XVIII
PERTANYAAN SESEORANG:
DENGAN APA ANDA MENGENAL ALLAH?
DAN PERBEDAAN ANTARA ORANG MU’MIN
DENGAN ORANG ‘ĀRIF
Abul-Ḥusain an-Nūrī – raḥimahullāh – pernah ditanya: “Dengan apa anda mengenal Allah?”
Ia menjawab: “Dengan Allah.”
Ia ditanya lagi: “Lalu apa peran akal ?”
Ia menjawab: “Akal itu sangat lemah dan hanya akan mampu menunjukkan pada sesuatu yang lemah pula seperti dia.”
Ketika Allah akan menciptakan akal, Dia bertanya kepadanya: ‘Siapakah Aku?’ Tapi akal diam, tak menjawab. Lalu Allah memberinya celak dengan cahaya waḥdāniyyah, kemudian ia baru bisa menjawab: “Engkau adalah Allah”.
Maka jelas, bahwa akal tidak akan mampu mengenal Allah kecuali dengan Allah.
Ia juga ditanya tentang kewajiban pertama kali yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nya. Ia menjawabnya: “Ma‘rifat (mengenal-Nya). Sebab Allah telah berfirman:
وَ مَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ
“Dan Aku tidak ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (mengenal)-Ku”.
(adz-Dzāriyāt:56)
Di mana Ibnu ‘Abbās ra memberikan penafsiran kata لِيَعْبُدُوْنِ (Untuk menyembah-Ku) dalam ayat tersebut kata لِيَعْرِفُوْنِ (agar mereka mengenal-Ku)
Kaum Shūfī yang lain ditanya: “ Apa ma‘rifat itu?”
Ia menjawab: “Ialah aktualisasi hati nurani dengan menetapkan Waḥdāniyyah-Nya dengan Kemahasempurnaan Sifat-sifat dan Nama-namaNya. Sebab Dialah satu-satunya Dzāt Yang berhak menyandang Kemuliaan, Kekuatan, Kekuasaan, Keagungan, Mahahidup lagi Mahaabadi, di mana tidak ada yang sama dengan-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat, yang tidak mungkin dikondisikan dalam bentuk bagaimanapun, tidak ada yang menyerupai dan menyamai-Nya dengan menafikan segala bentuk persamaan sekutu dan berbagai sarana (sebab) dari dalam hati.”
Dikatakan pula: “Bahwa sumber utama (asal) ma‘rifat adalah anugerah. Di mana ma‘rifat adalah api sedangkan iman adalah cahaya. Ma‘rifat adalah suka cita terhadap Allah (wajd), sedangkan iman adalah pemberian. Sementara perbedaan antara orang mukmin dengan orang yang ‘ārif ialah, orang mu’min melihat dengan Nūr Allah, sedangkan orang yang ‘ārif melihat dengan Allah ‘azza wa jalla. Orang mu’min memiliki hati, sedangkan orang yang ‘ārif tidak memilikinya. Hati orang mu’min akan tenang dengan mengingat Allah, sedangkan seorang ‘ārif tidak akan tenang kecuali dengan-Nya.”
Ma‘rifat itu ada dalam tiga bentuk: ma‘rifat ikrar (pengakuan), ma‘rifat hakikat dan ma‘rifat musyāhadah. Sementara dalam ma‘rifat musyāhadah mencakup pemahaman, ilmu, ungkapan dan kalam. Sedangkan isyarat-isyarat mengenai ma‘rifat dan keterangannya sangat banyak. Namun sedikit yang saya ungkapkan ini kiranya cukup bagi mereka yang ingin mencari petunjuk dan mereka yang mau mencari nasihat – Semoga Allah senantiasa memberi taufīq kepada kita.
Dari al-Ḥasan bin ‘Alī bin Ḥayawaih ad-Damighānī – raḥimahullāh – berkata: Abū Bakar az-Zahirabadzī – raḥimahullāh – pernah ditanya tentang ma‘rifat, maka ia menjawab: “Ma‘rifat adalah sebuah nama, sedangkan maknanya adalah adanya pengagungan dalam hati yang mencegah anda untuk tidak melakukan penyerupaan dan peniadaan Sifat-sifat Allah.”