‘mān. Maka beliau bersabda: “Demikian ini pahala berbakti, sedang ia sangatlah berbakti kepada ibunya”.”
(Hadits riwayat an-Nasā’ī)

Dan Aḥmad meriwayatkan dengan lafazh: “Ia adalah sebaik-baik orang terhadap ibunya.” (Riwayat al-Ḥākim dan ini shaḥīḥ isnād-nya menurut syarat-syarat asy-Syaikhān).

Dan arti kata Kadzālika (Demikian ini) adalah “sedemikian tingginya derajat yang dicapai karena berbakti kepada kedua orang-tua.”

Dan dari Abū Dardā’ bahwa ada seseorang datang kepadanya lalu berkata: “Sesungguhnya ayahku selalu mendorong aku untuk kawin, setelah aku kawin, lalu ayah menyuruhku untuk mentalaqnya. Bagaimana yang demikian ini?” Abū Dardā’ berkata: Saya tidak menyuruhmu untuk melawan kedua orang tuamu dan tidak menyuruh mentalaq istrimu, hanya saja kalau kamu mau maka saya akan menceritakan kepadamu apa yang pernah saya dengar dari Rasūlullāh s.a.w., beliau bersabda:

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَحَافِظْ عَلَى ذلِكَ الْبَابِ إِنْ شِئْتَ أَوْ دَعْ.
رواه ابن حبان في صحيحه.

Orang-tua itu berada di tengah di antara pintu-pintu surga. Maka jagalah pintu itu kalau kamu mau, kalau tidak mau terserah kepada kamu.”
(Diriwayatkan Ibnu Ḥibbān di dalam hadits shaḥīḥ-nya)

Al-Baidawī berkata: Arti dan maksud hadits itu ialah bahwa sebaik-baik jalan untuk masuk ke surga dan sarana memperoleh derajatnya yang tinggi ialah menaati orang-tua dan menjaga kepuasan hatinya. Al-Ḥifnī berkata: Arti hadits itu ialah bahwa menaati orang-tua dan berbakti kepadanya adalah menjadi sarana masuk surga melalui pintu-pintu surga yang berada di tengah yang berarti pintu yang paling tinggi nilainya dan paling nikmat dan bukan berarti letaknya saja yang di tengah.

Ada pula hadits marfū‘ berbunyi:

الْبَابُ الأَوْسَطُ مَفْتُوْحٌ لِبِرِّ الْوَالِدَيْنِ. فَمَنْ بَرَّهُمَا فُتِحَ لَهُ وَ مَنْ عَقَّهُمَا أُغْلِقَ دُوْنَهُ.
أخرجه ابن شاهين في الترغيب و الديلمي في مسند الفردوس.

Pintu tengah itu dibuka bagi amalan seseorang yang berbakti kepada kedua orang-tua. Maka siapa berbakti kepada kedua orang-tuanya, pintu itu dibuka baginya dan siapa yang berbuat buruk kepada kedua orang tuanya maka pintu itu telah terkunci baginya.”
(Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Syāhīn di dalam at-Targhīb dan Dailamī di dalam Musnad-ul-Firdaus).

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.