Hakikat Tasawwuf: Agar Kita Tidak Meninggalkan Zikir

Dari Buku:
Hakikat Tasawwuf
(Judul Asli: Haqa’iq-ut-Tasawwuf)
Oleh: Syaikh ‘Abdul-Qadir ‘Isa
Penerjemah: Khairul Amru Harahap, Lc., MHI dan Afrizal Lubis, Lc.
Penerbit: Qisthi Press

Rangkaian Pos: Hakikat Tasawwuf - Bab Tentang Dzikir | Syaikh 'Abdul Qadir 'Isa

Bab II Bagian ke 4.
Dzikir

Allah telah memperingatkan hamba-Nya agar tidak meninggalkan zikir. Para ahli makrifat dari para pendidik spiritual juga telah mengingatkan para murid mereka agar tidak meninggalkan zikir.

A. Peringatan dari al-Qur’an.

“Barang siapa berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Pemurah (al-Qur’an). Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan). Maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (az-Zukhruf: 36).

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang. Dan janganlah engkau termasuk orang-orang yang lalai.” (al-A‘raf: 205).

Firman Allah yang mencela orang-orang munafik: “Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (an-Nisa’: 142).

B. Peringatan dari hadis.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَ كَانَ لَهُمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Tidaklah suatu kaum berdiri dari suatu majlis yang di dalamnya mereka tidak berzikir kepada Allah, melainkan mereka berdiri seperti bangkai keledai. Dan bagi mereka penyesalan pada hari Kiamat.” (H.R. Abu Hurairah dan Hakim).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda:

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةً وَ مَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لاَ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ وَ مَا مَشَى أَحَدٌ مَمْشَى لاَ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

“Barang siapa duduk di suatu tempat tanpa berzikir kepada Allah, maka dia akan memperoleh kerugian dari Allah. Barang siapa berbaring tanpa berzikir kepada Allah, maka dia akan memperoleh kerugian dari Allah. Dan tidak seorang pun yang berjalan di suatu jalan tanpa berzikir kepada Allah, kecuali dia akan memperoleh kerugian dari Allah.” (H.R. Abu Daud).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah juga bahwa Rasulullah bersabda: “Tidaklah suatu kaum duduk dalam suatu majlis yang mereka tidak berzikir kepada Allah di dalamnya dan tidak bershalawat kepada Nabi mereka, melainkan bagi mereka kerugian. Apabila Allah menghendaki, mereka akan diazab. Dan apabila Dia menghendaki, mereka akan diampuni.” (H.R. Tirmidzi dan Abu Daud).

Diriwayatkan dari Mu‘adz ibn Jabal bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

لَيْسَ يَتَحَسَّرَ أَهْلُ الْجَنَّةِ إِلاَّ عَلَى سَاعَةٍ مَرَّتْ بِهِمْ لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهَا

“Para penghuni surga tidak menyesali sesuatu melainkan terlewatnya beberapa saat dari waktu mereka (di dunia) yang di dalamnya mereka tidak berzikir kepada Allah.” (H.R. Thabrani dan Baihaqi).

C. Peringatan dari para ahli makrifat.

Sahal berkata: “Aku tidak pernah mengetahui maksiat yang lebih buruk daripada menginggalkan zikir kepada Tuhan.”

Abu Hasan asy-Syadzili berkata: “Salah satu tanda kemunafikan adalah berzikir itu terasa berat. Bertobatlah. Setelah itu, cobalah melakukannya niscaya akan terasa ringan.” (1301).

Seolah pernyataan Abu Hasan asy-Syadzili ini diperoleh dari sifat-sifat orang munafik yang terekam dalam firman Allah:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud pamer (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah melainkan sedikit.” (an-Nisa’: 142).

Sebagian kalangan mengatakan: “Segala sesuatu ada hukuman dan ganjarannya. Dan hukuman bagi ahli makrifat adalah terputusnya dia dari zikir.”

Dengan demikian, hendaklah orang yang berakal waspada dari kelalaian. Hendaklah dia berusaha dengan sungguh-sungguh dalam membangunkan hatinya untuk senantiasa berzikir kepada Tuhannya. Hendaklah dia bersifat dengan sifat orang-orang mukmin yang banyak berzikir kepada Allah. Dan hendaknya dia menjauhi sifat orang-orang munafik yang tidak berzikir kepada Allah melainkan sedikit.

Catatan:


  1. 130). Ahmad al-Watari, Raudhah an-Nāzhirīn, hlm. 44. 

Sanggahan (Disclaimer): Artikel ini telah kami muat dengan izin dari penerbit. Terima kasih.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *