Hati Senang

0-5 Pendahuluan (Terjemahan Matan) – Kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW

Kisah Isra’ Mi‘raj Rasulullah s.a.w.
Terjemah dari Kitab Dardir Bainama Qishshat-ul-Mi‘raj
Oleh: asy-Syeikh Najmuddin al-Ghaithi

Penerjemah: Achmad Sunarto
Penerbit: MUTIARA ILMU Surabaya

(Memasuki Bait-ul-Ma‘mur)

Selanjutnya Nabi s.a.w. memasuki Bait-ul-Ma‘mūr. Ikut masuk bersama beliau adalah orang-orang yang mengenakan pakaian putih. Sementara orang-orang yang mengenakan pakaian abu-abu tidak bisa ikut masuk. Tetapi mereka tetap dalam keadaan baik-baik saja. Beliau dan orang-orang mu’min yang bersama beliau melakukan shalat di Bait-ul-Ma‘mūr. Setiap harinya tempat ini dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti. Beliau mengambil posisi tepat di belakang Ka‘bah.

Dalam riwayat lain disebutkan, ada tiga bejana yang diperlihatkan kepada Nabi s.a.w. Ketika beliau memilih bejana yang berisi susu. Jibrīl a.s. membenarkannya, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya. Jibrīl berkata: “Itulah fitrah yang anda dan umat anda ada padanya.”

(Naik ke Sidrat-ul-Muntahā)

Selanjutnya Nabi s.a.w. naik ke Sidrat-ul-Muntahā, sebagai tempat terakhir perjalanan mi‘rāj beliau yang dimulai dari bumi. Di sana ada sebatang pohon yang dari akarnya keluar beberapa sungai dari air yang berubah-ubah, beberapa sungai yang rasanya tidak akan pernah berubah, beberapa sungai khamar yang rasanya lezat bagi orang-orang yang meminumnya, dan beberapa sungai madu murni. Orang berkendara yang berjalan mengelilingi naungan pohon tersebut membutuhkannya waktu selama tujuh puluh tahun, dan belum juga selesai karena saking besarnya pohon tersebut. Selembar daunnya saja lebarnya seperti beberapa telinga gajah betina. Daunnya hampir-hampir menutupi umat ini. Menurut suatu riwayat, daun-daun pohon inilah yang menaungi seluruh makhluk, dan setiap lembarnya ada malaikat yang menutupinya sehingga tidak tahu apa warnanya.

Disebutkan dalam riwayat lain, selembar daunnya bisa berubah menjadi permata, dan tidak ada seorang pun yang sanggup melukiskan keindahannya. Di dekat pohon tersebut terdapat hamparan dari emas. Dan pada akarnya terdapat empat buah sungai; dua sungai dalam, dan dua sungai luar.

“Sungai-sungai apa saja itu, wahai Jibrīl?”, tanya Nabi.

“Dua sungai dalam ialah sepasang sungai yang ada di surga, dan dua sungai luar ialah sungai Nil dan sungai ‘Ifrat”, jawab Jibrīl.

Dalam riwayat lain disebutkan, sesungguhnya Nabi s.a.w. melihat Jibrīl di Sidrat-ul-Muntahā memiliki enam ratus sayap yang masing-masing sayap menutupi kaki langit, dari dalam sayap-sayap Jibrīl inilah bertaburan butir-butir mutiara serta permata yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah ta‘ālā.

(Memasuki Surga)

Kemudian Nabi s.a.w. memasuki surga. Di dalamnya terdapat nikmat-nikmat yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Di pintu surga beliau melihat tulisan: “Pahala Sedekah Itu Dilipatgandakan Sepuluh Kali, Dan Pahala Menghutangi Dilipatgandakan Delapan Belas Kali.

“Kenapa menghutangi itu lebih utama daripada bersedekah, wahai Jibrīl?”, tanya Nabi.

“Karena orang yang meminta itu terkadang ia masih punya sesuatu. Sementara orang yang hutang itu pasti karena terpaksa oleh kebutuhan”, jawab Jibrīl.

(Sungai-sungai di Surga – al-Kautsar)

Selanjutnya Nabi s.a.w. terus berjalan, dan mendapati beberapa sungai susu yang rasanya tidak akan berubah, beberapa sungai khamar yang lezat bagi orang-orang yang meminumnya, dan beberapa sungai madu murni. Di sungai-sungai ini terdapat untaian-untaian mutiara yang sangat elok dan mempesona. Di dekat sungai-sungai ini juga terdapat buah delima yang laksana kulit unta yang biasa digunakan untuk mengangkut barang, serta burung-burung yang menawan.

Abū Bakar pernah bertanya kepada Nabi s.a.w.: “Wahai utusan Allah, itu adalah seekor ternak.”

“Aku telah memakannya dengan rasa yang jauh lebih nikmat. Dan aku pun berharap kamu pun kelak akan memakannya”, jawab Nabi.

Nabi s.a.w. melihat sungai al-Kautsar yang pada kedua tepinya terdapat untaian-untaian mutiara berlobang. Tanahnya menebarkan aroma kasturi.

(Diperlihatkan Neraka)

Selanjutnya Nabi s.a.w. diperlihatkan neraka. Di dalamnya terdapat murka, siksa, dan hukuman Allah ta‘ālā yang kalau misalnya seonggok batu atau sebatang besi dilemparkan ke sana akan langsung dilalapnya. Di dalam neraka terdapa beberapa orang yang memakan bangkai,

“Siapa mereka, wahai Jibrīl?”, tanya Nabi.

“Mereka adalah orang-orang yang suka makan daging orang lain”, jawab Jibrīl.

Nabi s.a.w. melihat malaikat penjaga neraka yang bermuka masam, selalu cemberut, dan terus-menerus marah. Beliau memulai dengan mengucapkan salam kepadanya. Setelah menjawab salam beliau, ia segera mengunci pintu mereka sehingga tidak bisa dilihat dan dimasuki oleh beliau.

(Di Sidrat-ul-Muntahā)

Selanjutnya Nabi s.a.w. dibawa naik ke Sidrat-ul-Muntahā. Beliau diliputi oleh awan yang mengandung segala macam warna. Jibrīl sempat tertinggal. Tetapi kemudian ia segera ikut naik bersama beliau ke tempat di mana ia bisa mendengar goresan-goresan qalam. Beliau melihat ada yang bersembunyi dalam cahaya ‘Arasy.

“Siapa itu? Apakah ia malaikat?” tanya Nabi.

“Bukan”, jawab Jibrīl.

“Atau seorang nabi?” tanya beliau.

“Juga bukan”, jawab Jibrīl. “Ini adalah seseorang yang sewaktu di dunia lidanya selalu basah karena digunakan rajin berdzikir menyebut nama Allah ta‘ālā, hatinya selalu bergantung pada masjid, dan sama sekali tidak pernah mencaci-maki kedua orang tuanya.”

Nabi s.a.w. melihat Tuhannya Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Seketika beliau sujud bersungkur. Pada saat itulah beliau diajak bercakap-cakap oleh Tuhannya, “Wahai Muḥammad!”

“Baik, Tuhanku”, jawab beliau.

“Mohonlah”, kata-Nya.

“Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrāhīm sebagai kekasih, dan telah Engkau beri ia kekuasaan yang cukup besar. Engkau telah bercakap-cakap dengan Mūsā secara langsung. Engkau telah memberi kekuasaan yang cukup besar kepada Dāūd, dan Engkau juga memberinya kekuatan sehingga ia sanggup melunakkan besi, serta gunung-gunung bersujud kepadanya. Engkau telah memberi kekuasaan yang cukup besar kepada Sulaimān sehingga jinn, manusia, dan syaithan tunduk kepadanya. Bahkan angin pun tunduk kepadanya. Engkau telah memberinya suatu kekuasaan yang tidak diberikan kepada siapapun sepeninggalannya. Engkau telah mengajarkan Taurat dan Injil kepada ‘Īsā. Engkau jadikan ia bisa menyembuhkan kebutaan, menyembuhkan penyakit kusta, dan menghidupkan kembali orang yang telah mati dengan izin Engkau. Engkau lindungi ‘Īsā dan ibunya dari syaithan yang terkutuk, sehingga syaithan tidak memiliki cara untuk menggoda mereka berdua.”

Allah ta‘ālā berfirman: “Aku telah menjadikan kamu sebagai kekasih. Aku akan mengutusmu kepada seluruh manusia untuk memberi khabar gembira kepada orang-orang yang beriman, dan menyampaikan peringatan kepada orang-orang yang kafir. Aku akan melapangkan dadamu, menghilangkan noda dosa dari hatimu, dan mengangkat tinggi-tinggi derajatmu. Setiap kali ingat Aku, maka kamu pasti akan ingat kematian. Aku jadikan umatmu sebagai umat yang tengah-tengah. Aku jadikan mereka sebagai golongan yang pertama sekaligus yang terakhir. Aku jadikan mereka tidak boleh berbicara panjang lebar sebelum mereka memberikan kesaksian bahwa sesungguhnya kamu adalah hamba sekaligus seorang rasul utusan-Ku. Dan Aku jadikan mereka kaum-kaum yang hati mereka lembut. Aku jadikan kamu yang pertama kali diciptakan di antara para nabi, yang terakhir kali diutus di antara mereka, dan yang paling awal untuk diputusi di akhirat nanti. Aku memberikan kepadamu surat al-Fātiḥah yang tidak pernah Aku berikan kepada seorang nabi pun sebelum kamu. Aku memberikan kepadamu bagian-bagian akhir dari surat al-Baqarah sebagai simpanan di bawah ‘Arasy yang tidak pernah Aku berikan kepada seorang nabi pun sebelum kamu. Aku memberikan kepadamu telaga al-Kautsar. Aku memberikan kepadamu delapan yang sangat penting dari Islam, hijrah, jihad, kejujuran, puasa Ramadhān, amar ma‘ruf dan nahi mungkar.(dan ?????) Pada waktu menciptakan langit dan bumi, sesungguhnya Aku telah mewajibkan kepadamu dan umatmu shalat lima puluh waktu. Oleh karena itu kalian laksanakan kewajiban tersebut. Aku telah mengampuni siapa saja di antara umatmu yang tidak mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun.”

Alamat Kami
Jl. Zawiyah, No. 121, Rumah Botol Majlis Dzikir Hati Senang,
RT 06 RW 04, Kp. Tajur, Desa Pamegarsari, Parung, Jawa Barat. 16330.