Hati Senang

Materi Asal Penciptaan Jinn – Dialog Dengan Jinn Muslim

DIALOG DENGAN JINN MUSLIM
Pengalaman Spiritual


Diterjemahan dari:
Hiwar Shahafiy ma‘a Jinny Muslim
Karya: Muhammad ‘Isa Dawud.

Penerjemahan: Afif Muhammad dan H. ‘Abdul Adhiem
Penerbit: PUSTAKA HIDAYAH

Materi Asal Penciptaan Jinn.

Allah s.w.t. berfirman: Dan Kami telah menciptakan Jānn, sebelum itu, dari api yang sangat panas [nār-us-samūm]. (Qs. al-Ḥijr: 27).

Dan Dia menciptakan Jānn dari nyala api [mārij]. (Qs. ar-Raḥmān: 15).

Ketika mengisahkan perkataan Iblīs, Allah s.w.t. berfirman: Engkau ciptakan aku dari api, sedang Engkaulah menciptakan dia dari tanah. (Qs. al-A‘rāf: 12).

Imām Muslim, dalam Shaḥīḥ-nya, mencantumkan sebuah hadits yang diterima dari ‘Urwah, dari ‘Ā’isyah, yang meriwayatkan bahwa Rasulullāh s.a.w. bersabda: “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan Jānn diciptakan dari nyala (mārij) api, dan Ādam diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan kepada kalian.” (71).

Dengan demikian, baik al-Qur’ān al-Karīm maupun Sunnah Rasūl yang suci, telah menegaskan tentang materi asal penciptaan jinn, yaitu api, sekalipun al-Qur’ān dan sunnah sesekali mengungkapnya dengan “nyala api” dan pada kali lain dengan api yang sangat panas.

Lantas, apa yang dimaksud dengan “nyala api (mārij)” dan api yang sangat panas (nār-us-samūm)” itu?

Berkenaan dengan makna al-mārij (nyala api), Imām an-Nawawī mengatakan: “Yaitu jilatan api (al-lahab) yang bercampur dengan hitamnya api.” Sementara itu, ath-Thabarī mengatakan: al-mārij ialah sesuatu yang bercampur satu sama lain, antara merah, kuning, dan biru, berdasar ucapan orang-orang ‘Arab yang mengatakan marija ‘amr-ul-qaum yang berarti “urusan kaum itu bercampur aduk”. Juga berdasar ucapan Nabi s.a.w. kepada ‘Abdullāh bin ‘Amr ibn al-‘Āsh yang berbunyi: “Bagaimana halmu jika kamu berada di tengah-tengah suatu kaum yang perjanjian dan amanah mereka sudah bercampur-baur.….” (82) Dengan demikian, arti mārij adalah nyala api dan lidah api. (93).

Dalam Tafsīr-ul-Qurthubī disebutkan: “Al-Mārij adalah al-lahab (nyala api) – dari Ibn ‘Abbās. Atau, inti api, atau lidah api yang berada di puncak manakala api tersebut menyala.” Al-Laits mengatakan: “Al-Mārij ialah api yang sangat terang yang memiliki nyala (panas) yang sangat kuat.” Ibn ‘Abbās mengatakan: “Al-Mārij adalah nyala api yang berada di bagian atas, yang saling bercampur warnanya antara merah, kuning dan biru.” Sementara itu, Abū ‘Ubaidah dan al-Ḥasan mengatakan: “Al-Mārij adalah campuran api. Ia berasal dari mārija yang berarti bercampur-baur.” Al-Jauharī dalam ash-Shiḥāḥ mengatakan bahwa, yang dimaksud dengan mārijun min-nār adalah api yang tidak berasap, yang dari itu jinn diciptakan. (104)

Sedangkan mengenai makna as-samūm, Imām an-Nasafī, dalam Tafsīr-nya, mengatakan: “…. as-samūm, ialah api yang sangat panas yang digunakan di tempat pelebaran.” (115) Dalam Tafsīr-ul-Qurthubī dikatakan: “Diriwayatkan bahwa Allah s.w.t. menciptakan dua jenis api, yang satu sama lain bercampur, dan saling telan-menelan, itulah nār-us-samūm “api yang sangat panas”.” (126) Masih dalam Tafsīr-ul-Qurthubī, dalam surah al-Ḥijr disebutkan bahwa Ibn Mas‘ūd mengatakan: “Nār-us-Samūm yang darinya jinn diciptakan adalah satu bagian dari tujuh bagian api Jahannam.” Sedang Ibn ‘Abbās mengatakan bahwa as-samūm ialah angin yang sangat panas dan mematikan. Di bagian lain Ibn ‘Abbās mengatakan bahwa: “As-samūm adalah api tanpa asap, dan halilintar terbuat darinya.” Sementara itu, al-Qusyairī mengatakan bahwa: “Angin panas disebut as-samūm karena ia masuk misām tubuh (toxit).” (137).

Berdasar uraian di atas, maka tidak ada perbedaan antara al-mārij dengan as-samūm. As-samūm adalah sifat yang ditambahkan dan penjelas bagi karakter al-mārij. Dengan seluruh penghormatan kita kepada pendapat-pendapat para pendahulu kita, maka pendapat yang mengatakan bahwa as-samūm adalah satu bagian dari tujuh puluh bagian api Jahannam, rasanya tidak memiliki dasar yang kuat. Jadi, kiranya cukuplah bila di sini kita ketahui bahwa api ini mengandung ether yang menyebabkan ia menjadi begitu ringan, dan terdiri dari campuran berbagai warna yang menyebabkan makhluk yang terbuat darinya pun memiliki warna yang bermacam-macam, serta kemampuan memanjang dan meninggi, yang menyebabkan makhluk-makhluk yang terbuat darinya pun mempunyai kecenderungan pada dua sifat ini.

Jinn sahabat saya itu, sekalipun dia Muslim, sangat bangga akan kesanggupannya menghafal seluruh al-Qur’ān al-Karīm hanya dalam waktu empat bulan saja. Dia menyombongkan diri terhadap jinn yang berada bersamanya dalam salah satu majelis, yang tidak seperti dirinya. Karena itu, saya menasihatinya agar ia memuji Allah atas kekuatan dan kecakapan hafalannya yang demikian istimewa, dan hendaknya tidak menyombongkan diri kepada siapa pun. Sebab, Allah yang telah menganugerahkan nikmat seperti itu, pasti bisa mencabutnya dalam sekejap. Mendengar nasihat saya, dia tampak kaget dan mengucapkan istighfār. Jinn sahabatnya yang lambat hafalannya itu selalu menasihatkan kepadanya bahwa hanya menghafal saja tanpa mengamalkan, sama sekali tidak ada artinya. Saya setuju dengan itu. Sebab, pernah pula disampaikan kepada salah seorang cerdik-pandai bahwa si Fulan hafal seluruh isi Shaḥīḥ-ul-Bukhārī, dan beliu mengatakan: “Tanpa amal, tidak ada sesuatu yang lebih kecuali sekadar tulisan dalam buku.”

 

Catatan:


  1. 7). Di-takhrīj oleh Muslim dalam Shaḥīḥ-nya, Kitab az-Zuhdu war-Raqaq, juz XVI, hlm. 123.
  2. 8). Di-takhrīj oleh Abū Dāwūd dalam Sunan-nya Kitāb-ul-Malāhīn, Bab al-‘Amru bil-Ma‘rūfi wan-Nahyu ‘an-il-Munkar. Hadits yang sama di-takhrīj oleh Aḥmad bin Ḥanbal dalam Musnad-nya, dan Ibn Mājah dalam Sunan-nya, Kitāb-ul-Fitan.
  3. 9). Lihat Tafsīr-uth-Thabarī, al-Bābiy-ul-Ḥalabī, 1373 H, juz XVII, hlm. 126.
  4. 10). Lihat Tafsīr-ul-Qurthubī, Dār-usy-Sya‘b, juz VII, hlm. 6331, dengan sedikit perubahan.
  5. 11). Tafsīr-un-Nasafī, juz II, hlm. 272.
  6. 12). Tafsīr-ul-Qurthubī, hlm. 633.
  7. 13). Ibid., hlm. 3639.
Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.