I
KEDUDUKAN SPIRITUAL (AL-MAQĀMĀT) DAN ḤAQĪQATNYA
Syaikh Abū Nashr as-Sarrāj – raḥimahullāh – berkata: Jika ada pertanyaan: “Apa makna kedudukan spiritual (maqāmāt)?”
Maka anda bisa menjawabnya: Maknanya adalah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah ‘azza wa jalla, dari hasil ibadah, mujāhadah (perjuangan spiritual), riyādhah (latihan spiritual) dan konsentrasi diri untuk mencurahkan segala-galanya hanya untuk Allah s.w.t. yang semuanya senantiasa ia lakukan. Di mana Allah s.w.t. berfirman:
ذلِكَ لِمَنْ خَافَ مَقَامِيْ وَ خَافَ وَعِيْدِ
“Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.”
(Ibrāhīm: 14)
وً مَا مِنَّا إِلاَّ لَهُ مَقَامٌ مَعْلُوْمٌ
“Tidak seorang pun di antara kami (malaikat) kecuali mempunyai kedudukan tertentu.”
(ash-Shāffāt: 164)
Abū Bakar al-Wāsithī ditanya tentang makna sabda Rasūlullāh s.a.w.:
الأَرْوَاحُ جُنُوْدٌ مُجَنَّدَةٌ
“Ruh-ruh itu laksana pasukan tentara yang diposisikan pada posisi masing-masing.”
(H.R. Bukhārī dari ‘Ā’isyah, Imām Muslim, Aḥmad dari Abū Hurairah dan ath-Thabrānī dari Ibnu Mas‘ūd)
Maka Abū Bakar menjawab, bahwa ruh-ruh itu diposisikan sesuai dengan tingkat kedudukan (maqām) masing-masing. Sedangkan kedudukan spiritual adalah seperti tobat, wara’, zuhud, faqr (fakir), sabar, ridhā, tawakkal dan seterusnya.