9.
Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa jika seseorang bermimpi adzan sekali atau dua kali, lalu iqamah dan shalat fardhu, Allah s.w.t. menganugerahkannya kemampuan untuk beribadah haji dan ‘umrah. Hal ini karen Allah s.w.t. berfirman dalam surah al-Ḥajj ayat 27:
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji….”
Juga karena di ‘Arafah dilakukan adzan dan iqāmah masing-masing dua kali.
Jika bermimpi seolah-olah adzan di menara, dia akan menjadi orang yang menyeru kepada kebenaran dan dia dapat berharap untuk dapat berhaji. Jika bermimpi adzan di sumur, dia akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan jauh.
Jika bermimpi adzan padahal kenyataannya dia bukan mu’adzdzin, dia akan memiliki kekuasaan yang luasnya sejauh wilayah yang terjangkau suara adzan bila dia pantas menerimanya. Jika bermimpi adzan di atas bukit, dia akan mendapat kekuasaan dari orang buta. Jika dia tidak pantas menerima kekuasaan, dia akan melakukan perdagangan yang menguntungkan atau profesi yang terhormat. Jika bermimpi adzan dengan menambah lafazhnya atau menguranginya atau menggantinya dengan lafazh lain, dia akan menzhalimi manusia selaras dengan penambahan atau pengurangan yang dilakukannya.
Jika bermimpi adzan di jalan dan dia suka melakukan kebaikan, dia akan menyuruh kepada yang ma‘rūf dan mencegah dari kemungkaran. Jika dia suka berbuat ingkar, dia akan dipukul orang. Jika bermimpi adzan di atas benteng, dia akan mengajak seseorang untuk berdamai. Jika bermimpi adzan di atas rumah, ada keluarganya yang akan meninggal. Jika bermimpi adzan di atas Ka‘bah, dia akan melakukan bid‘ah secara terang-terangan.
Bermimpi adzan di dalam Ka‘bah tidaklah baik. Jika bermimpi adzan di loteng rumah tetangganya, dia akan mengkhianati istri tetangganya. Jika bermimpi adzan di tengah-tengah suatu kaum tetapi mereka tidak meresponsnya, dia akan berada di tengah-tengah kaum yang zhalim karena Allah s.w.t. berfirman:
“….Kemudian penyeru (malaikat) mengumumkan di antara mereka: “La‘nat Allah bagi orang-orang zhalim.” (al-A‘rāf: 44).
Jika bermimpi adzan dan iqāmah, dia akan menegakkan sunnah, tetapi meninggal sebagai ahli bid‘ah. Jika bermimpi melihat anak-anak adzan, dia terbebas dari kebohongan dan dusta terhadap kedua orang tuanya karena hal ini selaras dengan kisah ‘Īsā a.s.
Bermimpi adzan di kamar mandi tidaklah baik bagi agama ataupun dunia si pelaku mimpi. Ada yang mena’wīlkan bahwa dia akan menjadi patuh. Jika bermimpi adzan di rumah yang panas, dia akan demam menggigil. Jika bermimpi adzan di rumah yang dingin, dia akan demam dengan panas yang tinggi. Jika bermimpi adzan di pintu rumah raja, dia akan mengatakan kebenaran.
Ibnu Sīrīn mengatakan bahwa adzan dita’wīlkan dengan perpisahan dengan teman karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan satu maklumat (pemberitahuan) dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar……” (at-Taubah: 3).
Jika mimpi adzan pada suatu kafilah, dia akan mencuri karena Allah s.w.t. berfirman:
“….Wahai kafilah! Sesungguhnya kamu pasti pencuri.” (Yūsuf: 70).
Adzan di darat atau di barak militer dita’wīlkan bahwa pelakunya akan menjadi mata-mata para pencuri.
Jika seseorang tengah dipenjara lalu dia bermimpi iqāmah atau mendirikan shalat, dia akan dibebaskan karena Allah s.w.t. berfirman:
“…. Jika mereka bertobat dan melaksanakan shalat.…” (at-Taubah; 5).
Jika seseorang tidak sedang dipenjara lalu bermimpi iqāmah atau shalat sambil berdiri, dia akan melakukan perkara penting dan mendapatkan pujian yang baik. Jika bermimpi iqāmah di atas ranjang pada pintu rumahnya, dia akan mati. Jika bermimpi adzan dengan dipermainkan, akalnya akan hilang karena Allah s.w.t. berfirman:
“Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan) shalat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (al-Mā’idah: 58).
Jika bermimpi mendengar adzan di pasar, hal itu menunjukkan kematian seseorang dari warga pasar. Jika bermimpi adzan yang tidak disukainya, dia akan diseru dengan cara yang dibencinya.
Ustādz Abū Sa‘ad mengatakan bahwa berkenaan dengan mimpi adzan, pada prinsipnya jika seseorang mimpi adzan dan dia cakap untuk melakukannya, dita’wiīkan dengan kebaikan karena hal itu proporsional. Jika orang yang tidak cakap adzan lalu bermimpi adzan atau melakukannya pada tempat yang tidak layak, dita’wīlkan dengan sesuatu yang tidak disukai. Jika bermimpi adzan di tempat sampah, berarti dia akan menyeru orang dungu untuk berdamai dan mereka tidak akan menyambutnya. Jika bermimpi adzan di rumah, berarti dia akan mengajak perempuan untuk berdamai. Jika dia mimpi adzan dengan terpaksa, dia akan menggauli perempuan.
Diceritakan bahwa seseorang menemui Ibnu Sīrīn seraya berkata: “Aku bermimpi seolah-olah aku adzan.” Ibnu Sīrīn berkata: “Kamu akan pergi berhaji.”
Ada yang berkata: “Aku bermimpi seolah-olah aku adzan.” Ibnu Sīrīn berkata: “Tanganmu akan dipotong.” Dia ditanya: “Mengapa ta’wīlnya berbeda, padahal mimpinya sama?” Dia menjawab: “Karena penanya pertama berpenampilan baik, aku mena’wīlkannya berdasarkan firman Allah s.w.t. surah al-Ḥajj ayat 22:
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji.…”
Sementara itu, orang kedua berpenampilan tidak shalih, aku mena’wīlkan mimpinya berdasarkan firman Allah s.w.t. surah Yūsuf ayat 70:
“…Kemudian berteriaklah seseorang yang menyerukan: “Wahai kafilah! Sesungguhnya kamu pasti pencuri”.”