18 Takut Miskin – Rezeki Para Wali & Nabi

Rezeki Para Nabi dan Wali
TIP-TIP MENGAIS REZEKI HALAL

Oleh: Yusni Amru Ghazali

Penerbit: PT Elex Media Komputindo

Takut Miskin.

Kita sering melihat di kota-kota besar, banyak orang miskin yang tidak sabar, gampang kecewa dan mudah putus-asa. Akibatnya, demi sesuap nasi, dari golongan mereka banyak yang melakukan pencurian. Sebagian ahli berpendapat bahwa kemiskinan menjadi faktor timbulnya tindak kriminal tersebut.

Pada hakikatnya, tindak kriminal terjadi bukan karena faktor kemiskinan saja, tapi juga akibat mereka salah dalam memaknai rezeki. Mereka belum mengerti cara mencari, praktik mengais dan membelanjakan rezeki yang benar. Sehingga, kemiskinan tidak seharusnya selalu dituding sebagai dalang maraknya pencurian. Toh, masih banyak orang yang mencuri dalam keadaan kenyang dan uang di tabungannya melimpah.

Sebagian orang kaya yang masih mau “mencuri” itu, lebih banyak disebabkan ketakutannya pada masa depan. Mereka takut berapa puluh tahun ke depan akan jatuh miskin sehingga hari ini mereka kumpulkan uang sebanyak mungkin. Tanpa memperhitungkan halal-haramnya. Dan, sebenarnya itu adalah akibat bisikan syaithan untuk meluluhkan hati manusia agar mau melakukan tindak korupsi, riba dan mencuri.

Allah s.w.t. berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَ يَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَ اللهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَ فَضْلًا وَ اللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ.

Syaithan menakut-nakuti kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat kikir, sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan kurunia-Nya kepadamu. Dan, Allah Maha Halus, Maha Mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 268).

Syaithan selalu memiliki cara yang jitu untuk menjerumuskan manusia dalam kebatilan. Bahkan, penyakit takut miskin ini selain mendorong orang melakukan korupsi, juga mendorong orang bersikap bakhil. Yang tidak akan mau mengeluarkan uang sepeser pun, kecuali untuk keperluan yang memberi manfaat bagi dirinya. Pada level yang parah, akibat takut miskin, orang bahkan tidak akan mau membayar zakat ataupun pajak.

Dari hal yang sangat kecil yakni takut miskin, seseorang bisa terjerumus pada tindak korupsi dan kebakhilan, seperti terjerumusnya orang miskin untuk melakukan pencurian. Ini semakin kuat membuktikan bahwa kaya atau miskin, bukan faktor utama yang membentuk karakter jahat seseorang. Melainkan rendahnya pengetahuan seseorang pada akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Yang semua itu telah dijelaskan secara implisit maupun eksplisit dalam ajaran Islam.

Sebagian orang mencibirkan arti penting pengetahuan agama dibandingkan pengetahuan umum yang menjanjikan kekayaan materi. Tapi, fakta menunjukkan bahwa kekayaan akan menjerumuskan pemiliknya jika tidak dibarengi kearifan dan akhlak mulia. Yang itu, hanya didapat dari ajaran agama Islam.

Islam adalah lembaga yang menghimpun seluruh kebaikan dari titik terkecil hingga pada kebijakan-kebijakan besar dan strategis. Dengan ajarannya, Islam menunjukkan pada manusia cara termudah dan tercepat untuk membina diri menjadi sosok mulia. Melalui ajarannya, Islam menyadarkan umatnya akan arti penting sifat kedermawanan, bahaya bakhil dan iri hati pada kekayaan orang lain. Hanya ajaran agama yang mampu membahas ini tanpa canggung, dan tidak ada dalam pengetahuan umum.

Semakin dalam pengetahuan seseorang pada ajaran Islam, ia akan bertambah bijaksana dalam bersikap dan bertindak. Ia menjauh dari semua tindak kriminal, baik dalam kondisi kaya ataupun miskin papa.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *