BAB I
PRINSIP-PRINSIP TAUHID DALAM PANDANGAN KAUM SUFI
SIFAT-SIFAT
Abul-Ḥasan al-Busyanjiy r.a. berkata: “Tauhid berarti anda tahu bahwa Allah s.w.t. tidak serupa dengan makhluk dan tidak kontra pada Sifat-sifat.”
Al-Ḥusain bin Manshūr al-Hallāj menegaskan: “Al-Qidam hanyalah bagi-Nya. Segala yang fisikal adalah Penampilan-Nya, yang tampak bendawi menetapkan-Nya, yang piranti mengintegrasikan-Nya, kekuatannya berada di genggaman-Nya. Hal-hal yang terbuat oleh khayal, maka proyeksi menaikkan tahapan kepada-Nya. Siapa yang berbicara soal tempat, maka akan berjumpa dengan kata di mana. Sungguh Maha Suci Allah s.w.t. Dia tidak dilindungi oleh sesuatu di atas, dan tidak pula dikecilkan oleh yang di bawah. Dia tidak menerima batas dan tidak dicampuri keseluruhan. Dia tidak ditemui oleh yang ada, juga tidak dihilangkan oleh tiada. Sifat-Nya tidak memiliki sifat, pekerjaan-Nya tidak memiliki cacat. Ada-Nya tak terjangkau. Suci dari ihwal makhluk-Nya. Bahkan makhluk tidak mencampuri-Nya dan dalam pekerjaan-Nya tak ada yang memasukinya. Dia menjelaskan kepada makhluk melalui Qidam-Nya, sebagaimana makhluk itu mengenal penjelasan-Nya melalui kejadian baru (ḥudūts)-nya.”
Apabila anda berkata: “Sesuatu telah berlalu,” maka waktu telah didahului-Nya. Jika anda katakan: “Huwa, maka ha’ dan wawu adalah ciptaan-Nya. Apabila anda berkata: “Di mana?” Maka, Wujūd-Nya telah mendahului tempat.
Huruf adalah ayat-Nya, wujud adalah ketetapan-Nya, ma‘rifat adalah tauhid-Nya, dan tauhid-Nya adalah perbedaan-Nya dengan makhluk-Nya. Segala yang tergambar oleh khayal, selalu berbeda dengan-Nya. Bagaimana bisa, Dia menempati sesuatu, yang dari-Nya sesuatu itu bermula? Atau Dia kembali pada sesuatu, padahal Dia-lah yang memunculkannya? Dia tidak bisa dibandingkan dengan dugaan, kedekatan-Nya adalah karamah-Nya, ketinggian-Nya adalah sesuatu yang tidak berukuran ketinggian, kedatangan-Nya tanpa berpindah. Dia-lah yang Awwal dan Yang Ākhir, Yang Zhāhir dan Yang Bāthin, Yang Dekat dan Yang Jauh, Yang tiada sesuatu pun menyamai-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Yūsuf bin al-Ḥusain berkata: “Ada seseorang berdiri di antara dua sisi Dzun-Nūn al-Mishriy. Orang itu bertanya: “Berilah aku kabar tentang tauhid, apa sebenarnya tauhid itu? Dzun-Nūn menjawab: “Tauhid berarti anda tahu bahwa Kekuasaan Allah s.w.t. terhadap segala hal tanpa campur tangan, ciptaan-Nya terhadap makhluk tanpa perlu masukan, dan sebab langsung bagi segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, dan tak ada sebab langsung bagi ciptaan-Nya. Seluruh langit tertinggi dan bumi terendah tak ada yang mengaturnya kecuali Allah s.w.t. Segala bentuk yang terproyeksi dalam khayal anda, maka Allah justru berbeda dengannya.”
Al-Junaid mengatakan: “Tauhid adalah ilmu anda, dan ikrar anda bahwa sesungguhnya Allah s.w.t. adalah Tunggal dalam Azali-Nya, tak ada dua-Nya, dan tak sesuatu pun yang mengerjakan pekerjaan-Nya.”