عَنْ أَبِيْ أُسِيْدٍ مَالِكِ بْنِ رَبِيْعَةَ السَّاعِدِيِّ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا جَاءَ رَجُلٌ مِنْ بَنِيْ سَلَمَةَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ هَلْ بَقِيَ مِنْ بِرِّ أَبَوَيَّ شَيْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهَا؟ قَالَ: نَعَمْ. الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا وَ الْاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَ إِنْفَادُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَ صِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِيْ لَا تُوْصَلُ إِلَّا بِهِمَا وَ إِكْرَامُ صَدِيْقِهِمَا
رواه أبو داود و ابن ماجه و ابن حبان في صحيحه
“Dari Abū Usīd Mālik bin Rabī‘ah as-Sā‘idī, ia berkata: Pada suatu waktu kami duduk di samping Rasūlullāh s.a.w. Tiba-tiba datanglah seseorang dari Bani Salamah, lalu bertanya: Ya Rasūlullāh! Apakah masih ada kesempatan berbakti kepada orang tua yang saya lakukan sesudah ayah dan ibu meninggal dunia? Beliau menjawab: Ya, masih ada: yaitu: (1)Menshalatkannya (dapat berarti mendoakan kebaikan), (2)memohonkan ampunan bagi mereka berdua,(3)Menyempurnakan (melaksanakan) janji-janjinya sesudah mereka meninggal dunia,(4)menyambung persaudaraan yang kamu tidak bisa sambung kecuali melalui keduanya, dan(5)memuliakan sahabat-sahabat keduanya.”
(Diriwayatkan oleh Abū Dāūd, Ibnu Mājah, dan Ibnu Ḥibbān di dalam hadits shaḥīḥ-nya).
وَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ لَيَمُوْتُ وَالِدَاهُ أَوْ أَحَدُهُمَا وَ إِنَّهُ لَهُمَا لَعَاقٌّ فَلَا يَزَالُ يَدْعُوْ لَهُمَا وَ يَسْتَغْفِرُ لَهُمَا حَتَّى يَكْتُبَهُ اللهُ بَارًّا
رواه البيهقي في شعب الإيمان
“Dan dari Anas bin Mālik r.a., bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang hamba yang ibu-bapaknya telah meninggal dunia atau salah satunya, hamba itu berani durhaka dan tidak berbakti kepadanya. Maka ia selalu mendoakan kepada ibu-bapaknya dan selalu memohonkan ampunan bagi mereka berdua, sehingga Allah mencatat sebagai orang yang berbakti.”
(Diriwayatkan oleh al-Baihaqī di dalam Syu‘ab-ul-Īmān).
وَ عَنْ مَالِكِ بْنِ زُرَارَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: اسْتِغْفَارُ الْوَلَدِ لِأَبِيْهِ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ مِنَ الْبِرِّ
رواه ابن النجار
“Dan dari Mālik bin Zurārah r.a., ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Permohonan ampunan dari anak untuk orang-tuanya sesudah meninggalnya adalah termasuk berbakti.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Najjār)
وَ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ أَنَّى لِيْ هذَا؟ فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
رواه أحمد و ابن ماجه و البيهقي
“Dan dari Abū Hurairah r.a., ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya ada seorang laki-laki di surga derajatnya lebih ditinggikan. Lalu ia bertanya: Wahai Tuhanku! Mengapa nasibku seindah ini? Maka dijawablah pertanyaan itu dengan sebab anakmu memohonkan ampunan bagimu.”
(Hadits riwayat Aḥmad, Ibnu Mājah dan al-Baihaqī)
وَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَ سَلَّمَ: إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
رواه البخاري و مسلم و أبو داود
“Dan dari Ibnu ‘Umar r.a. ia berkata: Rasūlullāh s.a.w. bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga hal: sedekah jāriyah atau ‘ilmu yang dimanfaatkan orang atau anak shālih yang mendoakan bagi ibu-bapaknya.”
(Hadits Bukhārī, Muslim dan Abū Dāūd).