Hati Senang

01-1 Ma‘rifatullah – Risalah Qusyairiyah

Risalah Qusyairiyah - Induk Ilmu Tasawuf

Dari Buku: RISALAH QUSYAIRIYAH (INDUK ILMU TASAWUF)
(Judul Asli: Ar-Risālat-ul-Qusyairiyyatu fi ‘Ilm-it-Tashawwuf)
Oleh: Imam al-Qusyairy an-Naisabury
Penerjemah: Mohammad Luqman Hakiem, MA - Editor: Tim Risalah Gusti
Penerbit: Risalah Gusti.

BAB I

PRINSIP-PRINSIP TAUHID DALAM PANDANGAN KAUM SUFI

 

Ma‘rifatullāh.

Abū Bakr Asy-Syiblī berkata: “Allah adalah Yang Esa, Yang dikenal sebelum ada batas dan huruf. Maha Suci Allah, tidak ada batasan bagi Dzat-Nya, dan tidak ada huruf bagi Kalam-Nya.

Ruwaym bin Aḥmad ditanya mengenai fardhu pertama. Yang difardhukan Allah s.w.t. terhadap makhluk-Nya, Ia berkata: “Ma’rifat.” Karena firman Allah s.w.t.:

وَ مَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku.” (adz-Dzāriyāt: 56)

Ibnu ‘Abbās menafsirkan illā liya‘budūn dimaksudkan adalah illā liya‘rifūn (kecuali untuk ma‘rifat kepada-Ku).

Al-Junaid berkata: “Hajat hikmah pertama dibutuhkan oleh hamba adalah ma‘rifat makhluk terhadap Khāliq, mengenal Sifat-sifat Pencipta dan yang tercipta bagaimana ia diciptakan. Sehingga diketahui Sifat Khāliq dari makhluk, dan Sifat Yang Qadīm dari yang baru. Sang makhluk merasa hina ketika dipanggil-Nya dan mengakui kewajiban taat kepada-Nya. Barang siapa tidak mengenal Rajanya, maka ia tidak mengakui terhadap raja, kepada siapa kewajiban-kewajiban harus diberikan.

Abū Thayyib al-Maraghiy berkata: “Akal mempunyai bukti, hikmah mempunyai isyarat, dan ma‘rifat mempunyai syahadat. Akal menunjukkan, hikmah mengisyaratkan, dan ma‘rifat menyaksikan; bahwasanya kejernihan ibadat tidak akan tercapai kecuali melalui kejernihan tauhid.

Al-Junaid ditanya soal tauhid, jawabnya: “Menunggalkan Yang Maha Tunggal dengan mewujudkan Waḥdāniyah-Nya lewat keparipurnaan Aḥadiyah-Nya. Bahwa Dia-lah Yang Esa Yang tiada beranak dan tidak diperanakkan. Dengan kontra terhadap antagonis, keraguan dan keserupaan; tanpa upaya penyerupaan dan bertanya bagaimana, tanpa proyeksi dan pemisahan; tidak ada sesuatu pun yang menyamai-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.

Abū Bakr azh-Zhāhir Abadiy ditanya tentang ma‘rifat. Jawabnya: “Ma‘rifat adalah nama. Artinya: wujud pengagungan dalam qalbu yang mencegah dirimu dari penyimpangan dan penyerupaan.

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.