Jinn Juga Ada Yang Masuk Surga – Dialog Dengan Jinn Muslim

DIALOG DENGAN JINN MUSLIM
Pengalaman Spiritual

Diterjemahan dari:
Hiwar Shahafiy ma‘a Jinny Muslim
Karya: Muhammad ‘Isa Dawud.

Penerjemahan: Afif Muhammad dan H. ‘Abdul Adhiem
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

Rangkaian Pos: 1. Alam Jinn - Dunia Jinn: Yang Tampak & Yang Tersembunyi - Dialog Dengan Jin Muslim

Jinn Juga Ada yang Masuk Surga.

Adalah sangat mengherankan adanya sementara orang yang berpendapat bahwa jinn, jika Muslim, beriman dan mengerjakan amal saleh, tidak memperoleh pahala di hari kiamat kecuali terhindar dari neraka. Yang lebih mengherankan lagi adalah pendapat yang mengatakan bahwa akhir kehidupan mereka adalah menjadi debu seperti binatang.

Padahal al-Qur’ān al-Karīm telah menegaskan setegas-tegasnya, khususnya dalam surah ar-Raḥmān, tatkala Allah menjelaskan tentang para bidadari, dengan mengatakan: Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh sebelumnya, oleh jinn maupun manusia. (Qs. ar-Raḥmān: 55-56).

Di dalam Tafsīr-nya Imām al-Qurthubī mengatakan: “Di dalam ayat ini terdapat petunjuk yang menyatakan bahwa jinn, sebagaimana halnya manusia, juga mati, lalu masuk surga. Untuk mereka disediakan jinn-jinn perempuan (bidadari-bidadari jinn).” Dhamrah mengatakan: mengatakan: “Kepada mereka disediakan bidadari-bidadari: bidadari manusia untuk manusia, dan bidadari jinn untuk jinn.” (141).

Mari kita renungkan firman Allah s.w.t. yang berbunyi: Wahai golongan jinn dan manusia, apakah belum datang kepada kalian rasul-rasul dari golongan kalian sendiri, yang menyampaikan kepada kalian ayat-ayatKu, dan mengingatkan kalian akan pertemuan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. Yang demikian itu karena Tuhanmu tidaklah membinasakan negeri-negeri secara aniaya, melainkan penduduknya telah lalai. Dan masing-masing orang akan memperoleh derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lalai atas apa yang mereka kerjakan. (Qs. al-An‘ām: 130-132).

Terhadap firman Allah s.w.t. yang berbunyi: Dan masing-masing memperoleh derajat seimbang dengan apa yang dikerjakannya, al-Qurthubī memberikan komentar: “Maksudnya adalah dari golongan jin dan manusia, sebagaimana firman Allah dalam ayat lain yang berbunyi: Mereka itulah orang-orang yang telah ditetapkan (untuk mengalami siksa) di antara umat-umat terdahulu sebelum mereka dari kalangan jinn dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Kemudian dilanjutkan: Dan bagi masing-masing diberikan derajat sesuai apa yang mereka kerjakan, dan agar mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka, sedang mereka tiada dirugikan. (Qs. al-Aḥqāf: 18-19). Di dalam ayat ini terdapat bukti bahwa jinn yang taat akan masuk surga, dan yang maksiat akan masuk neraka, persis manusia. Inilah pendapat yang tampaknya lebih shaḥīḥ, karena itu ketahuilah.” (152).

Imam Ibn-ul-Qayyūm menuturkan bahwa jumhur ulama menyatakan bahwa jinn Mu’min itu masuk surga, sebagaimana halnya yang kafir masuk neraka. (163) Pendapat ini dikemukakannya kembali dalam bukunya yang berjudul Tharīq-ul-Hijrataini wa Bāb-us-Sa‘ādatain, Mathba‘at-us-Salafiyyah, Kairo, halaman 149.

Imām al-Bukhārī membuat satu pasal yang berkaitan dengan masalah ini di bawah judul Bābu Dzikr-il-Jinni wa Tsawābuhum wa ‘Iqābuhum, sementara itu Imām Ibn Ḥajar al-Asqalānī mendiskusikan pula berbagai pendapat seputar masalah ini. (174).

Imām an-Nawawī, dalam Syarḥ-nya atas kitab Shaḥīḥ Muslim, menganggap kuat pendapat yang menyatakan bahwa jinn itu bisa masuk surga. Demikian pula halnya dengan al-Fakhr-ur-Rāzī dalam Tafsīr-ul-Kabīr-nya, al-Alūsiy dalam Rūḥ-ul-Ma‘ānī, Ibun Katsīr dalam Tafsīr-ul-Qur’ān-il-‘Azhīm, Muḥammad Rasyīd Ridhā dalam al-Manār, dan Sayyid Quthb dalam Fī Zhilāl-il-Qur’ān. Pendapat inilah yang kami ikuti, seraya mengakui kedangkalan ilmu saya di hadapan tokoh-tokoh yang saya sebutkan di atas. Kita beriman dengannya dan in syā’ Allāh akan mati dengan membawa aqidah kita yang seperti ini.

 

Catatan:


  1. 14). Ibid., hlm. 6351.
  2. 15). Ibid., hlm. 2522 dan 2524.
  3. 16). Ibn-ul-Qayyūm, Hādiy-ul-Arwāni ilā Bilād-il-Afrāḥ, Dar at-Ta’lif, Kairo, hlm. 141.
  4. 17). Ibn Ḥajar al-Asqalānī, Fatḥ-ul-Bārī fī Syarḥi Shaḥīḥ-il-Bukhārī, juz VI, hlm. 395-398.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *