BAGIAN 3
Berjuang dari ‘Aib Menuju Yang Ghaib
HIKMAH KE-17
17. مَا تَرَكَ مِنَ الْجَهْلِ شَيْئًا مَنْ أَرَادَ أَنْ يُحْدِثَ فِي الْوَقْتِ غَيْرَ مَا أَظْهَرَهُ اللهُ فِيْهِ.
He has not abandoned any part of ignorance who wants to bring forth [something] in any time other than which Allah has made manifest [at that time].
Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadinya sesuatu yang tidak dikehendaki Allah pada suatu waktu.
Explanation by Syekh Fadhlalla Haeri:
The enlightened being simply accepts and confirms things as they are, and acknowledges them as they appear and manifest, with knowledge and contentment. It is the veils of ignorance, fantasy and illusion that make a person perceive other than reality as mirrored in his destiny. That is why it is said that the truth is only reflected through a pure heart in submission to Allah’s Decrees.
Ulasan oleh Syaikh Fadhlallāh Haeri:
Orang yang dapat penerangan cahaya Allah akan semata-mata menerima dan memahami sesuatu sebagaimana adanya, dan menyadari sesuatu sebagaimana penampakan dan manifetasinya dengan kesadaran dan keridhaan. Fantasi dan ilusi adalah selubung-selubung kejahilan, yang membuat seorang merasakan yang lain dari realitas yang tercermin dalam takdirnya. Itulah mengapa dikatakan bahwa kebenaran hanya dapat dipantulkan melalui hati yang suci dalam keberserahan diri pada keputusan Allah.