11.
Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa jika bermimpi melihat masjid yang kukuh dan ramai, masjid demikian dita’wīlkan dengan seorang ‘ulamā’ yang diikuti oleh orang banyak karena dia orang shalih, baik, dan banyak berdzikir kepada Allah. Allah s.w.t. berfirman:
“…..Di dalamnya banyak disebut nama Allah ….” (al-Ḥajj: 40).
Jika bermimpi melihat masjid runtuh, di sana akan meninggal seorang pemimpin agama. Jika bermimpi mendirikan masjid, dia akan menyambungkan tali silaturahim dan menyatukan manusia dalam kebaikan. Mimpi membangun masjid menunjukkan kemenangan atas musuh karena Allah s.w.t. berfirman:
“….Orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata: “Kami pasti akan mendirikan sebuah rumah ibadah di atasnya.” (al-Kahf: 21).
Jika bermimpi melihat seseorang yang tidak dikenal menjadi imām di masjid dan imām masjid itu sedang sakit, imām masjid itu akan meninggal.
Jika bermimpi seolah-olah masjid berubah menjadi WC, hal itu menunjukkan bahwa seseorang yang tidak dikenal akan melakukan aneka perbuatan fasik. Jika bermimpi seolah-olah rumahnya berubah menjadi masjid, dia akan meraih kemuliaan dan menjadi orang yang mengajak manusia dari kebatilan kepada kebenaran. Jika bermimpi seolah-olah memasuki masjid bersama suatu kaum lalu mereka menggalikan kubur untuknya, dia akan menikah. Jika bermimpi seolah-olah shalat di miḥrāb, hal itu merupakan berita gembira karena Allah s.w.t. berfirman:
“Kemudian para malaikat memanggilnya, ketika dia berdiri melaksanakan shalat di miḥrāb,…..” (Āli ‘Imrān: 39).
Jika yang bermimpi demikian itu seorang perempuan, dia akan melahirkan anak laki-laki.
Jika bermimpi shalat di miḥrāb bukan pada waktu yang semestinya, menunjukkan kebaikan yang akan diraih oleh anak cucunya sepeninggal dia. Jika bermimpi kencing di miḥrāb setetes, dua tetes, atau tiga tetes, setiap tetesan dita’wīlkan dengan anak cerdas dan tampan yang terlahir dari dirinya.
Pada prinsipnya, miḥrāb dita’wīlkan dengan imām atau pemimpin.
Diceritakan bahwa seseorang bermimpi kencing di miḥrāb. Dia menanyakan maknanya kepada pena’wīl. Pena’wīl menjawab: “Kamu akan punya anak yang akan menjadi pemimpin yang dipatuhi khalayak.
Menara dita’wīlkan dengan seseorang yang dikunjungi oleh khalayak untuk melakukan kebaikan. Runtuhnya menara masjid berarti kematian orang tersebut, namanya yang buruk, dan bercerai-berainya jamā‘ah masjid itu. Menara masjid jami‘ dita’wīlkan dengan seseorang yang mengajak manusia kepada agama Allah s.w.t. Jika bermimpi jatuh dari menara ke dalam sumur, hilanglah kekuasaannya. Mimpinya itu juga menunjukkan bahwa dia akan menikah dengan seorang perempuan buruk akhlak. Padahal, dia telah memiliki istri yang beragama dan cantik.
Seorang arsitek bermimpi naik ke menara besar yang terbuat dari kayu, lalu dia adzan. Mimpinya ini dikemukakan kepada pena’wīl, maka pena’wīl berkata: “Kamu akan memperoleh kekuasaan, kekuatan, dan kepeloporan dalam berinfaq.” Kemudian, pelaku mimpi itu menjadi Gubernur Balkha.
Diceritakan bahwa seseorang dililit utang sebanyak 10 ribu dirham. Dia dirundung kesulitan. Lalu dia bermimpi melihat ayahnya di puncak menara sedang bertasbīḥ dan membaca tahlīl. Begitu melihatnya, dia mendoakannya. Dia terbangun lalu bertanya kepada pena’wīl.
Pena’wīl menjelaskan: “Menara menunjukkan keluhuran dan ketinggian yang akan diraih bapakmu.”
Dia berkata: “Ayahku telah meninggal.”
Pena’wīl berkata: “Bukankah kamu anaknya?”
“Benar”
“Mudah-mudahan kamu menjadi ‘ulamā’ atau penguasa. Tasbīḥ yang dilakukan ayah lantaran kamu berada dalam kedukaan dan kesedihan maka Allah s.w.t. akan memberikan jalan keluar bagimu karena Allah s.w.t. berfirman dalam surah al-Anbiyā’ ayat 87:
“….Maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap: “Tidak ada tuhan selain Engkau, Maha Suci Engka. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim”.”
Tidak lama berselang, tiba-tiba seseorang memegang tangannya seraya berkata: “Kamukah si Kurma Kering?”
Dalam hatinya dia berkata: “Orang ini tiada lain, kecuali pemilik piutang yang akan menagih.” Orang ini melanjutkan: “Sa‘danah, seorang perempuan, tengah sakit. Dia akan berwasiat dan mengundangmu.”
Kemudian, pena’wīl pergi bersama orang itu. Ternyata, di sana telah berkumpul para pemuka dan ada tulisan yang menyatakan bahwa Sa‘danah memberikan sepertiga hartanya kepada si Kurma Kering.
Dia telah mewasiatkan sepertiga harta untuknya. Setelah tiga hari, perempuan itu pun meninggal.
Jika bermimpi shalat di Bait-ul-Maqdis dengan menghadap ke selain qiblat, dia akan mendapat warisan atau memegang teguh kebenaran. Jika mimpi berada di tempat shalat, Allah s.w.t. menganugerahkan kemampuan berhaji dan keamanan kepadanya sebab Allah s.w.t. berfirman:
“Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat shalat.” (al-Baqarah: 125).
Jika bermimpi shalat di Bait-ul-Maqdis dengan menghadap ke selain qiblat, dia akan pergi berhaji. Jika bermimpi wudhu’ di Bait-ul-Maqdis, dia akan membelanjakan sedikit hartanya untuk Bait-ul-Maqdis. Meninggalkan Bait-ul-Maqdis menunjukkan pada perjalanan jauh dan hilangnya warisan yang ada di tangannya. Jika bermimpi menyalakan sebuah pelita di Bait-ul-Maqdis, anaknya akan ditimpa musibah atau dia memiliki nadzar berkenaan dengan anaknya yang mesti dia penuhi.
‘Ulamā’ dita’wīlkan dengan tabib agama. Orang yang dzikir dita’wīlkan dengan juru nasihat karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan, tetaplah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang Mu’min.” (adz-Dzāriyāt: 55).
Jika bermimpi dzikir padahal dia tidak cakap untuk melakukannya, dia akan ditimpa kebingungan dan penyakit lalu memohon kepada Allah s.w.t. agar diberi jalan keluar. Jika dalam dzikir itu mengucapkan kata-kata hikmah, dia akan sembuh, dapat membayar utang jika dia punya utang, dan mendapat pertolongan dalam menghadapi orang yang menzhaliminya. Jika saat berdzikir melontarkan perkataan kotor, ia akan ditimpa kesulitan dalam urusannya dan menjadi bahan tertawaan orang lain.
Juru kisah dita’wīlkan dengan orang yang baik penampilannya karena Allah s.w.t. berfirman:
“Kami menceritakan kepadamu (Muḥammad) kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur’ān ini kepadamu…..” (Yūsuf: 3).
Jika mimpi menyampaikan kisah, dia akan merasa aman dari sesuatu yang ditakuit karena Allah s.w.t. berfirman:
“…. Ketika (Mūsā) mendatangi ayahnya (Syu‘aib) dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia (Syu‘aib) berkata: “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu.” (al-Qashash: 25).
Jika mimpi di atas dialami pedagang, dia selamat dari kerugian. Jika mimpi berada di majelis dzikir, tempat membaca al-Qur’an, berdoa, dan menyampaikan sya‘ir-sya‘ir tentang kezuhudan, tempat tersebut akan menjadi semarak selaras dengan kebenaran bacaan al-Qur’ān. Jika pada bacaan itu terdapat kekeliruan, kesemarakan masjid takkan sempurna dan stabil. Jika yang dilantunkan di sana itu sya‘ir-sya‘ir percintaan, tempat tersebut merupakan kawasan kebatilan.