0-3 Pendahuluan (Terjemahan Matan) – Kisah Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW

Kisah Isra’ Mi‘raj Rasulullah s.a.w.
Terjemah dari Kitab Dardir Bainama Qishshat-ul-Mi‘raj
Oleh: asy-Syeikh Najmuddin al-Ghaithi

Penerjemah: Achmad Sunarto
Penerbit: MUTIARA ILMU Surabaya

Rangkaian Pos: 000 Pendahuluan (Terjemahan Matan) - Kisah Isra' Mi'raj Rasulullah SAW

(Tiba di Bait-ul-Maqdis dan Menjadi Imam Shalat Para Nabi dan Malaikat)

Selanjutnya Nabi s.a.w. bergerak meneruskan perjalanan, hingga akhirnya tiba di Bait-ul-Maqdis. Beliau memasukinya dari pintu sebelah kanan. Setelah turun dari Burāq, beliau segera menambatkan binatang ini di dekat pintu masjid, tempat yang dahulu pernah digunakan oleh para nabi a.s. untuk menambatkan binatang kendaraan mereka.

Disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa sesungguhnya Jibrīl menghampiri seonggok batu besar. Begitu meletakkan jari-jarinya, seketika batu tersebut hancur-lebur dengan mengeluarkan suara cukup keras, sehingga membuat terkejut Burāq yang sedang istirahat.

Nabi s.a.w. memasuki masjid dari pintu yang terkena sinar matahari. Beliau dan Jibrīl sempat shalat sendiri-sendiri dua rakaat. Tidak lama kemudian tiba-tiba sudah berkumpul beberapa orang yang belakangan beliau tahu bahwa mereka itu adalah para nabi. Mereka ada yang sedang berdiri, ada yang sedang ruku‘, dan ada yang sedang bersujud. Setelah seruan adzan dikumandangkan dan diteruskan dengan seruan iqamat, mereka pun berdiri dengan membentuk beberapa shaf. Mereka sedang menunggu yang akan menjadi imam mereka. Tiba-tiba Jibrīl memegang tangan Nabi s.a.w. seraya memberi isyarat supaya beliau maju ke depan sebagai imam. Dan beliau pun shalat dua rakaat menjadi imam mereka.

Diriwayatkan dari Ka‘ab, Jibrīl memberitahu para malaikat. Mereka pun sama turun berbondong-bondong dari langit. Selanjutnya Allah mengumpulkan semua rasul dan nabi untuk ikut bergabung. Nabi s.a.w. pun shalat menjadi imam para malaikat serta para rasul.

“Wahai Muḥammad, anda tahu siapa yang tadi sama shalat di belakang anda?”, tanya Jibrīl kepada Nabi s.a.w. begitu selesai shalat.

“Tidak”, jawab Nabi.

“Mereka tadi adalah seluruh nabi yang pernah diutus oleh Allah ta‘ālā”, jawab Jibrīl.

Selanjutnya Nabi mendengar setiap nabi memuji Tuhannya dengan puji-pujian yang sangat indah.

“Kalian semua memuji Tuhan kalian, dan aku pun selalu memuji Tuhanku”, kata Nabi.

Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: “Segala puji kepunyaan Allah yang telah mengutusku dengan membawa rahmat bagi seru sekalian alam dan bagi seluruh umat manusia untuk memberi khabar gembira dan menyampaikan peringatan. Allah-lah yang telah menurunkan al-Qur’ān kepadaku sebagai penjelasan bagi segala sesuatu. Allah telah menjadikan umatku sebagai umat terbaik yang ditampilkan untuk manusia. Allah menjadikan umatku sebagai umat yang tengah-tengah. Allah juga menjadikan umatku sebagai yang pertama sekaligus yang terakhir. Allah telah melapangkan dadaku, menghilangkan noda dosa dariku, mengangkat derajatku, dan menjadikan aku sebagai sang pembuka yang paripurna.

Nabi Ibrāhīm a.s. pernah mengatakan: “Berkat hal itulah Muḥammad telah memuliakan kalian.”

(Nabi Memilih Susu)

Tiba-tiba Nabi s.a.w. merasa kehausan yang teramat sangat. Jibrīl a.s. segera membawakan untuk beliau sebuah bejana berisi khamar dan sebuah bejana lagi berisi susu. Dan ternyata beliau memilih bejana yang berisi susu untuk diminum.

“Anda telah memilih yang fitrah”, kata Jibrīl kepada Nabi. “Seandainya tadi anda memilih meminum khamar, niscaya umat anda akan suka melakukan sesuatu yang sia-sia, dan di antara mereka tidak ada yang akan mengikuti anda kecuali hanya sedikit saja.”

Disebutkan dalam suatu riwayat, sesungguhnya bejana yang dibawa oleh Jibrīl a.s. ada tiga. Dan bejana yang ketiga berisi air.

“Seandainya tadi anda memilih air, niscaya umat anda akan tenggelam.”

Disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa salah satu di antara tiga bejana yang disodorkan kepada Nabi s.a.w. adalah bejana berisi madu, bukan air. Dan sesungguhnya beliau melihat beberapa bidadari dari sisi kanan batu besar. Beliau mengucapkan salam, dan mereka pun menjawabnya. Beliau bertanya, dan mereka pun memberikan jawaban yang menyenangkan hati.

 

(Peristiwa-peristiwa Ketika Mi‘rāj):

(Bertemu Dengan Nabi Ādam– Di Langit Pertama)

Selanjutnya Nabi dibawa oleh Jibrīl a.s. menjalani peristiwa mi‘rāj. Ikut dalam perjalanan ini ialah arwah-arwah anak cucu Ādam. Seluruh makhluk tidak pernah melihat yang lebih indah daripada peristiwa mi’rāj. Di sana ada perhiasan dari perak dan dari emas yang berasal dari surga Firdaus. Di sebelah kanan dan kiri, beliau diapit oleh rombongan malaikat.

Nabi s.a.w. dan Jibrīl a.s. naik hingga tiba di salah satu pintu langit dunia yang bernama pintu Ḥifzhah. Di sana ada malaikat yang bernama Ismā‘īl, penjaga langit dunia. Malaikat penghuni udara ini sama sekali tidak pernah naik ke langit, dan juga sama sekali tidak pernah turun ke bumi, kecuali hanya pada hari ketika Nabi s.a.w. wafat. Di hadapannya ada tujuh puluh ribu malaikat yang masing-masing mereka memiliki serdadu sebanyak tujuh puluh ribu malaikat juga.

Jibrīl a.s. meminta dibukakan pintu langit tersebut.

“Siapa ini?”, tanya yang ada di balik pintu.

“Jibrīl”, jawab Jibrīl.

“Siapa yang bersama anda?”, tanyanya.

“Muḥammad”, jawab Jibrīl.

“Apakah ia sudah diutus?”, tanyanya.

“Ya”, jawab Jibrīl.

“Selamat datang, seorang saudara dan khalifah, sebaik-baik saudara, dan sebaik-baik khalifah. Sebaik-baik orang yang datang telah datang”, katanya.

Ia lalu membukakan pintu untuk Nabi s.a.w. dari Jibrīl a.s. Dan begitu mereka sudah ada di dalam, ternyata itu adalah nabi Ādam a.s. bapak seluruh umat manusia yang bentuknya sama seperti bentuk ketika Allah ta‘ālā menciptakannya. Arwah-arwah para nabi berikut orang-orang mu’min keturunannya diperlihatkan dengan jelas kepada Nabi s.a.w. Beliau bersabda: “Roh yang baik, dan jiwa yang baik. Tolong jadikan mereka di surga tertinggi.

Lalu diperlihatkan dengan jelas kepada Nabi s.a.w. arwah-arwah anak cucu keturunan nabi Ādam yang kafir. Beliau bersabda: “Roh yang buruk, dan jiwa yang buruk. Tolong jadikan mereka di neraka Sijjīn.”

Dari sebelah kiri Nabi s.a.w. melihat sosok hitam, dan sebuah pintu yang mengeluarkan bau sangat busuk. Begitu melihat ke sebelah kanan ia tampak tersenyum, tetapi begitu melihat dari sebelah kiri ia tampak bersedih dan menangis. Nabi s.a.w. mengucapkan salam kepadanya. Dan setelah menjawab salam beliau ia mengatakan dengan penuh semangat: “Selamat datang seorang putra yang saleh, Nabi yang saleh.”

“Siapa dia?”, tanya Nabi kepada Jibrīl.

“Dia itu adalah moyang anda si Ādam, dan sosok hitam tadi adalah jiwa anak cucunya. Golongan kanan di antara mereka adalah calon penghuni surga, dan golongan kiri di antara mereka adalah calon penghuni neraka. Begitu memandang ke arah kanan ia tersenyum dan merasa gembira, dan begitu melihat ke arah kiri ia bersedih dan menangis. Pintu yang terletak di sebelah kiri adalah pintu Jahannam. Begitu melihat anak cucunya yang memasukinya, ia menangis dan bersedih.”

Selanjutnya Nabi s.a.w. berlalu dengan tenang, dan mendapati orang-orang yang suka memakan harta riba serta harta anak-anak yatim, para pezina, dan yang lain. Bentuk mereka sangat buruk.

(Bertemu Dengan Nabi ‘Īsā dan Nabi Yaḥyā – Di Langit Kedua)

Kemudian Nabi s.a.w. naik ke tingkat langit yang kedua. Jibrīl meminta dibukakan pintunya.

“Siapa ini?”, tanya yang ada di balik pintu.

“Jibrīl”, jawab Jibrīl.

“Siapa yang bersama anda?”, tanyanya.

“Muḥammad”, jawab Jibrīl.

“Apakah ia sudah diutus?”, tanyanya.

“Ya”, jawab Jibrīl.

“Selamat datang, seorang saudara dan khalifah, sebaik-baik saudara, dan sebaik-baik khalifah. Sebaik-baik orang yang datang telah datang”, katanya.

Ia lalu membukakan pintu untuk Nabi s.a.w. dari Jibrīl a.s. Dan begitu mereka sudah ada di dalam, ternyata itu adalah kedua putra sang bibi, yakni ‘Īsā bin Maryam dan Yaḥyā bin Zakariyyā a.s. Pakaian dan rambut keduanya sangat mirip satu sama lain. Bersama mereka beberapa kaum pengikutnya. Ternyata rambut nabi ‘Īsā keriting, postur tubuhnya tinggi besar, kulitnya putih ke merah-merahan. Ia mirip dengan ‘Urwah bin Mas‘ūd ats-Tsaqafī.

Nabi s.a.w. mengucapkan salam kepada ‘Īsā dan Yaḥyā. Dan setelah menjawabi salam beliau, mereka mengucapkan: “Selamat datang, wahai saudara yang saleh dan seorang Nabi yang saleh.” Mereka juga mendoakan kebaikan untuk beliau.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *