Salah satu pengaruh buruk maksiat adalah tertahannya ilmu yang bermanfaat bagi si pelaku maksiat. Karena, ilmu adalah cahaya yang Allah pancarkan ke dalam hati hamba. Sementara laku maksiat akan memadamkan cahaya yang sudah tertanam atau akan menjadi penghalang masuknya cahaya ke dalam hati jika cahaya belum ada di hati si hamba.
Pengaruh lain dari maksiat adalah derita keterasingan yang dirasakan si pelaku antara dirinya dengan Allah Ta’ala, keterasingan yang tak terhingga. Akibat lainnya adalah mengalami kesulitan dalam mengatasi semua problem yang dia hadapi. Dia tidak mendapati jalan keluar untuk penyelesaian masalahnya, dan kalaupun ada terasa demikian susah.
Pengaruh lainnya dari laku maksiat adalah gelap yang didapat si pelaku dalam hatinya, hingga dia merasa seolah-olah dunia ini gelap gulita. Semakin bertambah pekat gelap yang dia rasakan, semakin bertambah pula kebingungannya. Lalu gulita dalam hati itu nampak di wajahnya hingga jelas terlihat di mata para ahli bashirah.
Selain itu maksiat juga melemahkan hati dan badan serta menghalanginya untuk melakukan ketaatan. Lalu maksiat juga bisa melebut berkah umur, menjatuhkan harga diri dan membuat akal menjadi tumpul. Akal adalah cahaya, dan laku maksiat akan memadamkannya. Maksiat juga akan melenyapkan nikmat dan menimbulkan kefakiran. Suatu nikmat tidak akan lenyap dari seorang hamba selain karena dosa, dan siksa tidak akan menimpa seorang hamba selain karena dosa. Allah Ta’ala berfirman, “ Dan musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”1