Sebagaimana halnya dengan jasad kita yang tidak lagi berbentuk tanah yang bila dicampur dengan air menjadi luluh, maka seperti itu pulalah halnya dengan jinn. Ia tidak saja sudah tidak berada dalam bentuk asalnya sebagai api, tetapi juga sudah dibentuk oleh Allah s.w.t. menjadi wujud benda, lalu dikembangkan menjadi bentuk dan organ-organ tubuh. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh agar dia menjadi makhluk yang cerdas, berakal, dan memiliki kebebasan memilih, persis seperti ketika Allah mengembangkan Adam dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang lebih dikenal dengan ath-thīn. Selanjutnya dari tanah liat menjadi hama’in masnūn, yakni tanah liat hitam yang sudah berubah menjadi tanah liat kering (shalshāl) dan keras yang, kalau diketuk, dapat mengeluarkan bunyi. Sesudah itu ditiupkan ruh, sehingga jadilah Adam sebagai manusia yang sangat baik bentuknya, melalui kekuasaan Allah s.w.t.
Dengan kehendak dan kekuasaan Allah berubahlah nyala api menjadi benda yang terkumpul di dalamnya sifat basah dan kering, lalu ditiupkan kepadanya ruh, sehingga berubahlah ia menjadi benda ether yang berbentuk dan bersosok, ringan dan lembut.
Kadang-kadang terasa musykil bagi sementara orang untuk memahami bagaimana jinn yang terbuat dari api bisa disiksa dengan api pula, sebagaimana firman Allah s.w.t. yang berbunyi: Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama-sama umat-umat terdahulu, baik jinn maupun manusia (Qs. al-A‘rāf: 38); Kalimat Tuhanmu telah ditetapkan: “Sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka Jahannam dengan jinn dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (Qs. Hūd: 119), dan Maka mereka dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama orang yang sesat, dan bala tentara Iblis semuanya. (Qs. asy-Syu‘arā’: 94-95), serta ayat-ayat yang menyampaikan ancaman kepada mereka siksa neraka Jaḥīm dan neraka Jahannam
Jawabnya mudah dan dekat. Akan tetapi karena begitu dekatnya, sehingga menjadi sulit dilihat atau ditentukan. Anda sekalian, wahai anak Adam diciptakan Allah s.w.t. dari tanah. Kendati begitu, jika anda tertimpa segumpal darah yang keras, atau yang tidak keras tetapi banyak, pasti ia akan melukai dan bisa-bisa membuat anda mati. Lantas, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi? Sebab, secara sederhana, anda sekarang sudah tidak lagi berada dalam bentuk semula, tetapi sudah memiliki bentuk yang lain. Demikian pula halnya dengan jinn.
Bahkan, kalau pun jinn masih tetap berbentuk nyala api, atau bahkan api itu sendiri, maka kalau Allah menghendaki ia bisa merasa dan menentukan bahwa ia bisa disiksa dengan barang yang sejenis, niscaya hal itu mudah saja bagi Allah. Allah s.w.t. berfirman: Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah!” maka jadilah ia. (Qs. an-Naḥl: 40).
Persoalannya di sini, dari awal hingga akhir, berkaitan dengan aqidah, bertautan dengan iman kepada Allah s.w.t., dan dibangun atas dasar keyakinan akan benarnya firman Allah: Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasūl-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (Qs. al-Ḥujurāt: 15).
Allah juga berfirman: Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dikehendaki dan memilih-Nya. Sekali-kali tiada ada pilihan bagi mereka (Qs. al-Qashash: 68), dan Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang, dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa tabas.” (Qs. Āli ‘Imrān: 26-27).
Kehendak Allah s.w.t. adalah mutlak. Irādah-Nya mutlak. Kekuasaannya mutlak. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi. Kami beriman kepada-Nya, kepada firman-Nya, kepada kehendak-Nya, apa pun juga yang Dia kehendaki.
Adalah mengherankan adanya sementara orang yang mengingkari disiksanya jinn dengan api, sedangkan jinn sendiri mengakui hal itu. Mengisahkan ucapan mereka Allah berfirman: Dan sesungguhnya di antara kami terdapat jinn-jinn yang taat, dan ada pula jinn-jinn yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jinn-jinn yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam. (Qs. al-Jinn: 14-15).
Sebagaimana yang telah saya kemukakan di muka, maka persoalannya, pertama-tama, adalah persoalan iman. Kalau anda bukan seorang yang beriman kepada Allah dan firman-Nya, maka sesudah kekafiran adalah kesesatan. Terhadap orang-orang yang seperti itu, pintu diskusi memang tertutup.