2.
Ta’wīl Mimpi tentang para Nabi dan Para Rasūl serta Nabi Muḥammad s.a.w.
Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa bermimpi tentang para nabi memiliki salah satu dari dua kemungkinan: berita gembira atau peringatan.
Berita gembira ada dua macam. Pertama, melihat nabi sebagaimana adanya dan keadaannya. Mimpi ini menunjukkan kebaikan pelaku mimpi, kemuliaannya, kesempurnaan ketinggiannya, dan kemenangannya atas orang yang memusuhinya. Kedua, melihat nabi dalam keadaan bermuka masam. Hal ini menunjukkan buruknya keadaan pelaku mimpi dan beratnya musibah yang akan dialaminya, lalu Allah s.w.t. memberinya jalan keluar yang baik.
Jika bermimpi seolah-olah membunuh nabi, berarti dia akan mengkhianati amanah dan mengingkari janji karena Allah s.w.t. berfirman:
“Maka (Kami hukum mereka), karena mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah, serta karena mereka telah membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar)…..” (an-Nisā’: 155).
Demikianlah ta’wīl mimpi secara umum. Adapun secara rinci, barang siapa yang bermimpi melihat Ādam a.s. sebagaimana adanya, dia akan meraih kekuasaan yang besar jika dia memang pantas mendapatkannya sebab Allah s.w.t. berfirman:
“….. “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi……” (al-Baqarah: 30).
Jika mimpi bahwa Ādam a.s. berkata kepadanya, dia akan meraih ilmu pengetahuan karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan Dia ajarkan kepada Ādam nama-nama (benda) semuanya….” (al-Baqarah: 31).
Ada pula yang mena’wilkan bahwa barang siapa yang mimpi melihat Ādam a.s., dia tertipu oleh perkataan sebagian musuhnya kemudian memperoleh jalan keluar setelah sekian lama. Jika Ādam a.s. tampak berubah warna dan keadaannya, hal itu menunjukkan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain kemudian dia kembali ke tempat semula untuk selamanya.
Jika mimpi bertemu Nabi Syīts a.s., dia akan meraih kekayaan dan anak yang banyak serta kehidupan yang menyenangkan.
Jika mimpi bertemu Nabi Idrīs a.s., dia akan dimuliakan dengan kehati-hatian dalam beragama dan dianugerahi ḥusn-ul-khātimah.
Jika mimpi bertemu Nabi Nūḥ a.s., dia akan berusia panjang dan banyak ditimpa ujian dari pihak musuh. Kemudian, dia dianugerahi kemenangan atas mereka dan banyak bersyukur kepada Allah s.w.t. sebagaimana firman-Nya:
“…..Sesungguhnya dia (Nūḥ) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (al-Isrā’: 3).
Dia juga akan menikah dengan perempuan hina yang memberinya sejumlah anak.
Jika mimpi bertemu Nabi Hūd a.s., dia akan dianggap dungu oleh musuh-musuhnya dan mereka menguasainya dengan zhalim. Kemudian, Allah s.w.t. menganugerahkan kemenangan atas mereka. Ta’wīl ini berlaku pula bagi orang yang mimpi bertemu dengan Nabi Shāliḥ a.s.
Jika mimpi bertemu Nabi Ibrāhīm a.s., in syā’ Allāh akan dianugerahi kemampuan untuk beribadah haji. Ada yang mena’wilkan bahwa dia akan ditimpa gangguan yang berat dari penguasa. Lalu, Allah s.w.t. menolongnya dalam menghadapi musuh-musuhnya dan melimpahinya dengan ni‘mat dan memberinya istri yang shāliḥah.
Ada yang mena’wīlkan bahwa mimpi bertemu dengan Nabi Ibrāhīm a.s. berarti menyakiti ayah. Dikisahkan ada seseorang yang buta lalu dia mimpi bertemu dengan Ibrāhīm a.s. yang kemudian mengusap kedua matanya serayat berkata: “Pergilah ke Sungai Eufrat dan mandilah di sana, niscaya Allah mengembalikan penglihatanmu.” Begitu bangun, dia melaksanakan saran itu dan penglihatannya kembali seperti semula.
Jika mimpi bertemu Nabi Isḥāq a.s., dia akan ditimpa kesulitan dari sejumlah pembesar atau kerabat. Kemudian, Allah s.w.t. memberinya jalan keluar dan menganugerahinya kemuliaan, kedudukan, berita gembira, dan lahirlah dari dirinya keturunan yang shalih, para raja, dan para penguasa. Demikianlah, jika dia memimpikannya dalam ketampanan dan kesempurnaan keadaannya. Jika dia melihatnya dalam sosok lain, dia akan buta. Na‘ūdzu billāh.
Jika mimpi bertemu Nabi Ismā‘īl a.s., dia akan dianugerahi kebijakan dan kepetahan lidah. Ada yang mena’wīlkan bahwa dia akan mendirikan masjid dan mendapatkan bantuan karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrāhīm meninggikan fondasi Baitullāh….” (al-Baqarah: 127).
Ada pula yang mena’wīlkan bila memimpikan Ismā‘īl a.s., dia akan dibebani perjuangan oleh ayahnya, kemudian Allah s.w.t. meringankannya.
Jika mimpi bertemu Nabi Ya‘qūb a.s., dia akan ditimpa kesedihan yang besar karena perilaku sebagian anaknya. Kemudian, Allah s.w.t. menyirnakannya dan memberinya anak yang sangat dicintainya.
Jika mimpi bertemu Nabi Yūsuf a.s., dia akan ditimpa kezhaliman, penahanan, kekerasan dari pihak keluarga, dan dituduh berbuat dusta. Kemudian, dia dianugerahi kerajaan dan musuh pun takluk kepadanya. Pada ta’wīl ini, saudara dipandang musuh. Impian ini pun menunjukkan banyaknya sedekah orang yang bermimpi karena Allah s.w.t. berfirman:
“…..bersedekahlah kepada kami…..” (Yūsuf: 88).
Jika mimpi bertemu Nabi Yūnus a.s., dia akan dipenjarakan dan ditimpa kesulitan karena bersikap tergesa-gesa atas suatu persoalan yang dilimpahkan kepadanya kemudian Allah s.w.t. menyelamatkannya. Mimpi ini menunjukkan bahwa pelakunya cepat marah dan cepat rela, serta adanya interaksi antara dia dan kaum yang berkhianat.
Jika mimpi bertemu Nabi Syu‘aib a.s. menggigil, dia akan ditimpa dengan kebutaan. Jika melihatnya tidak demikian, haknya akan dirampas orang lain dan dizhalimi, tetapi kemudian dia dapat mengalahkan mereka.
Jika mimpi bertemu Nabi Mūsā a.s. dan Hārūn a.s. atau salah satunya, seorang penguasa tiran akan dapat ditaklukkan melalui upayanya. Jika melihat keduanya sekaligus, berarti dia akan pergi berperang dan meraih kemenangan.
Jika mimpi bertemu Nabi Ayyūb a.s., dirinya, hartanya, istrinya, dan anaknya akan ditimpa ujian. Kemudian, Allah s.w.t. akan memberinya pengganti dari semuanya itu secara berlipat-ganda karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan Kami lipat-gandakan jumlah mereka, sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang berpikiran sehat.” (Shād: 43).
Jika mimpi bertemu Nabi Dāwūd a.s. dalam sosok yang sebenarnya, dia akan mendapatkan kekuasaan, kekuatan, dan kerajaan.
Jika mimpi bertemu Nabi Sulaimān a.s., dia akan dianugerahi kerajaan, ilmu, dan pemahaman. Jika melihat Sulaimān a.s. mati di atas mimbar atau singgasana, akan ada seorang khalīfah, amīr, atau pemimpin yang meninggal dan baru diketahui setelah sekian lama. Ada yang menafsirkan bahwa barang siapa yang melihat Sulaimān a.s., penguasa dan musuh akan tunduk kepadanya dan banyaklah perjalanan yang ditempuhnya.
Jika mimpi bertemu Nabi Zakariyyā a.s., dia akan dianugerahi anak yang bertaqwa dai usia senja.
Jika mimpi bertemu Nabi Yaḥyā a.s., dia akan diberi taufiq untuk memelihara kesucian diri, melakukan ketaqwaan dan penjagaan sehingga dia menjadi tokoh satu-satunya dalam masanya.
Jika mimpi bertemu Nabi ‘Īsā a.s., dia akan menjadi orang yang berguna, banyak memberikan berkah, banyak kebaikannya, banyak melakukan perjalanan, serta dianugerahi ilmu kedokteran dan ilmu lainnya. Jika seorang perempuan yang sedang hamil mimpi bertemu dengan ‘Īsā a.s., dia akan melahrikan anak yang bijaksana.
Jika mimpi bertemu Maryam binti ‘Imrān, dia akan meraih kemuliaan dan kedudukan di masyarakat dan meraih segala hal yang dibutuhkannya. Jika perempuan hamil mimpi seperti itu, dia akan melahirkan anak yang bijaksana. Jika perempuan itu dituduh mesum, dia dapat melepaskan diri dan Allah s.w.t. menampakkan kebebasannya dari tuduhan. Jika mimpi bersujud kepada Maryam, dia akan berdialog dengan raja dan duduk bersamanya.
Jika mimpi bertemu Nabi Danial a.s., dia akan dianugerahi perolehan harta yang banyak, ilmu ta’wīl mimpi, dan berhasil mengalahkan penguasa tiran yang semula menguasai dirinya. Ada pula yang mena’wīlkannya bahwa dia akan menjadi gubernur.
Mimpi bertemu Nabi Khidhir a.s. menunjukkan kepada kesuburan dan kelapangan setelah sebelumnya ditimpa kekeringan serta menunjukkan pada kedamaian setelah sebelumnya dihinggapi ketakutan.
Pena’wīl berkata: “Barang siapa bermimpi seolah-olah ada nabi yang memukulinya, dia akan meraih dunia dan agama di dunia ini. Jika bermimpi bahwa dirinya berubah menjadi nabi seperti yang telah dikenal, dia akan mendapat kesulitan selaras dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh nabi itu. Namun, akhirnya dia meraih kemenangan dan menjadi orang yang mengajak manusia kepada jalan Allah s.w.t.”
Mimpi tentang Nabi s.a.w.
Diriwayatkan dari Abul-Qāsim ‘Umar bin Muḥammad al-Bashrī dan Abū Salamah bin ‘Abd-ir-Raḥmān bahwa Abū Hurairah r.a. mendengar Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِيْ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ.
“Barang siapa yang bermimpi melihatku, seperti melihatku saat terjaga karena syaithan tidak dapat menyerupainya.” (Muttafaq ‘alaih).
Abū Salamah berkata dari Abū Qatādah bahwa Rasūlullāh s.a.w. bersabda:
مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِيْ
“Barang siapa yang bermimpi melihatku, berarti dia melihatku yang sesungguhnya” (Muttafaq ‘alaih).
Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa Allah s.w.t. telah mengutus Muḥammad s.a.w. sebagai rahmat bagi alam semesta. Berbahagialah orang yang melihatnya saat hidup lalu dia mengikutinya. Berbahagialah orang yang mimpi bertemu dengannya karena jika dia memimpikannya saat punya utang, niscaya Allah s.w.t. membayarkan utangnya. Jika dia melihatnya saat berperang, Allah s.w.t. akan menolongnya. Jika melihatnya saat membujang, in syā’ Allāh dia akan berhaji. Jika beliau s.a.w. tampak berada di tanah tandus, tanah itu akan menjadi subur. Jika beliau s.a.w. berada di tempat yang dipenuhi dengan kezhaliman, niscaya kezhaliman diganti dengan keadilan. Jika beliau s.a.w. berada di tempat yang menakutkan, tempat itu menjadi aman. Demikianlah jika beliau s.a.w. tampak sesuai dengan keadaannya.
Jika beliau s.a.w. tampak pucat, kurus, atau ada cacat pada sebagian anggota tubuhnya, hal itu menunjukkan pada penyepelehan agama di tempat itu dan merebaknya bid‘ah. Ta’wīl yang sama berlaku bagi mimpi melihat kiswah (tirai Ka‘bah) yang tampak usang. Jika mimpi meminum darah sendiri secara sembunyi-sembunyi karena mencintai beliau s.a.w., berarti dia akan mati syahid di dalam jihad. Jika dia meminumnya secara terang-terangan, hal itu menunjukkan kepada kemunafiqannya, termasuk orang yang menumpahkan darah keluarga beliau s.a.w. dan yang membantu mereka.
Jika melihat beliau s.a.w. seolah-olah sakit lalu sembuh dari sakitnya, berarti warga daerah itu akan berbuat islah setelah berbuat kerusakan. Jika melihatnya berkendaraan, berarti dia akan berziarah ke kuburnya dengan berkendaraan. Jika melihatnya berjalan kaki, dia akan berziarah dengan berjalan kaki pula. Jika melihat beliau s.a.w. berdiri, persoalannya akan tuntas demikian pula persoalan pemimpinnya. Jika melihat beliau adzan di tempat sunyi, tempat tersebut akan ramai. Jika melihat seolah-olah beliau menyapanya, berarti beliau menyuruh untuk berzakat.
Jika mimpi seolah-olah Nabi s.a.w. telah wafat, salah seorang keturunannya akan meninggal. Jika mimpi melihat jenazah beliau di suatu daerah, di daerah tersebut akan terjadi bencana yang besar. Jika bermimpi mengantar jenazahnya hingga dikubur, dia akan cenderung kepada bid‘ah. Jika bermimpi bahwa dia telah menziarahi pusaranya, dia akan memperoleh harta yang banyak. Jika bermimpi seolah-olah dirinya menjadi putra beliau s.a.w. padahal bukan keturunannya, berarti keimanannya itu tulus.
Jika bermimpi seolah-olah dia menjadi ayah Nabi s.a.w., hal itu menunjukkan pada penyepelean agamanya dan kelemahan keimanan serta keyakinannya.
Meskipun mimpi yang berkenaan dengan Nabi s.a.w. itu dialami oleh seseorang, tetapi ta’wīlnya berlaku bagi seluruh kaum Muslimin.
Jika bermimpi bahwa Nabi s.a.w. memberinya perkara duniawi, makanan, atau minuman yang disukai, hal itu menunjukkan bahwa dia akan memperoleh kebaikan sesuai dengan kadar yang diberikan Nabi s.a.w. Jika yang diberikan itu perkara yang sepele, seperti semangka dan selainnya, dia akan selamat dari persoalan yang besar, tetapi disertai gangguan dan keletihan. Jika bermimpi bahwa salah satu anggota tubuhnya berada pada pelaku mimpi dan dia merawatnya, hal itu menunjukkan bid‘ah yang diamalkannya dengan teguh menyangkut syari‘at tertentu, tetapi tidak menyangkut syari‘at Islam lainnya. Hal itu berarti dia telah meninggalkan syari‘at tersebut, padahal kaum Muslimnin lain tidak meninggalkannya.