Allah adalah Sang Pencipta – Dala’il-ul-Khairat

Dalā’il-ul-Khairāt
Ungkapan Cinta Terindah untuk Allah dan Rasūlullāh

Oleh: Muḥammad ibn Sulaimān al-Jazūlī
(w. 870 H./1465 M.)
 
Diterjemahkan dari Dalā’il-ul-Khairāti wa Syawāriq-ul-Anwār fī Dzikr-ish-Shalāti ‘alan-Nabiyy-il-Mukhtar.
Karya: Muḥammad ibn Sulaimān al-Jazūlī
 
Penerjemah: Tatam Wijaya
Penerbit: Zaman

8. Allah adalah Sang Pencipta.

Ketika kita membaca Dalā’il-ul-Khairāt, kita menyadari bahwa salah satu sifat Allah yang sangat dekat dalam hati Imām al-Jazūlī adalah al-Khāliq (Sang Pencipta). Dalam shalawat berikut ini, ia menyebutkan semua ciptaan Allah secara umum:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَ مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ عَدَدَ مَخْلُوْقَاتِكَ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada pemimpin dan penghulu kami Sayyidinā Muḥammad, sebanyak hitungan ciptaan-Mu.”

Di bagian lain, ia memanjatkan shalawat Allah kepada Nabi s.a.w. sebanyak hitungan masing-masing ciptaan Allah, seperti sebanyak jumlah manusia, jinn, malaikat, dan segala yang mereka saksikan, langit, bumi, matahari, bulan, bintang, dan surga serta apa yang terdapat di dalamnya; tumbuhan, gunung, bukit, dan lembah; nafas, frasa, kata-kata, rambut, jejak kaki, kedipan mata, dan tarikan nafas manusia; atau sebanyak jumlah binatang berkaki dua dan berkaki empat, jumlah ikan, burung, lebah, reptil, semut dan serangga; awan dan angin; tanaman, pepohonan, cecabang, dedaunan, benih, buah dan bunga; lautan dan yang terdapat di dalamnya, air yang manis dan asin, sungai, mata air, gelombang dan busa ombak; butir pasir, kerikil, batu, lumpur dan tanah; tetes air hujan dan tetes embun; dan seterusnya dengan menyebutkan ciptaan Allah yang tak terhitung.

Subḥānallāh.

Dan tentu saja Nabi Muḥammad adalah ciptaan terbaik Allah, lebih baik dari seluruh nabi dan malaikat. Karenanya, tak mengherankan jika kaum muslim menuturkan pujian kepadanya dan menyebutnya dengan sifat-sifat yang mulia, seperti:

Atammu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling sempurna).
Ajalliyyu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling suci).
Ajmalu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling indah).
Aḥsanu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling baik).
A‘zhamu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling agung).
Afdhalu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling utama).
Akramu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling mulia).
Akmalu khalqillāh (ciptaan Allah yang paling lengkap).

Khayru khalqillāh (ciptaan Allah yang paling bagus).

9. Shalawat dengan Asmā’ dan Sifat Nabi.

Banyak pula shalawat untuk Nabi s.a.w., tetapi tidak ditujukan dengan menyebut namanya secara langsung, melainkan dengan menyebut nama-nama lain Nabi, sifatnya, atau gambaran keutamaannya, misalnya:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى صَاحِبِ الْمَقَام الْمَحْمُوْدِ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada sang pemilik maqam yang mulia.”

Ada juga shalawat yang ditujukan kepada dia yang secara fisikal naik ke langit untuk bertemu Allah (shāḥib-ul-mi‘rāj), kepada sang pemilik mu‘jizat (shāḥib-ul-mu‘jizat), kepada sang pemilik wasilah (shāḥib-ul-wasīlah), kepada sang pemilik syafa‘at (shāḥib-usy-syafā‘at), kepada sang pemilik kedudukan yang disaksikan (shāḥib-ul-makān-il-masyhūd), dan seterusnya. Di luar keajaiban mi‘rāj, Imām al-Jazūlī menyebutkan juga beberapa keajaiban yang dimiliki Rasūlullāh s.a.w.

Imām al-Jazūlī juga menyebutkan shalawat sederhana yang mudah dibaca dan dihafal yang disertai dengan penyebutan nama-nama Nabi s.a.w., misalnya:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى الْبَشِيْرِ النَّذِيْرِ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada sang pembawa kabar gembira dan peringatan.

Ada juga shalawat yang menyebutkan sifat-sifat Nabi yang lain, seperti afdhalihim mawlida (Nabi yang paling baik kelahirannya), kepada dia yang bulan terbelah karenanya (man isyaqqa lahul-qamar), kepada dia yang memberi minum manusia dari telaga Kautsar pada hari Kiamat (sāqī lin-nāsi min-al-ḥawdh), dan lain-lain.

Jika kita menghitung Asmā’ Nabi dan Sifat Nabi dalam Dalā’il-ul-Khairāt, kita akan mendapati lebih dari 400 ratus nama dan sifat. Asmā’ Nabi merupakan nama-nama yang baik dan indah. Dalam Dalā’il-ul-Khairāt Imām al-Jazūlī tidak meluputkan keagungan dan kemahakuasaan nama-nama Allah sehingga ia berkali-kali menyebutkannya. Perlu juga dicatat bahwa tiap shalawat mengandung nama Allah dan biasanya diawali dengan frasa permohonanan: allāhumma (ya Allah). Maka, ketika kita membaca shalawat, berarti kita juga berdzikir (mengingat) kepada Allah.

Alḥamdulillāh.

Imām al-Jazūlī juga kadang-kadang menyebutkan nama para nabi dan malaikat yang disebutkan dalam al-Qur’ān. Itu menunjukkan kedekatan hubungan antara para nabi dan para malaikat.

Subḥānallāh.

Beberapa shalawat melantunkan pujian kepada Rasūlullāh dengan ungkapan yang sangat indah seperti dalam shalawat berikut ini yang memancarkan sinar cemerlang bagai mutiara dan cahaya yang sempurna bagaikan bulan purnama.

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ أَفْضَلِ أَنْبِيَائِكَ وَ أَكْرَمِ أَصْفِيَائِكَ وَ إِمَامَ أَوْلِيَائِكَ وَ خَاتِمِ أَنْبِيَائِكَ وَ حَبِيْبِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَ شَهِيْدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَ شَفِيْعِ الْمُذْنِبِيْنَ وَ سَيِّدِ وَلَدِ آدَمِ أَجْمَعِيْنَ، الْمَرْفُوْع الذِّكْرِ فِي الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، الْبَشِيْرِ النَّذِيْرِ، السِّرَاجِ الْمُنِيْرِ، الصَّادِقِ الْأَمِيْن، الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الرَّءُوْفِ الرَّحِيْمِ، الْهَادِيْ إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ، الَّذِيْ آتَيْتَهُ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِيْ وَ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَ هَادِي الْأُمَّةِ، أَوَّلِ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ وَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، وَ الْمُؤَيَّدِ بِجِبْرِيْلَ وَ مِيْكَائِيْلَ الْمُبَشِّرِ بِهِ فِي التَّوْرَاةِ وَ الْإِنْجِيْلِ، الْمُصْطَفَى الْمُجْتَبَى الْمُنْتَخَبِ أَبِي الْقَاسِمِ، مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بْنِ هَاشِمٍ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada Sayyidinā Muḥammad, nabi-Mu yang terbaik, yang paling mulia di antara hamba-hambaMu yang suci, pemimpin para wali Allah, dan penutup para nabi, kekasih Allah penguasa alam semesta, penyaksi para utusan, dan pemberi syafā‘at kepada para pendosa, pemimpin anak cucu Ādam; yang ingatan tentangnya ditinggikan di antara malaikat yang didekatkan kepada Allah, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, cahaya yang senantiasa bersinar, yang jujur dan tepercaya, yang benar dan menjelaskan, yang penuh kasih, yang penyayang, pemandu di jalan yang lurus, yang kepadanya Engkau anugerahkan tujuh ayat yang terus diulang-ulang (surah al-Fātiḥah) dan al-Qur’ān yang mulia, nabi yang penuh rahmat dan pembimbing seluruh muslim, sosok yang untuknya bumi membukakan dirinya sehingga ia memasuki surga, sosok yang didukung Jibrīl dan Mīkā’īl, kabar gembira tentangnya telah disebutkkan dalam Taurāt dan Injīl, manusia terpilih, yang tiada banding, yang luhur, ayahanda Qāsim, Muḥammad putra ‘Abdullāh, putra ‘Abd-ul-Muththalib, putra Hāsyim.

10. Memuji dengan Huruf-huruf pada Namanya.

Telah menjadi kebiasaan para ‘ulamā’ muslim untuk memuji sang kekasih Muḥammad al-Mushthafā dengan menggunakan huruf-huruf pada namanya. Dalam Dalā’il-ul-Khairāt kita menemukan beberapa shalawat yang di dalamnya Imām al-Jazūlī memuji Rasūlullāh s.a.w. dengan menggunakan huruf-huruf pada nama beliau.

Kata Muḥammad berarti “yang terpuji” dan kata ini meliputi huruf mīm, ḥa’, mīm dan dāl. Shalawat berikut ini menggunakan ketiga huruf itu, tetapi dengan urutan yang berbeda, yaitu ḥa’, mīm dan dāl, membentuk kata ḥamd, yang berarti pujian. Kami melihat bahwa shalawat ini dikembangkan dari shalawat Imām Syāfi‘ī dan Ghawts-il-A‘zham Syaikh ‘Abd-ul-Qādir al-Jīlānī. Shalawat ini dianjurkan untuk dibaca tiga kali:

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ حَاءِ الرَّحْمَةِ وَ مِيْمِ الْمُلْكِ، وَ دَالِ الدَّوَامِ، السَّيِّدِ الْكَامِلِ الْفَاتِحِ الْخَاتِمِ عَدَدَ مَا فِيْ عِلْمِكَ كَائِنٌ أَوْ قَدْ كَانَ كُلَّمَا ذَكَرَكَ وَ ذَكَرَهُ ذَاكِرِيْنَ، وَ كُلَّمَا غَفَلَ عَنْ ذِكْرِكَ وَ ذِكْرِهِ الْغَافِلُوْنَ صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِكَ بَاقِيَةً بِبَقَائِكَ لَا مُنْتَهَى لَهَا دُوْنَ عِلْمِكَ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepada Sayyidinā Muḥammad, huruf ḥā’-nya untuk raḥmat (kasih), huruf mīm-nya untuk mulk (kerajaan), dan huruf dāl-nya untuk dawām (keberlangsungan), dialah pemimpin yang sempurna, sang pembuka (pintu kenabian), sang penutup (kenabian); limpahkan rahmat sebanyak hitungan peristiwa yang sedang terjadi, yang akan terjadi, dan yang telah terjadi, selama Engkau diingat dan ia (Nabi s.a.w.) diingat oleh mereka yang ingat, dan selama Engkau tidak diingat dan ia tidak diingat oleh orang yang lalai. (Shalawat ini tidak meluputkan seorang pun). Ya Allah, limpahkan rahmat yang tetap dalam keabadian-Mu, kekal mengikuti kekekalan-Mu, (karena tak ada apa pun yang terjadi di luar pengetahuan-Mu, ya Allah). Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.

11. Shalawat kepada Muḥammad, Keluarga, dan Sahabatnya

Sebagai muslim, tentu saja kita mencintai Nabi Muḥammad s.a.w., keluarga beliau, dan juga para sahabat beliau. Maka, sepatutnyalah kita menghaturkan shalawat kepada Sang Kekasih Muḥammad, keluarga, dan para sahabatnya, sebagaimana tergambar dalam shalawat berikut ini:

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ هَاجَرُوْا لِنُصْرَتِهِ وَ نَصَرُوْهُ فِيْ هِجْرَتِهِ فَنِعْمَ الْمُهَاجِرُوْنَ وَ نِعْمَ الْأَنْصَارُ.

Ya Allah, limpahkan rahmat kepadanya, keluarganya, dan para sahabatnya, yang hijrah untuk menolongnya dan yang menolongnya dalam hijrahnya. Betapa mulia para Muhājirīn dan betapa agung para Anshār.”

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *