HIKMAH KE-2
2. إِرَادَتُكَ التَّجْرِيْدُ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي الْأَسْبَابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الْخَفِيَّةِ وَ إِرَادَتُكَ الْأَسْبَابَ مَعَ إِقَامَةِ اللهِ إِيَّاكَ فِي التَّجْرِيْدِ انْحِطَاطٌ مِنَ الْهِمَّةِ الْعَلِيَّةِ.
Your desire for divestment, even though Allah has established you with means, is an aspect of hidden desire. And your desire to have means, while Allah has established you in [the state of] divestment, is a comedown from lofty aspiration.
Keinginan untuk lepas dari urusan duniawi, padahal Allah membekalimu dengan sarana penghidupan, adalah syahwat yang samar. Sedangkan keinginanmu untuk mendapatkan sarana penghidupan, padahal Allah telah melepaskanmu dari urusan duniawi adalah suatu kemunduran dari cita-cita luhur.
Explanation by Syekh Fadhlalla Haeri:
If you are given obvious or steady means to earn your keep, it is discourteous to desire that your provision come to you through uncertain or unknown means. On the other hand, when one is in a situation where the means of provision are not known, the courtesy to the One is not to seek secure and constant means. Dependence on Allah requires acceptance of His Will, ways if provision and help. The wise seeker connects the outcomes and means with the Source of Power and creations.
Ulasan oleh Syaikh Fadhlallāh Haeri:
Jika engkau dikaruniai sarana pencaharian yang jelas atau tetap, maka tidaklah beradab kalau engkau berharap penghidupanmu datang kepadamu melalui sarana yang tidak jelas atau tidak diketahui. Sebaliknya, bila kita berada dalam situasi ketika sarana penghidupan kita tidak kita ketahui, maka sikap sopan kepada Allah bukanlah meminta sarana yang pasti dan berkelanjutan. Menggantungkan diri kepada Allah membutuhkan sikap penerimaan atas kehendak dan cara-Nya dalam memberikan penghidupan dan pertolongan. Salik yang arif menyandarkan hasil dan sarana pada Sumber kekuatan-dan-ciptaan.