010 Bab 11 – Bantahan Terhadap Orang Yang Berkata: Kami tdk pernah mendengar nama Shufi – Al Luma’

Dari Buku:
Rujukan Lengkap Ilmu Tasawuf
Judul Asli: Al-Luma'
Oleh: Abu Nashr as-Sarraj
Penerjemah: Wasmukan dan Samson Rahman, MA.
Penerbit: Risalah Gusti, Surabaya.

BAB XI

BANTAHAN TERHADAP ORANG YANG BERKATA: KAMI TIDAK PERNAH MENDENGAR NAMA SHŪFĪ SEBELUMNYA DAN NAMA INI TENTU NAMA YANG BARU DICIPTAKAN.

Jika ada seseorang bertanya: “Kami tidak pernah mendengar istilah ash-Shūfiyyah di kalangan sahabat Rasūlullāh s.a.w., tidak juga di kalangan kaum setelah mereka (tābi‘īn). Sedangkan yang kami ketahui hanyalah sebutan ‘Ubbūd (ahli ‘ibādah), Zuhhād (ahli zuhud), Sayyāīn (para pengembara) dan fuqarā (orang-orang fakir). Tidak pernah ada riwāyat yang menuturkan, bahwa salah seorang di antara para sahabat dipanggil dengan sebutan Shūfī.”

Maka kami perlu menjawabnya: semoga Allah memberi taufīq kepada kita – bahwa bersahabat dengan Rasūlullāh s.a.w. itu memiliki kehormatan dan kekhususan tersendiri. Sehingga tak mungkin ada sebutan (nama) lain yang lebih mulia dari sebutan sahabat yang diberikan kepada mereka. Karena hal itu merupakan kehormatan dan kemuliaan Rasūlullāh s.a.w. Apakah anda tidak melihat, bahwa mereka adalah imām-imām kaum zuhud, ahli ‘ibādah, penuh tawakal, orang-orang miskin, ridhā, bersabar, penuh khusyū ‘ dan seterusnya. Mereka mendapatkan itu semua hanyalah karena berkat persahabatan mereka dengan Rasūlullāh s.a.w. Tatkala mereka dinisbatkan pada persahabatannya dengan Rasūlullāh yang merupakan kondisi spiritual paling mulia, maka tak mungkin ada sebutan lain yang lebih mulia daripada sebutan sahabat. – Semoga Allah memberi taufiq kepada kita.

Adapun pendapat orang yang mengatakan, bahwa sebutan (nama) Shūfī adalah nama yang baru diciptakan oleh orang-orang Baghdād, maka hal ini sangat mustahil. Sebab nama ini sudah dikenal pada zaman Ḥasan al-Bashrī. Sementara Ḥasan al-Bashrī sempat menjumpai sekelompok orang dari sahabat Rasūlullāh s.a.w. Dan diriwāyatkan darinya, bahwa ia berkata: “Saya pernah melihat seorang Shūfī ketika sedang tawaf di Ka‘bah. Kemudian saya memberinya sesuatu, namun dia tak mengambilnya. Lalu dia berkata: ‘Saya masih memiliki empat keping danāniq (mata uang yang nilainya 1/6 dirham), cukuplah apa yang saya miliki ini.”

Diriwayatkan dari Sufyān ats-Tsaurī – raimahullāh – ia berkata: “Andaikan bukan karena Abū Hāsyim Ash-Shūfī (seorang Shūfī) saya tak akan mengerti rahasia-rahasia riyā’ yang sangat pelik dan sangat samar.”

Dalam kitāb yang mencatat seluruh perihal kota Makkah, dan Muḥammad bin Ishāq bin Yasār dan dari yang lain, disebutkan: “Bahwa pada zaman sebelum Islām, suatu ketika kota Makkah pernah kosong tanpa penghuni, hingga tak seorang pun yang tawaf di Ka‘bah. Suatu saat datang seorang Shūfī dari sebuah negeri yang jauh, kemudian ia tawaf di Ka‘bah dan kemudian pergi.”

Jika cerita ini benar maka hal itu menunjukkan bahwa sebelum Islām nama Shūfī ini sudah dikenal. Sebuah nama yang dinisbatkan untuk orang-orang saleh yang memiliki sifat-sifat utama. – Dan hanya Allah Yang Mahatahu.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *